Senin, 31 Desember 2018

Ammar dan Speech Delay



Long read, karena rada curcol yaaa 😃

Salah satu kekhawatiran mommy-mommy saat anaknya berusia di bawah 1 tahun adalah kalau anaknya belum bisa jalan.

Sedangkan kalau anaknya berusia di bawah 2 tahun, yaitu kemampuan bicaranya.

Ya nggak? Padahal red line sih belum tapi kok jadi cemas ya liat anak teman udah bisa ini itu.

Begitupun dengan saya. Saat itu Ammar berusia 15 bulan ketika saya mulai resah kenapa kemampuan berbicara Ammar menghilang. Dari yang sebelumnya babbling, sempat manggil ayah sampai akhirnya cuma seperti menggumam dan enggan berbicara. Ammar mengerti dan paham apa yang kami ucapkan namun orang di sekitarnya tidak mengerti apa yang dia maksud sehingga hal ini membuatnya mudah ngambek dan marah. 

Saya teringat dengan denver developmental chart yang sering dijadikan acuan tumbuh kembang anak, dan memang kemampuan berbicara Ammar menghilang dan sama seperti anak 9 bulan. Dari hasil googling sana sini dan baca blog orang (lupa blognya yang mana) lebih baik segera periksakan anak ke klinik tumbuh kembang, karena jika ternyata ada masalah dan anak belum berusia 2 tahun akan lebih mudah terapi dan penyembuhannya.

Akhirnya mendaftarlah saya pada bulan Desember 2017 di Klinik Tumbuh Kembang salah satu Rumah Sakit swasta di Depok. Bukan main, untuk pemeriksaan awal saja harus waiting list selama 3 bulan. Klinik sangat penuh karena mereka juga menerima pasien BPJS dan tidak ada pengkhususan untuk yang umum. Oh iya perlu diingat untuk pengguna asuransi swasta yang biasanya disediakan kantor, sebagian besar tidak menanggung biaya untuk tumbuh kembang, jadi pastikan dengan kantor atau provider asuransi anda.

Yang ditunggu pun tiba, 3 bulan sudah dan akhirnya giliran janji temu Ammar dengan dokter di klinik tumbuh kembang. Saat itu saya sedang hamil besar kira-kira week 35 atau 36 dan tentunya cukup stres seakan inilah drama si kakak saat hamil si adek.

Di ruang tunggu klink tersebut, kamu mengamati anak-anak lain. Rata-rata memang hiperaktif, kesulitan konsentrasi, dan lain sebagainya usianya rata-rata sudah 3 tahun ke atas atau sudah umur playgroup. Ada juga yang memang diterapi karena kelainan bawaan seperti down syndrome, microcephaly, autisme.

Keputusan saya membawa Ammar ke klinik tumbuh kembang (tumbang) dinilai lebay oleh orang tua saya. Ketika saya melihat kondisi anak-anak di tumbang pun ada perasaan "duh lebay ga yaa.. Jangan-jangan dah capek-capek waiting list 3 bulan, dokternya pun bilang ga kenapa napa"

Khusus untuk ke tumbang ini, suami saya yang bekerja di luar kota, pulang dan mengambil cuti. Masuklah kami ke ruangan dokter. Ada 2 dokter yang menganalisa ditemani 1 perawat. Di dalam ruangan, Ammar diajak bermain, dites apakah bisa menyusun (stacking), jika dipanggil menoleh atau tidak, bagaimana konsentrasinya, bisa memenuhi perintah atau tidak, dan lain sebagainya. Sedangkan kami sebagai orang tua harus menjawab banyak pertanyaan tentang perilaku dan tumbuh kembang Ammar sehari-hari.

Diagnosanya: Ammar memiliki gangguan sensori integrasi dengan kecenderungan yang bisa mengarah ke ADHD (Attention Deficit/Hyperactive Disorder). Waktu itu Ammar berumur 18 bulan. Untuk checklist periksa sendiri apakah anak gangguan sensori integrasi atau tidak, bisa lihat di sini ya. Kami pun diberi list stimulasi yang bisa dilakukan sendiri di rumah dan disarankan untuk mengambil terapi Sistem Integrasi terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan Okupasi Terapi. Tapi untuk diagnosa saja kami menunggu 3 bulan, untuk terapi jadwalnya penuh berbulan-bulan. Susternya sendiri pun tidak bisa memberikan jadwal dan lebih menyarankan untuk mencari ke klinik di luar.


Agar diagnosa lebih menyeluruh, Ammar juga dirujuk ke dokter kejiwaan yang ada di Rumah Sakit yang sama. 

Sepanjang jalan pulang dari dokter tumbuh kembang, pikiran saya hanya memutar balik percakapan yang terjadi di ruang dokter tadi. Jujur saya tidak terima karena rasanya ada yang mengganjal, seperti:
  • Di rumah, Ammar dengan mudah melaksanakan perintah yang kami berikan. Namun di Rumah Sakit kan tidak semudah itu, apalagi yang menyuruh bukan orang yang dikenal.
  • Dokter menanyakan pertanyaan seperti "sudah bisa naik tangga". Kami jawab "sudah, tapi masih pegangan pinggir tangga". Dokter "oh berarti belum bisa ya". 😐😐😐😐 (Belakangan saya malah nemu di poster kesehatan, naik tangga tanpa pegangan itu ada di milestone anak 3 tahun, lagian coba bayangin kalau tangganya 1/3 tinggi badan kita, emangnya ga pegangan?)
  • Saya juga bilang bahwa Ammar anaknya sangat hati-hati bisa menilai bahaya. Jika kita taruh di pinggir tempat dengan elevasi maka dia akan diam tidak bergerak atau memanggil orang. Tanggapan dokternya: "itu kan menurut Ibu, orang tuanya"
  • Selama wawancara kami mencoba menjawab sedetail dan sejujur mungkin namun terkadang dokter seperti tidak percaya.
Sedangkan di dokter jiwa (horor bener kann kayanya anak saya gila 😣) saya tak ingat betul selain saya memahami kesalahan saya yaitu anak terpapar screentime terlalu lama dan anak suka tidur terlalu malam sehingga hormon pertumbuhannya tidak optimal. Ditambah lagi dokter jiwa merasa bahwa ukuran kepala Ammar "unusually big" jadi disarankan untuk diperiksa. Atas saran dokter anak langganan, saya disarankan untuk memeriksakan Ammar ke dokter syaraf anak di Cinere (daerah Depok tidak ada, Cinere walaupun Depok tapi bukan Depok karena jauh.. halahhh apa sihh).

Dokter syaraf anak di Cinere ini termasuk yang terkenal sepertinya karena dari hasil googling banyak yang menyebutkan nama beliau (inisial nama depannya I). Waktu itu pun cukup antri, walaupun dokternya juga agak telat, praktek jam setengah 7 datangnya jam 8, dan Ammar baru dipanggil jam 10 (saat itu Salsa sudah lahir dan berumur 2 minggu). Dan salah satu yang bikin kecewa adalah, selama di ruangan, dokternya tidak pernah sama sekali melakukan kontak mata atau menengok ke arah anak kamu. Untuk mengetes respon Ammar, sang dokter menyuruh susternya untuk memanggil anak saya, dan tentu saja Ammar tidak langsung menengok karena sedang sibuk main pelosotan yang memang disediakan di dalam ruangan dokter tersebut. :| Jujur ilfeel berat sama dokternya.

