Selasa, 29 Januari 2019

Review: Lipstik Arab 4ribuan


Ceritanya kemarin sunblock saya habis dan saya carilah di marketplace oren. Dan seperti orang lain yang pakai marketplace ini, pastinya mau manfaatin free ongkirnya. Kebetulan toko tempat saya beli sunblock, minimal pembelanjaan untuk free ongkir adalah 50.000 rupiah. Sunblok saya 47.500, kurang 2.500 lagi.

Jadilah saya browse isi toko itu dan diurutkan dari yang paling murah. Jreng-jreng, muncul lah si lipstik arab ini yang dibanderol harga 4.000 rupiah saja.

Sebenarnya lipstik ini sudah tidak asing, banyak dijual di toko oleh-oleh haji. Namun saya belum pernah mencoba. Ah ga ada salahnya nyoba, keluar 4.000 tambahan dibanding jadi bayar ongkir 11.000 hihihi #logikaibuibu

Packaging
Ga usah expect banyak kalau harganya cuma 4.000 ya buibu, lipstik ini ga ada bungkus, seal, atau kotak gitu. Tube lipstiknya terbuat dari plastik, di dalamnya plastik reflektif bewarna emas.

Penampakan Lipstik 4 ribu


Review lipstik arab
Keterangan Produk 
Oh ternyata namanya Lipstick Hare. Dan yang saya beli ternyata Shade 33 (yang jual sih ga kasih pilihan kalo ada shade lain). Walaupun sering disebut lipstik arab tapi buatannya Taiwan. Dan ternyata lipstik ini ada nomor BPOMnya loh. Mari kita cek, apakah nomornya beneran atau ngga.

Review lipstik arab
Hasil Pencarian di Situs BPOM
Wiii cocok dan sama nomor dan deskripsi produknya. Insya Allah aman untuk digunakan berarti ya.

Lalu gimana hasilnya di bibir?
Lipstik arab

Maafkan, ini swatch pagi-pagi masih bare face. Warnanya manis dan natural namun tidak mengcover warna asli bibir. Just nice. Lipstik juga tidak lengket tapi ada sensasi berminyak sedikit dan tidak membuat bibir kering. Lipstik ini suka saya pakai di rumah atau saat keluar rumah namun tidak mau tampak seperti dandan, hanya agar tidak terlihat pucat.

Worth to buy? Yes, murah ini hihihi... Tapi ga ada niatan mau koleksi kalo ada warna lain sih. 

Senin, 28 Januari 2019

Telaga Nilem dan Remis, Wisata Alam Cantik di Kuningan

wisata alam kuningan


Sudah lebih dari setahun menetap di Cirebon, rekor terlama tidak pulang ke Depok hanyalah 4 minggu kurang. Namun kelamaan, menempuh macet Cikampek (yang masih banyak proyek pembangunan) 2 minggu sekali rasanya selain mahal juga melelahkan. Apa salahnya kali ini lebih mengeksplore daerah sekitar Cirebon.

Atas rekomendasi dari seorang teman, minggu lalu kami berkunjung ke Telaga Nilem yang terletak di perbatasan antara Kuningan (Jawa Barat), Cirebon, dan Majalengka. Melihat reviewnya di google sih, nilai Telaga Nilem cukup bagus. Wah sepertinya asyik nih kalau bisa ajak anak-anak main air di sana.

Kami beranjak dari Kota Cirebon sekitar pukul 10 pagi dan menempuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke Telaga Nilem. Rupanya, Telaga Nilem ini satu kawasan dengan Telaga Remis. Selama ini suami saya yang asli Majalengka hanya tau Telaga Remis saja.

Masuk ke kawasan ini akan dikenakan beberapa tiket, yang pertama tiket masuk Gunung Ciremai sebesar 5000 rupiah, lalu untuk masing-masing telaga dikenakan lagi 10.000 rupiah.

Apa bedanya Telaga Nilem dan Remis?

