Sudah lama tidak mengulas buku, padahal wacana yang dibuat awal tahun adalah rutin review buku minimal sebulan sekali di #rabubuku. Dasar Sumayyah si Wacana.
Karena flash sale kemerdekaan yang lalu, saya jadi membeli sebuah buku yang dibanderol 17ribu sahajaaa... Buku tersebut adalah
Judul buku: Inilah Jalan Hijrahku "From Hopelessness to Acceptance"
Karena flash sale kemerdekaan yang lalu, saya jadi membeli sebuah buku yang dibanderol 17ribu sahajaaa... Buku tersebut adalah
Judul buku: Inilah Jalan Hijrahku "From Hopelessness to Acceptance"
Penulis: Rene Suhardono dan Intan Yamuna
Penerbit: Mizania
Cetakan Pertama, September 2018
Jumlah Halaman: 179+
Jenis Cover: Soft Cover
Harga Normal: IDR 59,000
Buku ini ditulis oleh suami-istri Rene Suhardono dan Intan Yamuna. Jujur, saya tidak tahu siapa Rene Suhardono, walaupun seiring membaca buku, ternyata beliau termasuk influencer dan tim sukses Jokowi saat menyalonkan diri menjadi Presiden pertama kali, dan juga Anies Baswedan saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Cukup aktif di dunia politik rupanya. Maafkan kekudetanku ya Bang Rene, no offense. Hehehehe...
Buku ini sendiri menceritakan tentang perjalanan hijrah mereka berdua. Bagaimana hidup mereka sebelumnya dan turning point yang akhirnya membuat mereka hijrah, dan bagaimana perubahan yang dirasakan setelah hijrah.
Walaupun saya tidak tahu bagaimana sosok Bang Rene dan Mbak Muna sebelumnya, namun Bang Rene dalam bukunya dapat mendeskripsikan bagaimana kehidupannya walaupun tidak sepenuhnya eksplisit. Di buku ini juga terlihat jelas bahwa mereka mencoba untuk rendah hati tanpa merasa paling benar namun sangat berkeinginan mengajak orang lain untuk ikut hijrah juga menjadi lebih baik.
Okay, akhirnya saya googling juga Bang Rene yang ternyata sudah cukup dikenal sebagai life coach/career coach/ dan semua titel-titel pekerjaan yang keren dan panutan. Tapi siapa sangka, walau terlihat keren di sosial media dan sering woro wiri di stasiun televisi, ternyata Bang Rene dan Mbak Muna mengalami banyak cobaan yang menguji keutuhan rumah tangga mereka. Lagi-lagi, detailnya tidak disebutkan ya, (yeeee kepo aja lo sum, wkwkwk).
Terlepas dari apa masalah sesungguhnya (tetap ya, naluri lambe muncul), menurut saya apa yang dirasakan Bang Rene sangat relatable dengan masa sekarang seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan lain-lain... Oh sosial media. Hayooo ngaku siapa yang suka pusing sama jumlah like dan engagement rate 😛. Tidak aneh sih karena Bang Rene kan kerjaannya banyak terkait dengan public relation.
Layout buku ini menyenangkan dan tidak membosankan, cocok untuk anak muda zaman sekarang. Fontnya berbeda ukuran, yang penting dihighlight, penggunaan bahasanya juga tidak kaku, campuran bahasa Indonesia dan Inggris (wah bang Ivan Lanin ga suka nih). Jadi walaupun buku ini ada 179 halaman, mungkin bisa dengan mudah dihabiskan dalam satu kali duduk, walaupun saya membacanya dalam 3 hari di sela-sela menyusui anak kalau tidak ketiduran.
Saya salut sekali dengan penulis yang mau berbagi proses hijrahnya melalui buku ini. Apalagi jika kita pernah di kutub berkebalikan, pasti akan terasa sekali bedanya dan betapa hidayah itu indah. Beda dengan saya yang memang sudah terkondisikan kondusif dari kecil, tapi ya begini-begini aja. Suka kagum sendiri sama orang yang misalnya dulu ajep-ajep sosialitas, berubah jadi berhijab dan sholehah... Duhhh mantappp...
Logikanya gini nih, kalau yang cerita pengalamannya mantan preman kan dia jadi bisa kasih insight betapa ga bagusnya jadi preman dan mengapa kita harus bertobat dan beriman. Karena fitrah manusia kan suka wondering what's on the other side. *mulai otoy deh sum*
Jadi, jika anda merasa ada yang kurang dalam hidup padahal semuanya terasa sudah sempurna, atau sedang dalam kesulitan yang rasanya tidak ada jalan keluarnya, atau simply ingin baca buku ringan namun berfaedah, This book is for you!
Happy Reading :)
Terlepas dari apa masalah sesungguhnya (
Layout buku ini menyenangkan dan tidak membosankan, cocok untuk anak muda zaman sekarang. Fontnya berbeda ukuran, yang penting dihighlight, penggunaan bahasanya juga tidak kaku, campuran bahasa Indonesia dan Inggris (wah bang Ivan Lanin ga suka nih). Jadi walaupun buku ini ada 179 halaman, mungkin bisa dengan mudah dihabiskan dalam satu kali duduk, walaupun saya membacanya dalam 3 hari di sela-sela menyusui anak kalau tidak ketiduran.
Saya salut sekali dengan penulis yang mau berbagi proses hijrahnya melalui buku ini. Apalagi jika kita pernah di kutub berkebalikan, pasti akan terasa sekali bedanya dan betapa hidayah itu indah. Beda dengan saya yang memang sudah terkondisikan kondusif dari kecil, tapi ya begini-begini aja. Suka kagum sendiri sama orang yang misalnya dulu ajep-ajep sosialitas, berubah jadi berhijab dan sholehah... Duhhh mantappp...
Logikanya gini nih, kalau yang cerita pengalamannya mantan preman kan dia jadi bisa kasih insight betapa ga bagusnya jadi preman dan mengapa kita harus bertobat dan beriman. Karena fitrah manusia kan suka wondering what's on the other side. *mulai otoy deh sum*
Jadi, jika anda merasa ada yang kurang dalam hidup padahal semuanya terasa sudah sempurna, atau sedang dalam kesulitan yang rasanya tidak ada jalan keluarnya, atau simply ingin baca buku ringan namun berfaedah, This book is for you!
Happy Reading :)