Minggu, 26 Maret 2023

[18+] Pengalaman Menggunakan IUD

Setelah melahirkan 3 anak dalam waktu 3.5 tahun, akhirnya saya memberanikan diri untuk memasang IUD. Sebetulnya suami sudah ingin saya memasang IUD dari jauh hari, namun akhir tahun 2022 yang lalu saya baru memberanikan diri.

Banyak alasan yang membuat saya takut memasang IUD antara lain adalah cerita horror pemasangan IUD, kasus IUD hilang dalam rahim, ataupun yang tetap kejebolan. Saya sendiri pun di awal pernikahan mengidap vaginismus jadi walaupun akhirnya saya berhasil melahirkan secara vaginal, namun saya cenderung akan lebih tegang untuk setiap tindakan yang melibatkan area di bawah sana seperti periksa dalam saat hamil besar dan juga pemasangan IUD. Tapi saya ingat, kontraksi pembukaan aktif itu sakit sekali. Bismillah, yuk bisa yuk.

IUD itu apa sih? IUD adalah singkatan dari Intrauterine Device, di Indonesia sering juga disebut KB Spiral yang berfungsi untuk menghalangi sperma bertemu dengan sel telur. Mekanisme IUD ini bentuknya kurang lebih seperti gambar di bawah. 

Source


Jenis IUD sendiri pun ada 2, hormonal dan non hormonal. Beberapa merk yang beredar di Indonesia adalah Mirena (hormonal), Nova T buatan bayer (non hormonal), dan merk lokal Andalan. Untuk jenis mana yang lebih baik dipilih harus dikonsultasikan dengan dokter obgyn masing-masing. Saya sendiri menggunakan Nova T. Untuk biayanya sekitar 1 jutaan termasuk biaya pasang dan USG mungkin ya.


Source


Pertimbangan kenapa memilih IUD sebagai alat kontrasepsi:

  1. Permintaan Suami - di hematnya, dia tidak perlu berkorban. 
  2. Lebih aman karena tidak mengganggu hormon
  3. Efektifitas cukup tinggi

Realitanya dalam 6 bulan pemakaian ini, saya merasakan:

  1. Masa menstruasi menjadi lebih panjang. Biasanya lama mestruasi saya adalah 6-7 hari, namun semenjak menggunakan IUD minimal 10 hari, tidak jarang lebih dari 14 hari dari hari pertama dapat masih ada flek lagi. Jika sebelumnya "banjir" di hari ke 2 atau 3, selama saya menggunakan IUD malah bergeser, 1-3 hari pertama bisa hanya flek saja, di hari ke 4-5 malah banjir, lebih banjir dari biasanya.
  2. Some Technical Problems during Sex - saat pertama kali berhubungan setelah menggunakan IUD. Jeng jeng jeng... Yang selama ini ditakutkan dan didengar dari teman-teman ternyata ada benarnya... Benangnya terasa, dan kalau kata suami kaya ditusuk jarum sedikit, bubar jalan. Ternyata foreplay jadi sangat krusial kalau menggunakan IUD karena hal ini berguna untuk membuat benang lebih lemas dan tidak mengganggu.
  3. Pengaruh Aktifitas Fisik - Sebelum memakai IUD, saya memang memiliki aktifitas fisik yang cukup tinggi, saya rutin berlari dan berolah raga. Setelah memakai IUD tidak terdampak apa-apa sampai pada suatu ketika saya ikut race trail running yang load nya jauh di atas kebiasaan saya, belum lagi saya banyak terpeleset karena medannya yang cukup sulit. Saya pun flek. Tidak lama sesudahnya, saya pergi mengecek posisi IUD karena suami sudah mulai komplain lagi benangnya terasa. Alhamdulillah masih di tempatnya dengan benar. Oh iya, awal-awal saya menggunakan IUD, beberapa gerakan core seperti leg raise jadi agak nyeri di bagian perut seperti keram dapat, tapi setelah beberapa waktu sih sudah tidak lagi.
  4. Tetap Paranoid - Kebiasaan lama interuptus tetap terbawa apalagi suka banyak cerita IUD kebobolan. Mungkin masih masa penyesuaian ya, namun ketakutan bahwa kami tidak akan mampu mendidik dan membesarkan 1 anak tambahan lagi cukup besar memang.
  5. Walaupun yang saya gunakan tanpa hormon, tapi tetap saja agak pengaruh ke psikis, hayooo uterus kamu mau gimana hari ini, jadi hari ini apa besok nih banyaknya.

Karena saya yakin yang kemungkinan menyasar ke halaman blog saya ini adalah para istri yang disuruh suaminya pakai IUD namun masih ragu, satu yang ingin saya katakan, tolong tolong buang pikiran ini akan enak dan nyaman di kedua pihak, TOLONG PARA BAPAK JANGAN CUMA MAU ENAKNYA AJA. USAHA JUGA. JANGAN CUMA ISTRINYA AJA YANG DIKORBANIN.