Telaga Nilem

Telaga Nilem sebenarnya adalah tempat pemandian umum alam. Airnya bening sekali dan bersuhu sejuk (tidak membuat menggigil macam air di Lembang). Kedalamannya bermacam-macam, ada yang cukup dalam, ada yang cetek dan aman untuk direnangi anak-anak. 

Panorama View Telaga Nilem

Ada banyak warung di sekitar telaga Nilem, mereka menawarkan berbagai macam makanan seperti jajanan snack warung, gorengan, pop mie, dan semcamnya. Tidak lupa mereka juga menyewakan ban dan pelampung berbagai macam tipe, mulai dari ban anak hingga dewasa sampai dengan floaties berbentuk matras yang bisa dipakai untuk tiduran di atas air. Mereka juga menyewakan baju renang/basahan untuk bermain air jika anda lupa membawa. Yang paling penting juga, mereka menyediakan kantung waterproof untuk gadget anda agar aman dipakai berfoto-foto di air. Jadi tidak usah khawatir jika kunjungan anda ke telaga nilem bersifat dadakan dan kurang persiapan, karena warung-warung ini siap membantu dengan harga yang cukup murah dan manusiawi.


Biasanya anak muda senang menghabiskan waktu di bagian kolam dalam. Sedangkan yang mengisi kolam cetek biasanya yang bawa keluarga dan anak kecil. Ceteknya pun kira-kira sepinggang suami saya. Anak-anak saya senang sekali bisa berenang bersama ikan-ikan kecil di sini.

telaga nilam
Kolam Cetek Telaga Nilem

Kurang lebih 1 jam mereka berenang sampai adzan Dzuhur berkumandang. Biarpun berenang di siang bolong, Alhamdulillah cuacanya pas dan bagus, tidak panas terik namun tidak gloomy dan mendung.

Setelah berganti pakaian di ruangan yang disediakan (bayar 2000/orang yang ternyata all in untuk ganti sebelum dan sesudah renang, jadi ga usah ngumpet-ngumpet ganti pakaian sebelum renang kaya suami saya ya gaes...), kamu pun beranjak ke objek wisata yang dekat selanjutnya.

Telaga Remis

wisata alam kuningan


Telaga Remis jauh lebih besar dari telaga nilem, namun kita tidak diperuntukkan untuk berenang karena ada banyak ganggang disana. Warna yang dipancarkan dari telaga berwarna biru kehijauan, yang jika didekati airnya tetap bening dan nampak ikan berenang-renang.

telaga remis

Kawasan ini sangat photogenic dan tipe wisata untuk dinikmati mata. Mereka yang hobi memancing pun bisa memancing ikan disini dan bakar di tempat. Kawasan yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan ini juga menyediakan jalur khusus untuk pejalan kaki jika ingin mengelilingi telaga.


telaga remis

Selain itu ada juga wahana sepeda air/bebek kayuh seharga 20.000 untuk 15 menit. Karena sepi dan saat itu hanya kami saja yang bermain bebek kayuh, kami diperbolehkan untuk main sepuasnya.

telaga remis


Walaupun akhir pekan, namun tempat wisata ini tidak terlalu ramai dan cenderung sepi, lain halnya saat liburan sekolah. Kebanyakan warga sekitar justru berkunjung ke Rumah Makan yang ada sebelum masuk ke Kawasan Gunung Ciremai. Salah satu Rumah Makan yang terkenal, namanya Kharisma. Harganya murah, makanannya enak, dan tempatnya bagus.

Alhamdulillah, kesampaian juga mulai explore satu-satu wisata alam yang mudah dijangkau dari Cirebon supaya akhir pekan isinya ga cuma belanja ke Mall hihihi.

Kalau ditanya worth it ga dikunjungin untuk orang luar kota yang jauh-jauh ke Cirebon? Ya tergantung, suka alam dan hal yang ga bisa ditemuin di Jakarta ga? Kalau punya lebih dari 1 malam sih worth it. Objek wisata ini cuma perlu setengah hari kok. 

Rabu, 23 Januari 2019

Review Buku: The Danish Way of Parenting

Jiahh, belum apa-apa daku sudah utang hampir 3 post di bulan ini. Baru bulan Januari dan target blogging yang ditentukan oleh diri sendiri tidak dipenuhi. Hadeuhhhh.