Hasil dari dokter syaraf anak ini adalah rujukan untuk melakukan CT Scan yang sampai sekarang tidak berhasil karena anaknya selalu terbangun dan menangis ketika ditaruh di alatnya walaupun sudah diberikan obat tidur. Selain itu Ammar juga diberikan resep obat racikan untuk membantu konsentrasinya yang ternyata obat cukup keras sehingga saya hanya menebusnya tapi tidak pernah saya berikan ke anak saya.

Karena mendapatkan jadwal terapi tidak mudah ditambah saran dari beberapa teman, kami memutuskan untuk dimaksimalkan saja di rumah dulu dengan cara-cara sebagai berikut:

  • Strict no gadget dan ini berlaku juga kepada yang sedang mendampingi
  • Lebih aktif mengajak Ammar main bersama dan mengobrol
  • Mengusahakan Ammar tidur siang tidak kesorean, dan tidur tidak lebih dari jam 9 
  • Beralih dari buku anak tipe spotting ke yang ada jalur ceritanya

Sungguh saya bukannya anti gadget, dan saya tau banget gimana rasanya hopeless anak susah makan. Sebelumnya ada perasaan denial akan pengaruh youtube kepada kemampuan berbicara. Masih ada sedikit perasaan "ahh semoga anakku seperti anak si X yang walaupun kena screen time banyak tapi tetap bisa ngomong". "ahh enak ya jadi orang luar negeri yang mother languagenya bahasa Inggris, jadi resiko gagap bahasa berkurang, kan video anak yang lucu-lucu banyaknya dalam bahasa Inggris", dan lain sebagainya. 

Kenyataannya, memang secara statistik 40% anak dengan screen time tinggi mengalami keterlambatan berbicara apalagi jika terpapar pada usia di bawah 2 tahun. Dampak yang ditimbulkan biasanya:
  • Bingung bahasa - bisa dilihat bahwa sebagian besar konten youtube anak yang menarik adalah berbahasa Inggris. Sedangkan orang di sekitar anak berbahasa Indonesia.
  • Berkurangnya konsentrasi dan cepat bosan
  • Lebih mudah marah
Pada usia 21 bulan, Ammar ditawari menjadi volunteer di kelas anak FIK (Fakultas Ilmu Keperawatan) UI yang sedang membahas tentang tumbuh kembang oleh tantenya (adik saya). Tentu saya bersedia apalagi ini gratis dan saya perlu second opinion tentang kondisi Ammar. Di kelas tersebut, Ammar diajak bermain dan saya sebagai orang tua ditanyai beberapa pertanyaan mengenai Ammar yang tidak bisa dijawab hanya dengan melihat Ammar. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan KPSP IDAI (Kuesioner Pra Screening Perkembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia).


Contoh Pertanyaan Untuk Ammar saat itu

Hasilnya?

Alhamdulillah tahap perkembangan Ammar masih sesuai dan tidak mengkhawatirkan. Setidaknya saat itu Ammar mempunyai lebih dari 3 kata yang memiliki arti. KPSP yang saya sebutkan di atas dapat digunakan sampai anak berusia 72 bulan atau 6 tahun loh sehingga bisa dipakai dan dievaluasi sendiri sebelum memutuskan untuk membawa anak ke klinik tumbuh kembang.

Jujur, rasanya berbeda sekali saat diperiksa dokter dengan saat diperiksa perawat. Pendekatannya itu loh... lebih intim dan bersahabat dengan perawat. Tanpa bermaksud mengeneralisir, tapi dokter yang saya temui seakan waktunya sangat berharga dan ingin secepatnya mengakhiri sesi dengan pasien dengan memberikan diagnosa yang terlalu terburu-buru.

UPDATE Ammar Sekarang?

Sesungguhnya draft blogpost ini sudah ngejogrok dari Bulan Agustus saat Ammar berusia 2 tahun (24 bulan). Sekarang Ammar sudah 28 bulan. Ammar sendiri mengalami ledakan bahasa pada usia kurang lebih 22-23 bulan. Setelah ini tahapannya sangat cepat, mulai dari kalimat lengkap terdiri dari S-P-O (Subjek, Predikat, Objek), sampai penggunaan pada konteks yang tepat dari sih, kok, oh, dong, dan kata-kata lain yang tidak memiliki arti tapi biasa kita ucapkan sehari-hari. Ammar pun sekarang sudah gemar menceritakan kembali cerita yang dibacakan atau kejadian yang dia alami sehari-hari. Yup, sudah memasuki tahap "ember" dan suka ngadu.

Kesimpulannya?

Dari pengalaman saya di atas, ada beberapa poin yang perlu dievaluasi orang tua apabila anaknya mengalami keterlambatan bahasa sebelum memutuskan memeriksakan anak ke klinik Tumbuh Kembang.


1. Cek Screen timenya

Menurut saya ini adalah yang perlu dicek pertama kali saat anak mulai terlihat "lambat berbicara". Saatnya jujur dengan diri sendiri. Mungkin ibu pekerja yang menitipkan anaknya dan tidak bisa berbuat banyak saat yang dititipkan memberikan screen time, atau ibu rumah tangga yang cukup desperate untuk bisa mengatur dan membereskan hal lain, atau bahkan taktik agar anak bisa makan? Percayalah, I've been there, done that! Berdasarkan saran batasan screen time dari American Academy of Pediatrics, untuk anak di bawah 18 bulan sebenarnya belum boleh kecuali untuk video call. Di atas 18 bulan perlu pendampingan dan seleksi akan program yang disungguhkan, sedangkan 2 tahun ke atas tetap perlu pendampingan dengan batas maksimal screen time selama 1 jam per hari.

Untuk anak saya yang ke-2, caca, sudah saya terapkan hanya video call saja. Dulu beberapa teman saya pernah post tentang anaknya yang sedang bermain di dekat TV tapi tidak menunjukkan ketertarikan/terhipnotis TV, ya usianya sekitar 2 tahunan memang tapi mereka memang tidak terpapar semenjak kecil. Saya sempat skeptis, MANA MUNGKIN. Ternyata mungkin, karena caca sekarang pun masih lebih memilih asyik dengan mainannya dibanding melihat ke layar TV.

Kalaupun memang sangat terpaksa, menurut pengalaman saya TV dengan tontonan berbahasa Indonesia memiliki dampak buruk yang lebih ringan dibandingkan youtube bahasa Inggris di Gadget/HP saat anak masih belum bisa berbicara. Layar gadget yang lebih kecil, cenderung membuat anak menjadi lebih terpaku dan fokus kepada layar.

2. Interaksi dan Dialog?

Siapa yang suka main HP di saat menyusui? CUNG, SAYA! Tanpa sadar hal itu membuat saya kurang melakukan interaksi dan mengajak anak saya berbicara. Rajin-rajinlah mengajak bayi anda berbicara, mulai dari mendeskripsikan apa yang sedang anda lakukan, mengajaknya bercanda, sampai memberikan pertanyaan retorika. Stimulasi seperti ini membantu anak dalam merespon, mulai dari sederhana lama kelamaan menjadi lebih kompleks seperti berbicara :)

Jadi tunggu lah sampai anaknya tertidur yaa.. Walaupun kadang saya suka senewen sendiri, anak ngga tidur-tidur padahal saya ada perlu di HP. But then I came with a conclusion, it's not only their addiction we want to avoid, it's our addiction we have to overcome!

Oh iya, dengan sering melakukan interaksi dengan anak, kita juga bisa mengetahui dan lebih peka, kalau-kalau anak memiliki tanda-tanda autisme. Karena tanda-tandanya bisa dilihat dari usia 6-12 bulan, dan diagnosanya bisa tegak pada umur 18 bulan.