Nanti kalau ada yang aneh-aneh lagi saya update lagi disini ya, semoga sih saya bukan termasuk pencilan 1% yang sudah pakai IUD tetap bobol juga. Untuk cerita-cerita horror tentang penggunaan IUD yang suka berseliweran, Alhamdulillah saya tidak mengalaminya. Anatomi setiap individu berbeda, jadi jangan dijadikan patokan ya. Konsul ke dokter kandungan tetap lebih utama.

Sekian 

Minggu, 12 Februari 2023

Review Race Lari 2022

Sebenarnya aku belum pernah menulis hal-hal yang berhubungan tentang lari di blog ini, padahal bagi yang follow aku di Instagram, kayanya yang aku omongin cuma lari aja sampai-sampai buat orang yang bacanya roaming. Tapi kalau kamu nyasar ke blog ini, kemungkinan karena kamu suka lari juga dan blog ini muncul di hasil pencarian. 

Tahun 2022 itu spesial karena di tahun ini lah pertama kalinya saya, si pandemic runner, mulai jajal race offline. Berikut beberapa event yang saya ikuti. 


1. Pocari Sweat Run 2022 (24 Juli 2022)

Jarak: 21km

Lokasi: Bandung

Biaya Registrasi: ±750.000

Excitement acara ini sudah mulai membuat saya gugup 1 minggu sebelum hari H. Tidur mulai tidak nyenyak, deg-degan. Pokoknya norak banget deh pertama kali mau race offline. Jarak 21km sendiri sebenarnya bukan pertama kali saya tempuh, beberapa kali sudah pernah saat latihan/time trial sendiri jadi untuk race ini saya mempunyai target waktu finish tersendiri.

Pelaksanaan racenya sendiri cukup baik, agar tidak terlalu berkerumun, peserta dibagi beberapa wave saat start. Pengelompokkan wave berdasarkan perkiraan waktu finish yang kita masukkan saat registrasi. Jalur dan penanda rute jelas, marshall pun banyak. Cuaca dingin Bandung menambah nilai plus race ini. 

Tetapi, dari semua race yang saya pernah ikuti, race ini adalah race yang crowdnya terburuk. Ya, orang Bandung nampaknya murka jalanan mereka yang relatif tidak besar harus dipotong lagi untuk jalur pelari, tidak jarang motor mengklakson saat mereka dihentikan oleh marshall agar pelari bisa lewat. Namun hal ini membuat saya berlari lebih cepat saat menyebrang jalan karena tidak enak dengan pengguna jalan yang lain. Catatan waktu saya pun 2 menit lebih cepat daripada target.



2. BRImo Colorful Run (21 Agustus 2022)

Jarak: 10 km

Lokasi: Jakarta

Biaya: 100.000 (pengguna BRI bisa dapat tambahan diskon) 


3. ITB Ultra Adventure Trail (10 September 2022)

Jarak: 50 km (Relay ber8) 

Lokasi: ITB Bandung - ITB Jatinangor

Biaya: 2.400.000 (untuk tim relay 8) link lengkap di sini.


Event trail pertama dari rangkaian acara ITB Ultra ini  mengambil rute dari ITB Ganesha - Dago - ITB Jatinangor, dengan menelusuri daerah hutan dan perbukitan di pinggir kota Bandung dari Dago - Gn. Manglayang.


4. Jakarta Marathon (16 Oktober 2022)

Jarak: 21km

Lokasi: Jakarta

Biaya: 600.000 (early bird) 720.000 (normal)

Sebagai pelari baru, saya sama sekali tidak tahu tentang reputasi race organizer event yang sering disingkat Jakmar ini. Jadi ketika registrasi Jakmar dibuka yang saya pikirkan adalah, wah menarik event di dalam kota tanpa harus ada tambahan biaya akomodasi hotel, langsung lah saya dan suami mendaftar. Siapa disangka ternyata event Jakmar 2022 ini menjadi event jakmar terburuk selama penyelenggaraannya dari 2013.



5. Hantaru (5 November 2022)
Jarak: 10 km
Lokasi: Jakarta, Gambir
Biaya: Free

Hantaru adalah singkatan dari Hari Agraria dan Tata Ruang. Salah satu rangkaian acara dalam memperingatinya adalah virtual challenge dimana dalam waktu sebulan peserta umum harus berlari minimal 160 km atau bersepeda 1600 km, sedangkan peserta internal kementerian ATR/BPN minimal berlari 60 km atau bersepeda 600 km. 


6. UI Ultra (26-27 November 2022)

Jarak: 70 km (Individu, Relay 2, Relay 5, Relay 10)
Lokasi: Kampus UI Depok



7. BTN Sport Fest 2022 (12 Desember 2022)
Jarak: 10 km
Lokasi: Aquatik GBK
Biaya: 200 ribu




((nanti diupdate lagi ga lewat laptop, ini mepet hampir di kick 1m1c karena ga setor-setor tulisan))