Sabtu, 05 Maret 2011

Ho Chi Minh (part.1)


Januari lalu, saya dan qq mengunjungi kota Ho Chi Minh. Kota yang dulunya bernama Saigon ini terletah di Vietnam bagian selatan, sekitar 2200 km dari Ibu Kota Vietnam, Hanoi. Kami berdua sama-sama tidak mempunyai ekspektasi yang berlebihan tentang kota ini sama sekali. Sejujurnya hal yang mendorong kami mengunjungi kota ini adalah adanya promo tiket pesawat dari AA.

View From The Top


Saya cukup kaget ketika saya melihat kota ini dari jendela pesawat yang akan mendarat. Mereka punya open pit mining dan dekat dengan kota! Wow, kok bisa... Di Indonesia, pertambangan itu biasanya kan jauh dari kota besar, kalo ada yang macam begini pasti udah didemo sana sini karena resiko pencemaran yang akan ditimbulkan oleh pertambangan itu sendiri. Namun ketika sampai di darat saya lupa untuk menanyakan hal tersebut pada penduduk lokal, hehehhehe. Dari atas kita juga dapat melihat sungai mekong yangberawal dari daratan cina dan berakhir di Vietnam. Sungai Mekong inilah yang menjadi penghubung china dengan negara-negara di Asia Tenggara sehingga mendapat sebutan Indo China. Melalui sungai mekong ini, bermula dari kegiatan ekonomi, sehingga akhirnya masuklah kebudayaan dan pengaruh china ke negara-negara indochina.

Tan Son Nhat Airport


Bandara ini memang tidak dapat dikatakan megah dan besar, namun sangatlah bersih, nampaknya umur airport ini cukup muda. Jarak dari landasan ke tempat parkir pesawat cukup jauh juga karena terbatasnya jumlah landasan yang dimiliki oleh bandara ini. Melihat kebersihan airport ini mengingatkan saya dengan bersihnya Bandara Juanda Surabaya yang memang dianugerahi gelar "Bandara terbersih se-Indonesia". Karena saya sampai pada pagi hari maka bandara terasa sangat sepi sekali, toko ataupun tourist information pun belum buka. Sangat tidak disarankan untuk menukarkan uang dalam jumlah banyak di bandara karena memiliki nilai tukar paling rendah dibandingkan jika kita menukarkannya di Kota. Sehingga pertama kali sampai saya dan qq hanya menukarkan $10 untuk modal kami ke kota yang berjarak belasan kilometer dari airport. Karena mata uang Vietnam lebih rendah dari Indonesia (1US$=20000 VND) maka kami jadi merasa kaya saja, hehehe. Untuk sampai di kota kami menggunakan Bus 152 yang bertarif 4000 VND, kalau tas kita cukup makan tempat atau menghabiskan satu tempat duduk sendiri maka akan dikenakan biaya untuk 2 kursi. Tapi harga ini masih termasuk murah mengingat bisnya yang lebih bagus dari bus kota Jakarta dan berAC, selain itu supirnya tak segan untuk membantu kita menaikkan barang bawaan. Dan Anehnya, bus 152 yang saya dan qq gunakan untuk pergi dan kembali lagi ke bandara ini kebetulan orang yang sama, saat kita berjalan kaki di kota dan ada bus 152 yang melintas, supirnya si bapak yang sama juga! Jodoh banget, hehehe!

The Traffic!


Ternyata ga cuma Indonesia aja yang punya masalah dengan kemacetan, ternyata Vietnam juga kok. Maklum, Ho Chi Minh City (HCMC) ini walaupun bukan ibu kota namun merupakan kota terbesar di Vietnam. Jika anda berpikir jumlah motor di jalan-jalan jakarta itu banyak banget, di Vietnam lebih! Sampai jika ada 3 jalur, maka 2 jalur diperuntukan untuk motor. Lebih banyak yang menggunakan motor daripada mobil disini. Selain dianggap lebih praktis dan mudah, rupanya harga motor di Vietnam sangatlah murah US$200-300 saja (Saya sempet iseng mikir apa bawa oleh-oleh motor aja yang harganya dibawah US$250 biar ga kena pajak, hihihi)! Sehingga sebagian besar penduduk Vietnam mempunyai motor. Wah, kalo di Indonesia harganya segitu jadi apa coba yaa... Karena banyaknya motor sehingga jalur pun dipisahkan antara motor dan mobil, walaupun menyebrang jadi sulit sekali karena lampu hijau yang sebentar dan banyaknya motor, namun tidak ada motor "kejutan" di balik mobil yang melintas tidak seperti di Indonesia karena sudah ada jalur khususnya. (Kalau di Indonesia kan seringnya lagi nyebrang tau2 ada motor kenceng yang ga keliatan karena kehalingan mobil). Di banyak tempat terutama daerah turis banyak juga yang menyewakan motor, namun mungkin akan lebih sulit bagi kita untuk beradaptasi dengan lalu lintas di Vietnam, selain pengendara motornya yang ga bapak-bapak ga ibu-ibu pembalap semua, sistem kemudi Vietnam ada di sebelah kiri.

The Street!


There's no way that you don't notice something really weird in this photo! The Cableeee! Di beberapa daerah yang padat, kabel-kabel tersebut bisa lebih heboh, ruwet, dan tebel lagi. Saya salut banget sama tukang kabel Vietnam, pastinya mereka ini ahli banget deh, coba bayangin kalo ada yang rusak atau sambungan yang rusak, Good luck Sir! Kami kira orang vietnam ga sadar akan ini, ternyata sampe ada souvenir bajunya segala loh yang gambarnya tentang si kabel ini! Hanya di Vietnam! J

Berjalan kaki di HCMC ini menurut saya sangat menyenangkan, trotoarnya besar-besar kira-kira lebarnya itu sama dengan jalan rayanya, asyik banget kan! Makanya ga heran banget banyak turis bule yang wara wiri dimana-mana. Hal ini menurut saya sig sangat menarik mengingat susah banget bisa berjalan kaki di Indonesia, apalagi saya tinggal di Depok, di kota yang hampir ga ada trotoarnya, kalaupun ada buat basa-basi doang ditambah tingkat polusi oleh kendaraan bermotor yang buat sesak napas dan nambahin jerawat! Di HCMC ini saya ga ngerasa sesak napas dan udaranya segar loh, walaupun banyak kendaraan, mungkin semuanya memenuhi uji emisi kali yaa.. Selain itu di jalan banyak ditumbuhi dengan pohon-pohon tinggi dan rindang yang dibuat seragam. Setiap tikungan jalan hampir dapat ditemui taman. Jumlah taman di HCMC ini memang cukup banyak dan HIDUP! Banyak orang yang menghabiskan waktu di taman untuk sekedar duduk atau membaca buku. Kebetulan saya kesana saat dekat dengan Tahun Baru Cina, taman-taman dipercantik dengan bunga-bunga.. Wuih, makin sedap dipandang. Kalau lihat jalan-jalan di HCMC ini jadi ingat jalan-jalan di Eropa (kata qq sih) apalagi Vietnam ini bekas jajahan Perancis, jadi sedikit banyak "france flavour" ada disini...