3. Bagaimana tekstur makanannya?

Pada beberapa kasus, oromotor (oral motor) menjadi penyebab keterlambatan anak berbicara. Kepiawaian ibu dalam menentukan kapan anak bisa naik tekstur makanan sangatlah penting. Salah-salah, jika telat, anak akan terbiasa memakan makanan dengan tekstur yang lembut padahal umurnya sudah cukup sehingga oromotornya tidak terlatih dan menghambat kemampuannya berbicara.


Sekian pengalaman saya dan tanpa niat untuk menggurui. Semoga bisa diambil hikmahnya dan terhindar dari kestressan yang saya alami.




Rabu, 19 Desember 2018

Target Blog di Tahun 2019

Post terakhir di BPN 30 Day Blog Challenge 2018! YEAY, sampai juga akhirnya. Ternyata saya bisaa... Sebulan ikut ODOP (One Day One Post) nya BPN sungguh membuka mata saya tentang blogging. Menulis jadi lebih lancar, menambah inspirasi dan ilmu dengan sering-sering blogwalking, dan lain-lain. Ahhh senang rasanya bisa ikutan.

Lalu apa target saya di tahun 2019 untuk blog ini?

1. 1 Minggu 1 Post

Pada tahun 2017 dan 2018 yang lalu target saya adalah 1 bulan 1 post. Setelah saya mengikuti BPN 30 Day Blog Challenge 2018 dan ternyata saya mampu, saya ingin menargetkan minimal 1 Minggu 1 Post. Tidak muluk-muluk sebenarnya, tapi saya inginnya sih bisa istiqomah. 

2. Page View minimal 1000/hari

Saya paling suka liat statistik kunjungan ke blog saya dan terkadang masih suka heran sendiri "beneran nih ada segini kunjungan setiap harinya ke blog saya?". Yah mungkin tidak sebesar blog teman-teman blogger yang sudah lebih profesional. Atau mungkin masih di bawah persyaratan untuk job review. Namun mengingat blog ini ditulis dengan cita-cita sederhana dan tempat menyalurkan hobi menulis, sudah ada yang baca saja memberikan kepuasan tersendiri bagi saya.

Tentu saja "nyasar"nya orang ke blog saya juga disebabkan oleh faktor DA (Domain Authority) dan PA (Page Authority) dari blog saya. Oleh karena itu target nomor 2 ini sangat berkaitan juga dengan target pertama dimana diperlukan kekonsistenan dalam menulis dan mengupdate blog. Sampai saat ini jumlah pageview per hari saya ada di kisaran 400-600. Semoga bisa terus bertambah.

3. Mulai membahas topik lain dan lebih teratur

Selama ini yang saya tulis di blog masih sebatas suka-suka serta tidak teratur ataupun terjadwal. Seiring dengan seringnya saya melakukan blogwalking akhir-akhir ini, sebenarnya akan lebih mudah apabila topik dan jadwal sudah ditentukan.

Selama ini yang paling banyak saya bahas adalah review produk anak dan hal-hal yang berkaitan dengan motherhood. Niche blog ini akan tetap tentang lifestyle, namun saya akan lebih memperbanyak review buku anak maupun buku dewasa. 

Selain itu saya juga ingin lebih mengeksplor tema-tema tentang keuangan keluarga.


Tidak muluk-muluk sebenarnya target saya untuk ngeblog. Seperti kata Gretchen Rubin penulis "My Happiness Project", tulis saja dulu tanpa membebankan dengan target, tau-tau blognya masuk ke daftar Top 5000 nya Technorati (peringkat blog di dunia).
 
Yang paling utama adalah kecintaan terhadap menulis yang harus dipupuk, kalau memang cinta, insya Allah berbuah manis 😊


Oh iya, selain page view dan kenalan blogger bertambah, ada loh satu manfaat yang baru saya rasakan setelah ikut ODOP: rezeki bertambah! Bukan, bukan karena baru dapat job dari blog ini. Tapi karena saya jadi sholat shubuh di awal waktu, entah kenapa jadinya selalu ada saja order di toko shopee saya atau lapak facebook, hihihihi. Nyata benar bahwa waktu shubuh bisa menjemput rezeki. *ketauan banget selama ini kesiangan mulu 😛

5 Situs yang Sering Dikunjungi


Jujur sih semenjak mulai sering main instagram sekitar 2014, saya jadi jarang bukan website tertentu. Padahal dulu, setiap duduk di angkot, pasti rajin buka-bukain situs berita (belum ada line today gaess). 

Sekarang perlu cari tau segala sesuatu: google. Sehingga sebenarnya cukup sulit untuk mengatakan, mana situs yang benar-benar saya memang niat kunjungi. Cara gampangnya, mari cek dari most frequent visit di browser. 

1. Blogger.com



Karena lagi ikutan BPN 30 Day Blog Challenge, jadilah website blogger yang paling sering dikunjungi. Biasanya saya ngedraft dari handphone lewat applikasi Blogger Pro, lalu diedit di web browser blogger via PC. Semoga blogger membuat applikasi yang lebih user friendly di handphone. Mereka sepertinya malas untuk mengupdatenya, applikasi blogger resmi rating di playstore hanya 3.8 dengan keluhan banyak bugs-nya.

2. Shopee



Ampunnn, ini juga sebenarnya applikasi yang paling sering saya buka. Bukan karena saya suka belanja online loh, tapi karena saya punya toko disitu dan beberapa fitur pengaturan toko hanya bisa dilihat via PC browser contohnya fitur promosi saya untuk pengaturan diskon di toko atau event promo shopee. Apalagi jika tokonya besar dan banjir pesanan, sudah pasti membuka shopee dari web browser karena memudahkan untuk mencetak label pengiriman dan memungkinkan untuk mass upload.

3. GoodReads




Saya sesungguhnya belum punya akun GoodReads tapi termasuk sering mencari review buku. Biasanya buku yang saya cari buku anak dan buku-buku self help. Iya saya sudah jarang sekali baca buku fiksi, apalagi yang percintaan (pahit kehidupan membuatku terlalu getir, halahhh). Sampai saat ini, goodreads tetaplah website terasyik untuk membaca review buku. Mulai dari buku internasional sampai buku Indonesia.

4. LibGen



Nah lanjutan dari habis browsing goodreads biasanya saya cari ebook buku yang menarik hati di website ini. Koleksinya banyak sekali, hampir semua buku ada walaupun untuk buku-buku baru biasanya perlu waktu lebih lama. Biasanya dari membaca sekilas buku tersebut, barulah saya membeli buku terjemahannya yang sudah diterbitkan di Indonesia. Terkadang saya akhirnya menjual buku tersebut kalau menurut saya memang bagus. Hitung-hitung menebus dosa udah mengunduh ebooknya, diganti dengan jualin buku resminya, hihihi...


5. Female Daily



Sebelum female daily menggarap segmen review di webnya, saya biasanya mengandalkan makeupalley untuk review produk kecantikan. Namun kelemahan makeupalley adalah reviewnya kebanyakan dari orang luar negeri yang tinggal di daerah 4 musim dan warna kulit yang berbeda. Sama dengan makeupalley, review di female daily juga bisa diurutkan berdasarkan jenis kulit serta umur reviewer sehingga sangat membantu untuk menemukan review yang lebih akurat dan cocok untuk saya, si orang Indonesia berkulit bacem.