Pada post pertama di tahun 2019 ini, saya akan mereview buku yang cukup populer di trimester akhir 2018 lalu. Saking lakunya, bahkan penerbit menaikkan harga buku tersebut dari 49.000 menjadi 59.000. Buku itu berjudul "The Danish Way of Parenting".


Apa yang membuat buku ini berbeda dengan buku parenting lainnya? Baca post ini sampai akhir yaa.

Judul: The Danish Way of Parenting (Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak) 
Penulis: Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl
Penerbit: Bentang Pustaka 
Tahun Terbit: 2016 (edisi asli) 
Cetakan I edisi Terjemahan: April 2018
Jumlah Halaman: 180


Semenjak menjadi orang tua, barulah saya sadar bahwa pengasuhan menjadi dasar penting hidup seorang anak. Bahkan hal ini akan mempengaruhi suatu generasi dan masa depan suatu negara. Kayanya lebay ya, tapi tidak. 

Sudah lama saya ngefans sama negara-negara di Skandinavia yang selalu menduduki peringkat teratas dalam survey kebahagiaan. Selain itu kebijakan-kebijakan yang mereka miliki pun sangat family friendly, seperti maternity leave yang panjang, paternity leave untuk ayah agar bisa turut membantu Ibu, penitipan anak subsidi pemerintah yang berkualitas dan lain-lain.

Terwujudnya buku ini bermula dari penasarannya Jessica, seorang kewarganegaraan Amerika yang memiliki suami orang Denmark, tentang "Apa yang menjadikan anak-anak (dan orang tua) di Denmark, orang paling bahagia di bumi?" Bersama dengan Iben yang seorang psikoterapis dan Ibu di Denmark, mereka melakukan penelitian yang kemudian dituliskan dalam buku ini agar lebih banyak orang yang mendapatkan manfaat dan bisa belajar dari cara orang Denmark membesarkan anak-anaknya.

Buku ini sendiri terbagi menjadi 6 bagian yang bisa disingkat dengan kata PARENT ditambah dengan 1 bagian pendahuluan tentang fakta yang ada di belahan dunia lain (khususnya Amerika).


Pada bagian Play dijelaskan bagaimana pentingnya bermain untuk anak-anak sebagai proses belajar kita. Bahkan sebenarnya lebih baik lagi jika mereka dibiarkan main bebas di luar rumah dengan pengawasan kita daripada playdate atau kegiatan bermain yang sudah diatur. (Bagian ini nih, iri banget sama eropa yang dikit-dikit ada playground gratisan buat dimainin anak-anak, di Indonesia kita mesti ke Emol.. Hiks). Beberapa penelitian bahkan menyimpulkan bahwa bermain mempunyai dampak langsung pada semua kemampuan beradaptasi dalam kehidupan. (FUN FACT: Lego asalnya dari Denmark loh)

Pernah dengan Hans Christian Andersen? Penulis terkenal dari Denmark dengan karya terkenalnya seperti The Ugly Duckling dan The Little Mermaid. Tahukan anda sesungguhnya cerita dongen yang sampai dan sering dibacakan di kita atau difilmkan Hollywod memiliki akhir cerita yang berbeda dari aslinya. The little mermaid misalnya sebenarnya dia tidak mendapatkan pangeran dan berubah menjadi buih lautan karena kesedihan. Ya, orang Denmark percaya bahwa tragedi dan kesedihan bukanlah untuk ditutup-tutupi atau hindari, karena dengan adanya itulah membuat mereka bersyukur dengan apa yang mereka miliki.

