Tidak terasa maternity leave saya selama tiga bulan
sudah berlalu. Pagi itu rasanya malas sekali harus kembali kerja meninggalkan
si kecil yang semakin hari semakin menggemaskan. Belum genap 3 bulan umurnya,
karena saya mengambil cuti seminggu sebelum kelahirannya. Huff, harus kuat...
Walaupun saya mulai kembali bekerja, saya bertekad untuk memenuhi hak anak saya
akan ASInya minimal sekali sampai 6 bulan. Semoga sih bisa sampai 2 tahun. Tas
kerja bersandar di pundak kanan, cooler bag bersandar di pundak satunya.
Tegapkan langkah sambil dalam hati mencoba self-hypnotize "I CAN DO IT". Berikut adalah
hal-hal yang perlu dibawa dan akan membantu saat harus pumping di kantor.
1. Breastpump
Udah pasti lah ya, secara judul kegiatannya aja pumping. Tipe apa
yang enak, itu sih balik ke pribadi sendiri. Pumping di rumah dan di kantor
tentunya sangat berbeda. Banyak faktor yang harus diperhatikan saat pumping di
kantor seperti: tempat pumping (ada power outlet atau tidak, ruangan khusus
laktasi atau ruangan umum seperti mushola), frekuensi dan durasi kita pumping
(karena bergantung dengan izin dari superior kita juga kan, syukur-syukur dapet
yang baik dan pengertian).
Saya sendiri menggunakan breastpump Medela Swing. Breastpump ini
membutuhkan sumber listrik untuk beroperasi walaupun bisa juga pakai baterai AA
tapi saying ah, mending pake listrik kantor kan… ehh... Setiap sesi pumping
saya memerlukan waktu 15-20 menit untuk setiap PD, berarti total waktu yang saya
butuhkan sekitar 30-40 menit (khusus untuk mompanya aja). Ke depannya saya mungkin mau mencoba pakai yang dual
pump biar lebih hemat waktu (will update later)
2. Cooler Bag dengan Gel
Pack
Cooler Bag, wajib banget sih untuk menyelamatkan
ASI-ASI tersebut dari kerusakan. Kecuali bisa simpan di kulkas kantor trus
jarak rumah cuma 20 menit dari kantor. Tapi jalan kan kadang suka susah
ditebak, tau-tau ada macet akibat perbaikan jalan dan sebagainya bisa berabe
jadinya. Beruntungnya saya masih bisa simpan di kulkas ruang admin yang hampir selalu kosong. Jadi gel pack dan botol susu bisa saya simpan sementara sampai saya pulang.
Gel Pack/Ice Gel tapi yang didalam tempat plastik
keras bukan yang kemasan plastik biasa. Kenapa? Soalnya waktu itu pernah
pengalaman masukin Ice gel plastik biasa yang lagi beku-bekunya ke cooler bag
dan agak desak-desakkan dengan ice gel lainnya. Eh alhasil jadi sobek
kemasannya, pas udah mencair baru keliatan ternyata si gelnya keluar-keluar.
3. Hand Sanitizer
Ini kebiasaan sih, sebelum “main-main” sama alat pumping biasanya
saya pakai hand sanitizer dulu biar steril gitu.. (Ah padahal permen coklat
jatuh ke lantai aja suka dicomot lagi :p)
4. Botol Kaca ASI (atau
Plastik ASI)
Saya lebih prefer untuk menggunakan botol kaca ASI dibandingkan
dengan plastik. Alasannya lemak dari susu tidak menempel di dinding botol kaca
tidak seperti dengan plastik. Selain itu botol kaca bisa digunakan berkali-kali.
Untuk botol kaca ASI saya paling suka merk BKA karena instruksi pemakaian dan
penyimpanannya jelas serta dilengkapi dengan indikator volume. Beberapa merk
lain yang lebih murah pernah saya coba, tapi saya kurang suka karena tidak ada
indicator volume, jadi harus kira-kira masukin susunya, padahal untuk
penyimpanan di freezer botol hanya bisa diisi 90 ml, sedangkan di chiller max
100 ml. Kalau botol kaca dengan tutup karet ini diisi lebih dari volume
tersebut, tutup botolnya bisa terlepas sendiri.Tapi akhir-akhir ini kalau hasil pumpingnya berlebih tapi nanggung ditaruh di botol baru, akhirnya saya suka pas-pasin jadi 100 ml. Tambahan saya menggunakan konsep LIFO (Last In First Out), jadi hasil pumping 3 hari terakhir saya ditaruh di chiller/kulkas bawah/kulkas kanan (you name it).