Kok websitenya ngga ada yang berita ya? Karena sumber berita saya sekarang line today, hahaha. Berita-berita dengan judul click bait tapi tetap aja dibuka wkwkwkwk. Salah satu guilty pleasure saya: baca kolom komentarnya :p

5 Situs Belanja Favorit versi Online Shopping Mania


Nah ini dia nih yang paling sering jadi distraksi buat saya nulis, belanja! Dan di saat-saat terakhir ini, saya ketinggalan banyak post. Biang penyebabnya, 12.12! 

Seberapa sukanya saya belanja online? Sampai-sampai saya kalau ke mall ya hanya buat makan dan anak main, jarang belanja kecuali kebutuhan sehari-hari. Soalnya saya bisa menemukan barang yang sama dengan harga lebih murah di online.

Berikut tempat belanja online favorit saya, 2 marketplace dan 3 situs belanja (e-commerce).

1. Shopee



Siapa sih yang ngga tau shopee? Marketplace yang paling populer saat ini. Saya sudah memakai shopee semenjak punya anak pertama, hampir 2 tahun. Di Shopee saya bisa menemukan apa saja dengan harga yang termurah. Dari dulu subsidi ongkos kirim (ongkir) nya sampai 70 ribu sampai sekarang tinggal 20 ribu. Dari yang sebelumnya jumlah checkout free ongkir tidak dibatasi, sampai sekarang dibatasi dan dibuat jadi voucher. Hahahhaa, sebenarnya shopee semakin tidak mudah dan semenyenangkan dulu. Tapi sekarang hampir semua toko melapak di Shopee. 

Saya sendiri pun punya toko disini. Membuka toko di shopee memang lebih mudah padahal sebelumnya saya punya lapak juga di "si hijau", tapi akhirnya tidak terurus karena membuka toko di lebih dari satu tempat membuat pusing pengaturan stok barang, sedangkan saya masih mengerjakannya sendirian. Marketplace yang merah? Saya sudah tidak punya tenaga untuk membuka di situ walaupun promonya juga lagi gencar untuk free ongkir dan foundernya 1 almamater hehehehe.

Berdasarkan pengamatan saya, barang-barang seperti kosmetik dapat ditemukan di shopee dengan harga 20% di bawah harga normal eceran yang ditentukan produsen. Jadi kalau di mall diskonnya baru 15-20% saya belum tertarik, tapi kalau lebih dari itu baru lah menarik.

My Best Purchase: Susu anak paling murah bisa dapet di Shopee. Sebagai ilustrasi, Pediasure 850 gr itu harga normal di tokonya 280 ribu, kalau di Shopee bisa ada yang jual 220 ribu. Terkadang ada voucher cashback juga, jadi lumayan banget ngehematnya.

2. Lazada



Lazada juga merupakan marketplace yang artinya tidak semua barang disediakan dan dikirim dari gudang lazada. Biasanya yang dikirimkan dari lazada adalah barang-barang dari brand rekanan atau official shop. Kita juga bisa berjualan lewat lazada namun tidak semudah melalui shopee karena persyaratannya lebih khusus dan applikasinya pun berbeda. 

Sebenarnya saya suka agak trust issue sama lazada, karena diskonnya suka bohongan. Harganya suka di mark up dulu lalu diberi diskon besar dan jadi mendekati harga normalnya (kadang masih lebih mahal atau hanya murah sedikit saja). Saya sih tidak akan tertipu dengan yang begini. Belum lagi, keaslian barang tidak terjamin. Makanya di Lazada saya hanya berbelanja di official shop milik brand saat lagi ada promo besar-besaran.

My Best Purchase: Popok Sekali Pakai Sweety! Official Shop Sweety di Lazada termasuk yang paling sering diskon, kadang sampai 50%. Saya jadi sering dapat popok kelas gold dengan harga yang terkadang lebih murah daripada beli yang kelas silver di toko biasa.


3. JD.ID


Waktu baru pertama kali muncul (iyahhh, emang e-commerce kalau baru launching tuh promonya banyak dan pelanggan dimanjain banget), jd.id sering banget promo, belanja berapa pun gratis pengiriman ke seluruh Indonesia. Enak banget kann.. Sering tuh saya cuma beli 9 ribu perak tapi gratis pengiriman. Sekarang sih mereka sudah ada batas minimum pembelanjaan 90 ribu untuk bisa gratis ongkir tapi tidak ada batasan kg nya... Kategori yang ditawarkan beragam, mulai dari handphone, komputer, sampai kendaraan bermotor, kebutuhan sehari-hari dari mie instant sampai shampo, segala barang fashion, kebutuhan ibu dan anak, sampai barang branded mahal 😮 semuanya ada. Dan salah satu keunggulan jd.id adalah, dijamin ori.  

My Best Purchase: Kain Pel Bolde 70ribu saja sudah dikirim ke Cirebon (sambil beli nata de coco buat Ammar biar gratis ongkir), liat di mall hampir 200 ribu. Pernah juga saya beli mangga harummanis dan bawah merah via jd.id hihihi.

4. Watsons



Semenjak watsons buka toko online, saya hampir tidak pernah belanja di toko fisik watsons kecuali memang perlu atau ingin mencoba langsung produknya. Kenapa? Karena mereka memberikan promo tambahan diskon 20% untuk pembelian online. Jadi lebih murah beli online kan. Belum lagi layanan free ongkirnya yang tak terbatas dengan hanya belanja 50 ribu untuk pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Semoga saja seperti ini terus, ngga perlahan dikurangi seperti Shopee, hehehehe.

My Best Purchase: Sabun mandi Palmolive 1L cuma 25 ribu waktu promo 9.9 yang lalu. Dan saya borong 8L. Stok sabun mandi walau di rumah ada 10 orang aman sampai pertengahan tahun depan mungkin ya.

5. Orami



Orami (sebelumnya Bilna) adalah situs belanja yang fokus terhadap kebutuhan wanita (read: ibuk-ibuk). Mulai dari peralatan bayi, baju menyusui, sampai gincu semua ada disini. Harga normal di Orami memang lebih mahal daripada di Shopee, tetapi memang sering diskon dan harganya bersaing. Gratis biaya pengiriman untuk pembelian minimal 200 ribu. Sebenarnya ini agak memaksa sih, karena kalau tidak mencapai 250 ribu, biaya pengiriman ke jadebotabek jadi 18 ribu walau berat yang dibeli hanya 1 kg. Untuk di luar Jadebotabek, ada kuota berat pengiriman, kalau tidak salah 3 kg. Terakhir kali saya mencoba mengirim ke Cirebon, tidak sepenuhnya gratis soalnya.

Sekarang Orami tidak hanya berjualan namun menyediakan forum diskusi untuk ibu-ibu yang membahas mulai dari kesehatan sampai menyediakan konsultasi gratis dengan dokter spesialis via forum.

My Best Purchase: Playmat Parklon yang harganya lebih murah dari di ITC Kuningan tapi bedanya saya ngga perlu capek-capek ke ITC dan ribet bawanya. Semuanya di antar gratis tis ke rumah :) Tapi ini hampir 1.5 tahun yang lalu sih, sekarang mereka ada syarat dan ketentuannya untuk gratis pengiriman.


Bagaimana dengan anda? Ada yang sama?