Bab Authenticity membahas bagaimana membesarkan anak secara natural agar dia dapat mengenali dan menerima semua emosi sejak dini. Hal ini selaras dengan fitrah based parenting yang mengatakan bahwa pada usia 2-7 tahun yang harus diasah adalah otak emosi. Salah satu kesalahan yang saya suka lakukan adalah, overpraised. Terlalu memuji anak tidaklah disarankan karena bisa menyebabkan fixed mindset, contohnya biasanya terjadi pada anak yang selalu dipuji cerdas (secara effortless, alias pinter dari sononya), ini bisa membuat anak justru tidak mau mencoba terlalu keras karena seakan jadi tidak pintar. Heuuuu, jleppp ini kayanya aku banget si fixed mindset. Dari kecil dibilang pinter, sedangkan adikku selalu dibilang tidak sepintar kakak tapi rajin dan gigih, jadilah ia growth mindset. Jreng-jreng, Now I'm a broke and dull mother, and she holds master degree from abroad and allowed to be working online from Indonesia because they need her. Intinya, kalau mau memuji, pujilah prosesnya.

Pada bagian Reframing, kita diajarkan untuk optimis namun realistis. Kita juga diingatkan untuk tidak seenaknya memberikan label negatif pada anak karena ketika label itu diulang terus menerus mereka akan mulai mengasosiasikan dirinya dengan label tersebut dan mengambil kesimpulan identitas darinya. Semenjak saat itu, saya sabar dan tahan-tahan banget jangan sampai keluar perkataan dengan kata mengungkung seperti "Ammar Bandel" kalau dia lagi bertingkah tapi "Ammar Anak Sholeh mana yaaa".

Nilai Empati sudah ditanamkan pada anak-anak Denmark semenjak kecil. Mereka dikenalkan dengan berbagai emosi semenjak preschool, sampai dengan pengaturan halus sedemikian rupa agar anak-anak dengan kelebihan dan kekurangan berbeda bisa belajar dan mengatasi masalah bersama. Empati adalah salah satu faktor paling penting untuk menjadi pemimpin, pengusaha, manajer yang sukses, dan peran penting lainnya.

No-Ultimatums. Pada bagian ini banyak dijelaskan ketidakefektifan dari hukuman fisik pada parenting. Selain itu tipe pengasuhan di Denmark sangat demokratis. Peraturan ditetapkan, namun mereka responsif dan terbuka jika anak pertanyakan. Bahkan di sekolah, setiap tahun murid dan guru duduk bersama berdiskusi peraturan apa yang ingin diterapkan untuk menciptakan kelas yang baik. Di Denmark, lebih banyak waktu dihabiskan untuk bagaimana cara menghindari masalah,  bukan bagaimana menghukum. Ingat, yang salah itu perilakunya, bukan anaknya. Selain itu, orang tua Denmark juga tidak langsung turun tangan jika anaknya mengalami kesulitan, sang anak dibiarkan sendiri dulu untuk mencoba mengatasi masalahnya. 

Togetherness (Kebersamaan) dan Hygge (Kenyamanan) untuk bab terakhir ini saya yakin sebenarnya hal ini mirip dengan di Indonesia yang sejatinya tidak seindividualistis negara barat. Keluarga berkumpul, saling akrab dan menikmati kegiatan bersama seperti main game, makan, bercengkrama dan lain-lain. Remember when you replace I with We, even Illness become Wellness. 

Dan seperti layaknya buku parenting pada umumnya, semua hal dikembalikan lagi ke orang tua. Ingin anaknya baik ya contohkan yang baik. Tidak ingin anak mudah meledak dan marah-marah, ya jangan lakukan hal yang sama. Saya jadi suka ingat-ingat ini kalau sudah mau marah dan teriak sama Ammar, anak saya yang pertama, karena saya ga mau dia melakukan hal yang sama.

Di bagian akhir buku ini mencantumkan sekitar 30 halaman daftar sumber rujukan dan penelitian yang penulis gunakan sebagai referensi. Ahhhh, saya suka sekali karena jadi ilmiah dan bukan "sekedar pengalaman". Salah satu yang jarang ditemukan di buku parenting Indonesia.

Dan sudah tentunya review dan resensi singkat dari saya ini masih kurang dan lebih afdol lagi kalo beli bukunya. Saya jual loh di IG @sabooks.id isinya kumpulan buku yang saya rekomendasikan dan jual dengan harga diskon selalu.

Semoga bermanfaat 😁😚