Saya juga punya kemasan plastik ASI sekali pakai, merk gabag. Suka
juga sih karena ada zippernya dan steril hanya sekali pakai. Biasanya yang
kemasan plastik saya pakai ketika saya traveling lebih dari 2 hari. Pemakaian
plastik lebih praktis karena tidak perlu mensterilkan botol terlebih dahulu
serta ringan. Ini jadi cadangan kalau stok botol yang dibawa ga cukup menampung hasil pumping. Sampai saat ini hasil pumping sama konsumsi anak saya masih surplus. Makanya jumlah botol yang diputar lebih sedikit sehingga saya harus buka botol baru terus (males steril awalnya yang harus ngerebus dulu.. hehehe)
5. VCO (or any oil)
Semenjak terkena blocked duct yang sangat sakit itu (Alhamdulillah
belum sampai mastitis), ritual pijat memijat sebelum pumping tidak boleh
terlewatkan. Untuk memijat saya menggunakan VCO (Virgin Coconut Oil) karena
menurut saya cukup aman jika saya lupa membersihkan PD setelah pumping tapi si
babynya udah mau mimik lagi. Selain itu pumping sambil dipijit biasanya
mempercepat durasi untuk mengosongkan PD, soalnya yang mancurnya jadi lebih
banyak. Oh iya penggunaan minyak ini juga merupakan salah satu tips n trick buat memaksimalkan hasil perahan, referensi bisa liat disini.
6. Sticker label dan Permanent Marker
Ini memanfaatkan sisa sticker label dari ibu saya. Labelnya bening
gitu, dan gampang nempelnya kalau di botol kaca dibandingkan dengan label dari
kertas. Kalau label dari kertas suka susah nempelnya kalo botol udah dingin,
sedangkan label bening plastik ini masih bisa nempel. Pas dicuci juga mudah
dicopotnya.
Permanent marker, jelaslah ya fungsinya untuk memberikan label
tanggal dan waktu ASI tersebut dipompa.
7. Zipper Bag
Why? Waktu itu pernah dapet tips supaya ga ribet steril di kantor
dari forum femaledaily. Jadi si bekas pompa (pokoknya yang kena susu) biasanya
saya bilas pake air hangat (nyolong dari dispenser kantor tentunyah), lalu elap pake tissu terus
dimasukin ke zipper bag. Masukin kulkas deh. Nah begitu terus setiap habis
pumping, jadi ga usah repot-repot sterilin. Zipper bagnya cuma bisa dipakai
sekali ya sehari. Kalau ngga mau pakai zipper bag bisa juga pakai tempat makan macam lock n lock gitu, tapi sepertinya lebih makan tempat. Awal-awal tau metode ini ada yang sharing di forum femaledaily, setelah itu juga baca-baca di forum babycenter untuk referensi cara orang-orang sterilin BP di kantor.
8. Tissue
Buat
ngeringin kalo botol ada yang basah sama elap-elap dada kalo ada susu tercecer,
hehehehe.
9. Sumpit
Temennya
tissue, untuk membantu menggapai bagian botol yang masih basah.Saya pakai sumpit dari bekas Gokana kalo ga salah, bahannya plastik gitu bukan kayu.
10.
Mood dan Lingkungan yang
mendukung
Kegiatan pumping di kantor ini mau gamau pasti menyita waktu
bekerja, oleh karena itu izin dari superior supaya kita bisa pumping di
sela-sela waktu bekerja sangatlah penting. Selain itu, dengan ketiadaan bayi di
dekat kita, sedikit banyak mempengaruhi LDR (Let Down Reflex) dan produksi ASI. Oleh karena itu mak ASI harus
happy dan relax saat pumping. Saran tambahan lagi, sediakan video tontonan buat
menemani saat pumping, serial favorit atau lebih bagus lagi video anak. Saya
kalo pumping sambal nonton video anak eh dapetnya lebih 50 ml dari biasanya
loh, dan itu sebenarnya masih bisa lagi, tapi ga enak kalau kelamaan pompanya.
Happy Pumping, Mommies! :)