My Simple Happiness



Okay, kejar tayang topik hari ke 27 - 5 Kebahagiaan Sederhana. Topik yang cukup susah menurut saya, seorang manusia yang banyak keluh kesah.. Duh ga good vibe banget sih aku orangnya. Jujur ini bahasan yang cukup berat karena terkadang saya masih struggling dengan diri sendiri untuk ikhlas menjalani hidup sebagai Ibu Rumah Tangga dengan anak yang nempelnya kaya perangko.

Tapi ada beberapa hal yang bisa membuat hari-hari saya lebih ringan setiap harinya, apabila...

1. Bangun Paling Pagi atau Tidak Ketiduran

Saya paling sering ketiduran saat nidurin anak dan seringnya bablas ketiduran sampai pagi. Alhasil cucian piring masih numpuk, baju-baju kotor belum dikucek dan direndam, membuat pagi hari ku saya lebih suram. Kebetulan anak saya yang kedua ini pun tidurnya mengempeng, jadi sulit sekali untuk melepaskan diri darinya saat tertidur.

Beberapa waktu ini karena harus menulis blog untuk BPN 30 Day Challenge 2018, saya jadi sering bangun jam 2 dan biasanya tidak tidur lagi sampai malam hari selanjutnya. Rasanya produktif sekali dan dapat melakukan banyak hal. Saya merasa menang sudah bisa curi start dari anak-anak saya. Menulis bagi saya adalah ME TIME. 

2. Anak Tidur Siang


Di balik ulah anak-anak yang membuat ibunya sering istighfar, melihat mereka ketika sedang tidur siang suka membuat saya terenyuh. Merasa bersalah sebelumnya sudah jengkel. They sleep like an angel. Biasanya saya suka berbisik meminta maaf jika saya memarahi mereka sebelumnya. Jika posisi tidur siangnya bisa terlepas dari badan saya, biasanya saya jadi bisa mengerjakan hal lain seperti merapihkan rumah atau melakukan hal produktif lain. Namun jika posisinya "sandera" maka saya hanya bisa memaksimalkan hal-hal yang bisa dilakukan melalui handphone seperti mengupdate jualan dan membaca e-book. Maklum saya hanya bisa pegang handphone saat mereka tidur atau tidak di dekat saya dalam rangka pembatasan screen time. Ya wajar saja kalau anak saya jadi mau main handphone kalau saya sendiri pegang handphone terus kan. 

3. Anak MAKAN dengan lancar


Anak saya termasuk picky eater berat. Sudah kecil susah makan pula, komplit deh, ibunya jungkir balik putar akal supaya anak mau makan. Padahal saya ini bukanlah ibu yang rajin memasak, namun demi anak saya suka mencoba berbagai macam resep. Tak jarang berujung dengan kegagalan. Ya anaknya ngga mau makan, ya makanannya juga rada jauh dari ekspektasi, hehehehe. Hal inilah yang paling sering buat saya senewen. Rasanya semua sia-sia.

Di antara banyaknya penolakan, ada kalanya anak saya mau makan dan senang dengan makanannya. Bagaimana rasanya? Bahagia. Bahagia banget, lebih bahagia daripada dapat nilai A dulu pas kuliah.

4. Bersama, berempat di satu tempat


Menjalani Long Distance Marriage itu ga mudah, hal ini lah yang membuat saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Walaupun terkadang kerinduan untuk bekerja kembali itu ada namun berkumpul bersama berempat di satu tempat adalah anugerah tersendiri. Satu yang saya rasakan setelah tidak LDM lagi, Ammar terlihat lebih happy. After all, mereka bertiga adalah orang-orang yang membuat saya lebih berarti di dunia ini.


5. Bisa Pergi Kajian Seorang Diri dan Pakai Tas Kecil


Kewarasan seorang ibu sering kali diuji, oleh karena itu me time sangatlah diperlukan. Saya yang dulunya sangat rebel, semakin tua jadi merasa semakin perlu siraman rohani agar tetap eling. Membawa anak-anak saat kajian itu fokusnya cuma 10%, sisa 90%nya waspada lihat anak kesana kemari atau bagaimana agar menjaga mereka tetap tenang dan tidak berisik. Oleh karena itu, kalau di rumah lagi banyak orang dan lagi pada berbaik hati untuk menjaga anak saya, langsung saya manfaatkan 2-3 jam untuk "kabur" ke pengajian mingguan sebentar. Waktu yang sangat singkat ini harus berfaedah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin bukan?

Lalu apa hubungannya dengan tas kecil? Kalau pergi tidak ada anak, tentu saja barang bawaan lebih sedikit bukan. Ini lah parameter "kesuksesan" saya, hahaha... pokoknya goals banget lah kalo kemana-mana udah bisa bawa sling bag kecil doang (artinya: ga ada buntut lagi).

BACA JUGA: 5 Barang di Tas Emak Nekat

Semenjak menjadi ibu, prioritas berubah, cita-cita menyempit, dan bahagia itu sederhana. Tapi kewarasan tetap yang utama.

5 Make Up Essentials versi Sumayyah


Awal Desember lalu setelah sekian lama akhirnya saya jalan-jalan lagi. Kemana? Simpel aja, ke Bandung. Sungguh berbeda dengan tahun 2017, tahun ini saya tidak kemana-mana sehingga ke Bandung saja rasanya spesial. Ini kali pertamanya kami pergi berempat ke luar kota (sebelumnya hanya Cirebon-Depok saja). Karena saya penganut tidak mau rempong dengan banyak bawaan, eh malah akhirnya banyak hal penting yang ketinggalan, di antaranya adalah: POUCH MAKEUP!

Untung saja sebelum pergi ke Bandung, kami mampir ke Depok dulu beberapa hari, sehingga saya bisa meminjam "essential make up" ke adik saya. Apa saja make up yang harus banget ikut bersama saya? Istilahnya my bare minimum make up.

1. Lipstick

Ini sih wajib bagi para wanita. Walau sedang di rumah saja dan hanya main sama anak-anak, kadang saya pakai lipstik loh. Mengoleskan lipstik dengan warna yang saya sukai meningkatkan mood dan semangat saya hari itu. Hehehehe.

Current Favorite: Maybelline Color Sensational Powder Matte Shade: Touch of Nude, Almond Pink

2. Maskara

Produk kecintaannku setahun terakhir ini adalah maskara. Iyaaa, saya selama ini tidak menyadari the power of mascara. Mata terlihat lebih segar dan terbuka, di saat perlu persiapan super kilat biasanya saya hanya memakai lipstik dan maskara.

Current Favorite: Maybelline Push Up Drana

3. Eyeliner

Produk mata yang satu ini sudah tidak terpisahkan sedari dulu walaupun sampai saat ini kalau pakai yang liquid masih mencong-mencong jadinya, tangan tremor. Hehhehee... Paling aman memang yang bentuknya pensil ataupun spidol. Semenjak saya suka maskara, eyeliner terkadang terlupakan, lagipula kadang pemakaian eyeliner membuat riasan terlihat lebih berat. Kadang jika rajin, saya lebih suka memakai nude liner di water lash line agar mata terlihat lebih terbuka namun natural.

Current Favorite: Maybelline Hypersharp Liner yang Kuning

4. Lip Balm

Bibir saya sebenarnya jarang pecah-pecah, saya terbiasa memakan lipbalm sebelum tidur sehingga pagi hari bibir terasa lebih lembut dan lipstick ready. Pernah suatu waktu, saya tidak memakai lipbalm berhari-hari, padahal sebagian besar hari saya di ruangan berAC, jadi pecah-pecah dan tidak bagus kalau dipakaikan lipstik.

Current Favorite: Vaseline Petroleum Jelly yang multifungsi atau Nivea Lip Balm yang Biru

5. Complexion product

Yah ada yang bilang kalau cantik umur 20 kebawah itu keturunan, 20 ke atas itu skin care. Memang sih kalau sedang rajin skin care-an dengan benar terasa bagusnya di kulit muka. Tapi saya lebih sering ga teraturnya, alhasil masih sering kurang PD kalau tidak pakai produk complexion. Eh sebenarnya sih cuek aja asalkan memang pergi ke tempat non formal dan ga bakalan ketemu orang yang dikenal. Hehehhe.

So far saya belum pernah coba produk high end jadi masih puas-puas saja dengan foundation yang saya punya. Saya lebih suka yang sheer to medium coverage biar ga kaya dempul. Belum lama ini saya mencoba CC Cream nya Lakme, lumayan juga hasilnya MSBB (ada ga sih istilah ini, kan MLBB ada tuh) - My Skin But Better. Tapi sepertinya saya salah beli shade, jadi terlalu gelap dan jadi agak kusam, hehehehe.

Current Favorite: Bourjois Healthy Mix Serum Foundation, L'oreal True Match Cushion


Hasil pinjaman dan persediaan make up darurat di rumah Depok 😝
Ki-Ka: Lakme 9to5 CC Cream, Catrice Contour and Eyeliner Pencil, Dear Me Liquid Lipstick Shade Dear Leya, L'oreal Lash Paradise, Nivea Lip Balm Vitamin Shake


Muka Inem tetap terlihat tidak berbeda yaa.. Hahahaha

Ada rekomendasi produk make up essential lainnya yang ahrus ditambahkan?

Hari Minggu Ceria Generasi 90an!


I'm a proud generasi 90an! Menurut saya generasi 90an itu di tengah-tengah, masih dapat dan dekat dengan alam tapi teknologi sudah lumayan maju juga. Sampai-sampai ada loh akun instagram terkenal tentang generasi 90an


Nah salah satu hal yang menjadi ritual dan kenangan indah generasi 90an adalah hari minggu! Hari ini adalah hari favorit saya sewaktu kecil. Hari dimana saya bangun pagi secara sukarela karena saya mau nonton kartun. Mulai dari jam 05.30 sampai jam 12.00. Pada hari ini juga saya dan adik-adik diperbolehkan menonton TV lebih lama.


Hari minggu yang biasanya saya jalani:

Jam 05.30 - biasanya dimulai dengan club disney di Indosiar. 
Jam 06.00 - bergegas antri untuk beli bubur ayam di komplek yang sangat laku dan antri. 
Jam 07.00 - Nonton Chibi Maruko Chan di RCTI *sekarang chibi maruko chan tayang lagi loh di RTV*
Jam 07.30 - Sailormoon di Indosiar
Jam 08.00 - Doraemon di RCTI 
Jam 08.30 - Detective Conan di Indosiar 
Jam 09.00 - Ninja Hattori di RCTI
Jam 09.30 - Pokemon di Indosiar
Jam 10.00 - Powerpuff Girl di RCTI
Jam 10.30 - Crayon Shinchan di RCTI
Jam 11.00 - One Piece di RCTI

Jadwal di atas sebenarnya berdasarkan ingatan saja, lupa-lupa ingat. Tapi yang pasti jam 08.00 itu doraemon dan karena TV di rumah hanya satu, terkadang saya mesti rebutan dengan adik saya yang laki-laki untuk menonton karena hampir semua stasiun TV menayangkan kartun di minggu pagi. Biasanya kalau sudah begini, mandi hanya sekali saat minggu sore *yang bagian ini ga beda jauh sama keadaan sekarang hahahhaa 🤣*

Entah apa penyebabnya, namun sekarang hari minggu sudah punah, tidak ada lagi marathon berbagai jenis kartun. Yang ada malah acara gossip 😣 Sekarang kartun banyak tayang di pagi, siang, dan malam hari kerja. Spongebob Squarepants dan Upin Ipin bisa tayang total 4-5 jam sehari. Isi tayangannya diulang-ulang dan cerita bisa dipotong begitu saja menggantung jika waktu sudah habis dan saatnya berganti acara. Gengges banget lah cara motongnya, tiba-tiba dan tanpa basa-basi, hihihi. Ya tapi karena sudah diulang-ulang terus jadinya ga penasaran banget sih.


Generasi millenial mungkin ga akan mengerti betapa ditunggu-tunggunya hari Minggu dulu. Memang sih sekarang sudah bisa nonton kartun kapan saja karena ada youtube, tv online, dan penyedia content lainnya, namun kenikmatannya terasa berbeda kalau kamu tidak gampang mendapatkannya, ya gak? Sama seperti jika kamu mendengarkan lagu kesukaan di radio, karena yang menentukan bukan dirimu sendiri, hehehe.

Selasa, 18 Desember 2018

5 Hal yang Belum Kesampaian



Kyaaa, utang post ku membludakk nih... Selain ada godaan harbolnas, topiknya makin susah euy.. Perlu renungan khusus soalnya.

1. Pergi Umrah/Haji

Yang ini sih udah jelas ya, pengen banget. Sudah pernah saya sampaikan di post hari ke 13 tentang kota wisata impian bahwa saya pengen banget bisa umrah untuk pertama kalinya tapi masih terhalang oleh beberapa hal seperti dana dan anak-anak, hahaha... Semoga diberi kesempatan untuk berkunjung ke sana suatu hari nanti.

BACA JUGA: Sudah ke New York Tapi Belum ke Mekkah!

2. Memulai Usaha dengan Produk dan Brand Sendiri

Nah ini diaaa... sudah lama saya sangat ingin membuat produk dengan brand sendiri. Ide sih udah banyak, bahkan sempet corat coret Business Model Canvas, tapi realisasinya sampai sekarang masih belum. Duh lagi-lagi, excuse saya apalagi kalau bukan, anak. Cupu banget saya, padahal di luar sana banyak mompreneur, tapi kok saya masih belum bisa membagi waktu ya. Kadang buat mau pup dengan tuntas dan tenang saja susah, apalagi memulai bisnis baru. 

Source

Saat ini sebenarnya saya sudah mulai jualan kecil-kecilan. Biasanya yang saya jual adalah produk-produk yang saya suka atau produk-produk yang bisa saya jual di bawah harga pasar. Jadi value proposition di toko saya adalah kalau beli, ngga rugi karena lebih murah. Tapi era persaingan online lewat marketplace macam shopee itu benar-benar melelahkan. Kadang hanya ambil untung seribu rupiah agar produk kita menarik orang. Bedanya, saya toko kecil yang sudah tidak star seller lagi semenjak lahir anak kedua, dan saya harus bersaing dengan toko besar. Misalnya saya ambil untung seribu saja, toko besar mungkin tidak berbeda jauh namun volume penjualannya besar. Oleh karena itu, saya ingin punya produk sendiri yang beda dengan orang lain sehingga lebih fleksibel untuk saya menentukan harga. 

3. Membuat bangga orang tua

Saya sadar banget bahwa sebagai anak pertama dari sembilan bersaudara yang sudah hidup selama 28 tahun, saya belum bisa buat bangga orang tua. Kata-kata yang paling sering saya dengar dari orang tua saya: 

"Sebenarnya kakak pintar... "
"Sebenarnya kakak mampu..."
"...Sayang potensinya"

Iya, saya anak yang gagal. Karir tidak, keluarga pun masih engap-engapan mengurusnya. Selama ini saya terbiasa "beruntung". Saya bisa masuk perguruan tinggi negeri yang memanggil mahasiswanya dengan sebutan "putra-putri terbaik bangsa" pun sepertinya saya beruntung karena saya tidak bersusah payah. Namun karena terbiasa tidak bersusah payah membuat daya juang saya mungkin tidak terlalu tinggi sehingga apa yang saya lakukan dan jalani tidak ada yang istimewa, mediocre

My precious

Sampai saat ini, saya masih "memerangi" diri saya sendiri untuk berdamai dengan peran yang harus saya jalani sekarang: menjadi seorang Ibu. Saya ingin suatu saat nanti saya bisa mulai "terbang" kembali dan membuat orang tua saya bangga. 

4. Anak-anak menjadi anak yang sehat dan sukses

Ada banyak waktu dimana saya merasa gagal seperti yang saya sampaikan pada poin di atas, saya merasa terkekang. Saya ga mau kalah dua kali, biarlah pengorbanan saya saat ini akan berbuah manis bagi anak-anak saya kelak. Semoga mereka menjadi anak yang baik hati dan budi pekertinya, pintar, serta sukses dunia dan akhirat. Untuk jangka pendek ini saya harap mereka bisa makan dengan lancar serta sehat dan bagus tumbuh kembangnya. :p


5. Menjadi Istri Sholehah

Saya tahu saya jauh sekali dari kriteria istri ideal apalagi trophy wife. Berkali-kali entah hanya candaan atau tidak, tapi suami saya seperti menyesal dan apes dapet saya. Huhuhu... Ya mungkin ada benarnya juga sih, karena setiap saya kesal apapun penyebabnya, yang kena ya suami. Belum lagi, saya tidak pintar memasak dan juga tidak bisa memijit. Duh sebagai istri kayanya saya ga ada bagus-bagusnya. 

BACA JUGAEat, Read, Pray, Love, and Learn

Beberapa waktu yang lalu saya baca artikel tentang banyaknya perceraian di usia tua ketika anak sudah dewasa. Salah satu penyebabnya adalah karena terlalu mengutamakan anak-anak sehingga mengesampingkan pasangan, padahal anak-anak akan membangun keluarganya sendiri, tapi pasangan (Insya Allah) seumur hidup.  Saya akan mencoba untuk mengendalikan emosi saya dan menjadi istri yang lemah lembut terhadap suami. Taat juga tentunya, ga marah-marah kalau suami minta bikinin mie goreng di tengah malam. Saya akan mencobanya. Doakan saya berhasil ya. Aamiin...

My little family

Kamis, 13 Desember 2018

Andai Saja Saya Tahu Mengapa Anak-Anak BBLR


 Day 23 of 30 Day Blog Challenge BPN temanya adalah tentang Hal yang Disesali sampai saat ini.

Ada satu hal yang terus membuat saya bertanya-tanya, ingin tau jawabannya tapi tidak ingin mengulanginya lagi.

Yaitu, HAMIL.



Kenapa?

Dua kali saya hamil dengan tingkat ke-kebo-an yang sama, namun asupan gizi yang berbeda. Di kehamilan yang pertama, saya sangat menjaga makanan, tidak makan mie instant, menghindari sate dan bakar-bakaran, dan lain-lain. Pada saat akhir kehamilan, bayi saya masih cenderung kecil sehingga saya disarankan makan es krim bahkan saya sempat infus fenofer (zat besi agar saya tidak anemia dan bayi tidak kecil). Namun ternyata, tetap saja anak saya kecil. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) karena di bawah 2.5 kg walaupun tidak prematur (cukup umur, 38 minggu). 

BACA JUGA: My First Pregnancy Story

Di kehamilan kedua, (seperti layaknya ibu lain pada kehamilan kedua yang tidak direncanakan) saya cenderung serampangan, makanan tidak begitu dijaga, suplemen terkadang lupa. Namun saya mengambil inisiatif untuk makan coklat dan es krim sebelum disuruh dokter sebagai usaha agar anak saya nanti besar. Saya berhasil menaikkan berat badan saya sebanyak 17 kg (dibandingkan dengan hanya 9 kg di kehamilan pertama). Lalu apa yang terjadi, ternyata semua hanya lemak hanya lari ke paha saya, anak kedua saya BBLR lagi dengan berat 100 gram lebih ringan dari kakaknya. Sakit hati ini tuuu...

Jika pada kehamilan pertama saya melakukan USG 4D sampai 2x. USG 4D yang pertama karena genit, yang kedua karena dirujuk untuk dianalisis lebih detail tentang kondisi janin dan sambungannya. Di kehamilan kedua, kami sudah niat untuk melakukan USG 4D, tapi dokter subspesialis yang jadi rujukan mereschedule jadwal hingga 4x, padahal untuk kontrol, saya harus pergi dari Cirebon ke Depok (saya tidak mau ganti-ganti dokter). Tentu saja ini sangat merepotkan dan berujung akhirnya kami tidak jadi USG 4D.

Hasil analisis USG 4D pada kehamilan pertama saya adala terdapat gangguan pada saluran "makan"  sebelah kiri ke janin sehingga asupan yang diterima bayi kurang maksimal. Sedangkan di kehamilan kedua, misteri ini tidak terpecahkan. Apakah sama seperti dulu? Saya terus bertanya-tanya. I keep having thoughts that I have such a bad womb.

Waktu pertama kali melihat daftar tema blog challenge ini, ketika membaca judul tentang hal yang disesali, jujur saya merasa tidak ada yang saya sesali. Semua kegagalan dan patah hati yang saya alami dulu ternyata mengantarkan saya ke skenario tuhan yang lebih baik.

Nah, terus kenapa saya menyesali tidak mengetahui lebih lanjut alasan anak-anak saya BBLR semua?

Semua berawal dari instastory seorang dokter spesialis anak yang cukup populer di Instagram. Saya sudah tau kalau Indonesia memang darurat stunting, dan anak pertama saya pun sudah oernah divonis FTT (failure to thrive) dengan perawakan pendek. Yang saya baru tahu adalah bayi dengan berat lahir di bawah 2.5 kg dan tinggi di bawah 48 cm, adalah STUNTING. Dan stunting adalah irreversible damage. And its damage also affect brain.

ARTINYA anak saya stunting dari lahir. Memang keduanya memiliki nafsu makan yang rendah dan kemungkinan ada hubungannya dengan ADB (Anemia Defisiensi Besi). Kenyataan bahwa anak saya sudah stunting sejak lahir cukup mematahkan semangat saya bahwa suatu hari mereka akan bisa tumbuh seperti anak lain selama asupan gizinya cukup. Ditambah lagi kemarin saya habis reuni dengan teman kuliah dan saya melihat betapa pendeknya anak saya dibandingkan dengan anak-anak teman saya, tinggi badannya (usia 28 bulan) sama dengan yang berusia 15-18 bulan :(

MASALAHNYA, anak pertama saya adalah picky eater berat yang hampir mustahil untuk diberi makan, sedangkan anak kedua saya, tutup mulut dari pertama kali MPASI sampai sekarang sudah 3 bulan. Bagaimana saya bisa catch-up? 

Saya jadi banyak berandai-andai, andai saja mereka tidak BBLR, mungkin tidak ada kecenderungan anemia, sehingga nafsu makannya lebih baik. Saya penasaran sekali apakah jika saya hamil lagi maka anak saya akan BBLR lagi walaupun saya sudah menjaga asupan gizi saya dan kenaikan berat badan yang cukup? Tapi itu berarti saya punya anak lagi, sedangkan dua saja sudah mengajarkan saya untuk banyak-banyak beristighfar.

BBLR ini bagi saya menjadi mula dari permasalahan saya dan anak-anak saya yang susah makan dan tidak gemuk-gemuk. Ga, jangan gemuk deh, saya hanya ingin mereka tidak kurus dan lebih berisi. Belum lagi bayi BBLR memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk kolik, seperti yang saya alami dengan anak kedua saya. (Yup, kolik itu jadi mimpi buruk dan membuat saya baby blues).

BACA JUGA: Kolik dan Alergi Bikin Stres

Bagaimanapun saya harus mensyukuri bahwa mereka sekarang dalam keadaan sehat dan perkembangannya sesuai. Tapi saya belum siap jika nanti anak kedua saya divonis FTT lagi. Ga siappp... Bisa stres lagi saya. Ahh, jadi ibu itu memang rentan overthinking.

Ah, post ini rasanya sangar curcol dan penuh emosi. Adakah yang bisa memberi saran untuk saya? Mungkin saya perlu jalan-jalan ke NICU agar lebih bersyukur.




Rabu, 12 Desember 2018

Mau Jadi Blogger Model Apa?


Day 22 of 30 Day Blog Challengenya BPN (Blogger Perempuan Network), 8 hari lagi beibehhhh... Aku mulai ketinggalan 2-3 post nih, hikss... Ditambah ada 12.12, ya sudah aja deh, banyak distraksi untuk memperebutkan barang-barang diskonan... Tunggu list rekomendasi situs belanja untuk Day 28 yaa.

Tema hari ke 22 ini adalah memilih yang mana, menjadi blogger part-time atau full time. 

Full-time tentu saja tidak memungkinkan bagi saya, sepertinya part-time yang lebih cocok. Tapi terlepas dari itu, ketika dilabeli full time atau part time, apakah itu berarti blogger yang sudah berpenghasilan dari blognya? 

Saya sendiri belum sampai 6 bulan membeli domain nama untuk blog saya dan belum pernah mendapatkan job review karena memang nilai DA dan PA saya yang belum tinggi serta kurang aktifnya saya di twitter. Ada beberapa syarat yang biasanya diberikan untuk ikut dalam kemitraan jaringan blogger seperti jumlah follower di twitter dan instagram, serta nilai DA dan PA (min. 15). Tak jarang banyak blogger yang memiliki lebih dari satu akun di platform media sosial tersebut, satu untuk kepentingan blognya, satu untuk pribadi. 

Saya sendiri sebenarnya menulis blog karena saya perlu tempat untuk mencurahkan pikiran. Selain itu ketika seseorang merasa bahwa apa yang kita tulis itu bermanfaat akan mendatangkan kepuasan batin tersendir untuk saya. Memang ketika membuka blog saya akan muncul iklan-iklan karena saya memasang Google Adsense, tapi pendapatannya hanya 500 rupiah per hari, hihihi. Jadi ya bisa dibilang saya memang masih jauh jika dikatakan menjadikan blogger sebagai profesi.

Bagaimana pun ke depannya, saya ingin selalu menulis apa yang memang menjadi pendapat saya. Saya ingin review saya tetap jujur dan bukan titipan. Saya ingin tulisan saya tidak kehilangan nyawa dan identitasnya. *naonnn sihh* Karena sering kali saya mendapati diri saya jadi kurang tertarik membaca tulisan jika itu sponsored post (ada yang merasakan hal yang sama). Menurut saya hal itu sah-sah saja, walaupun blogger sudah menuliskan bahwa artikel tersebut sponsored post, namun dari kacamata saya sebagai pembaca, hal itu dapat mempengaruhi kejujuran pendapat kita terhadap suatu produk (walaupun sebenarnya mungkin saja pendapat atau reviewnya memang jujur). Jadi ya kalo saya mah, maunya dapat gratisan tapi ga mau didikte gitu mesti nulis apa, hehehee :p

Apapun itu, full time ataupun part time, semoga kita menjadi blogger yang membawa manfaat bagi orang lain ya :)

I love Ironing!



Day 21 dari 30 Day Challengenya Blogger Perempuan temanya adalah pekerjaan rumah yang disukai. Jika ada membuka post ini karena anda tidak suka menggosok dan penasaran kenapa saya suka. Maka anda telah terkena click bait. Hahahhaha...

Gosok adalah pekerjaan yang paling saya benci pertama. Bayangin aja, dulu saya tinggal di Bekasi, kerja di Jakarta senggol Depok, tiap istirahat makan siang di hari Jumat saya mampir ke rumah orang tua di Depok cuma untuk naruh gosokan! Segitu malasnyaa 😝 Kenapa ga di laundry aja? Di laundry kiloan baju saya dan suami banyak yang hilang dan baru sadarnya sudah agak lama. 

Ok ok, yang dibahas harus yang disukai ya. 

1. Menyapu Lantai

Saya suka menyapu, karena saya sangat tidak suka liat rambut di lantai. Maklum perempuan, sampahnya ya rambut. Semenjak ada krucil sih sampahnya lebih banyak remahan makanan mereka baik kering maupun basah. Heuuu... Setiap ada waktu, saya menyapu. Mampir ke dapur, mau buat susu anak tapi ada kotoran, saya sapu. Mungkin bisa lebih dari 5x sehari, saya menyapu, baik keseluruhan atau sedikit-dikit.

2. Mengepel Lantai

Sebenarnya pekerjaan mengepel itu adalah salah satu hal yang dulu saya benci. Waktu saya masih kost saat jadi mahasiswa dulu, saya pakai tissue basah untuk mengelap lantai. Ya saya paling malas memeras kain pel. 

Seperti disebutkan di poin sebelumnya, kehadiran krucil selalu mengubah hidup seseorang. Sisa makanan pasti ada yang jatuh di lantai dan harus segera dibersihkan, apalagi kalau manis. Kalau hanya sedikit sih bisa dielap pakai tissue kering ataupun basah, namun tak jarang yang tumpah air minum... Mau ga mau saya jadi sering mengepel juga. 

Semenjak saya kenalan sama kain pel yang bisa diputar-putar sendiri di embernya ituuu, saya jadi suka ngepel. Asyik... kain pel bisa kering dengan cepat. Rekomen banget deh buat yang ga suka ngepel kaya saya. *Andai aja ini sponsored post yakkk

Contoh Kain Pel Putar-Putar, ada banyak merk dan ragamnya

3. Masak

Yang kenal saya pasti bakal bilang, "hahhh.. elu masak?". Saya akui saya jarang masak, kenapa? Karena anak saya ga bisa dilepas, senempel itu loh sodara-sodara.. Hikss.. Tapi setiap kali ada kesempatan dan memungkinkan untuk saya memasak, saya pasti maunya masak. Motivasi utama memasak: HEMAT. Beneran deh, dengan jumlah makanan yang lebih banyak (maap, saya masih pake bumbu instan tapinya) bisa didapatkan dengan harga yang lebih murah. Mau steak wagyu ala-ala resto pun juga bisa karena sekarang berbagai jenis daging premium dapat dibeli secara online dengan harga yang relatif lebih murah dibanding toko offline. Modalnya hanya cookpad dan si ajaib kaldu jamur. Hiihihihi


Source: Pixabay
Huff, untung daftarnya ga disuruh buat 5 pekerjaan rumah yang disukai. Susah nambahinnya rekkk.. daripada boong kan yaa... Hihihi..

See you at my next post