Senin, 09 Desember 2019

Kutek Halal dan Breathable, Aman untuk Sholat?

kosmetik halal


Akhir-akhir ini semakin marak sertifikasi halal pada produk non-makanan khususnya produk perawatan tubuh, skincare, dan kosmetik. Walaupun sampai saat ini belum ada undang-undang yang mewajibkan produk-produk tersebut untuk mendapatkan sertifikasi halal MUI, namun produk lokal sudah berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagai nilai tambah di mata konsumen.

Apa saja sih titik kritis halal untuk kosmetik? Berikut adalah sebagian bahan-bahan yang biasa digunakan dan bisa bersumber dari hewani (sapi, babi, atau bahkan manusia) dan nabati (tumbuh-tumbuhan). Sumber lengkapnya dari sini ya.
  1. Plasenta - biasa digunakan pada produk hand body dan lotion untuk melembutkan kulit. Sering berasal dari hewan dan bahkan manusia.
  2. Gliserin - biasanya ada dalam campuran sabun. Ada yang hewani (babi dan sapi) serta nabati. Insya Allah yang sapi dan nabati halal untuk digunakan.
  3. Kolagen - biasa digunakan pada produk pelembab. 
  4. Vitamin - karena sifatnya yang tidak stabil, biasanya digunakan coating tambahan yang berasal dari gelatin
  5. Hormon - contohnya estrogen, melantonin, dll yang berfungsi untuk memberi efek lebih muda. Semua jenis hormon diekstrak dari binatang jadi harus dipastikan hewannya halal.
  6. AHA - senyawa kimia untuk mengurangi keriput dan memperbaiki tekstur kulit. Biasanya dibuat menggunakan media dari hewan.

Kutek adalah salah satu produk yang tidak boleh digunakan oleh seorang muslim saat sholat karena sifatnya yang menghalangi air wudhu. Namun, apakah jika ditambahkan halal dan breathable membuatnya bisa digunakan untuk sholat? Kutek yang halal berarti dia tidak menggunakan bahan baku yang diharamkan dengan kata lain tidak menggunakan produk hewani dari babi. Sedangkan klaim breathable sendiri yang dimaksudkan bahwa air dapat mempenetrasi lapisan kutek.

Nah saya adalah termasuk salah seorang yang gatel dan genit ingin pakai kutek karena sudah lama banget ga pakai, terakhir saat nifas anak kedua, 1.5 tahun yang lalu. Kebetulan ada teman yang tinggal di timur tengah sedang buka PO kutek halal dan breathable yang sedang diskon, jadi harganya lumayan lebih miring dari biasanya.

Sesampainya paket kecil berisi kutek, saya langsung mencoba memakainya. Warnanya cantik di tangan saya yang buluk, hihihi. Tapi setelah saya pakai beberapa lama, entah hati nurani saya ragu, hmmm... Apakah benar kutek ini bisa tembus air wudhu?

Sebelumnya berikut review singkat kutek halal dan breathable yang saya beli tersebut.

Merk: Mikyajy
Nama Produk: Breathable Nail Enamel
Shade: 905

Bagian belakang keterangan produk Mikyajy

Akhirnya saya pun melakukan eksperimen sederhana. Dengan membandingkan permeabilitas air pada kutek ini dan kutek lain yang tidak memiliki klaim breathable yaitu kutek dari Flormar.


Pada percobaan ini saya menorehkan kutek dengan ketebalan yang sama di atas kertas art paper (semacam yang di Majalah tapi lebih tebal, seperti pada katalog, tapi bukan karton). Setelah itu di atas kedua kutek dan di ats kertas tanpa kutek saya teteskan air.

kutek halal


kutek untuk wudhu
Penampakan setelah 15 menit
Seperti yang bisa dilihat di gambar di atas, setelah dibiarkan selama 15 menit, air merembes pada kertas yang tidak dilapisi kutek, sedangkan yang di atasnya ada kutek baik mikyajy maupun flormar sama-sama tidak tembus air. Kalaupun di dekat flormar terlihat rembesan, itu karena air bergoyang mengalir ketika kertas saya pindahkan.

Klaim Breathable pada kutek Mikyajy tidak memberikan jaminan bahwa kutek tersebut bisa digunakan saat berwudhu. Saya sendiri belum pernah mencoba kutek breathable lain seperti Inglot O2M breathable nail enamel atau merk lainnya. Harganya lumayan mahal ya, kecuali kalau ada yang mau ngirimin, hihihi. Tapi ini sangat mudah dilakukan dan bisa dicoba sendiri di rumah.

Beberapa percobaan bisa anda cari di youtube. Ada beberapa merk yang memerlukan kita menggosok-gosok kuku saat berwudhu untuk memastikan air masuk. Namun jika diperhatikan, dibandingkan dengan luasnya area kutek yang digosokkan air, air yang menembus biasanya hanya setengahnya (itu pun dengan cara digosok-gosokkan lama). Jadi sebenarnya kurang practical, masa wudhunya lebih lama dari sholatnya... Ehhhh

Kesimpulannya, jika anda ragu, sebaiknya gunakan memang ketika sedang berhalangan sholat saja. 

Sekian post ini, semoga bermanfaat :) 

Minggu, 08 Desember 2019

Berhenti Mengeluh dan Merengek

Minggu lalu karena ada sahabat suami yang menikah, kami sekeluarga pergi dan menghabiskan akhir minggu di Cirebon. Kota dimana beberapa bulan lalu kami tinggali sampai akhirnya suami dipindahtugaskan kembali ke Jakarta. Barang-barang kami sebenarnya pun belum terangkut semua ke Jakarta.



Masih teringat dulu dimana saya mengeluh pada suami bahwa kita tidak bisa tinggal lebih lama lagi di tempat itu. Tempat tinggal saya di Cirebon adalah serviced apartment di  sebuah hotel dengan luas sekitar 80 m2 yang terdiri dari sebuah ruangan besar (ruang keluarga dan ruang makan), sebuah kamar tidur yang cukup luas, pojok lemari, dan kamar mandi dengan bath tub yang cantik. Ya, kami tidak memiliki dapur dan hanya bermodalkan slow cooker dan rice cooker saja. Sebagian besar kami memesan makanan melalui room service, grabfood, ataupun gofood.

BACA JUGA: Rekomendasi Tempat Makan di Cirebon

Semenjak kepergian ayah saya pada bulan Juni 2019, kami memang jadi lebih sering ada di Depok. Ditambah lagi suami pun sudah lebih sering diperlukan oleh kantornya di Jakarta. Hidup kami berubah. Kami kembali tinggal di rumah orang tua saya, dimana ada 2 keluarga kecil lain yang hidup di sana dan 5 adik saya lainnya yang belum menikah. Memang rumah itu cukup luas. Ibu saya mendesainnya agar lantai bawah rumah bisa digunakan oleh anaknya yang sudah menikah, semua kamar dilengkapi kamar mandi jadi privasi terjaga.

Namun, ternyata tidak semudah itu. Rumah rasanya terlalu crowded dan mulai tidak sehat. Apalagi ketika gaya parenting saya mendapat kritik dari orang yang bahkan belum mempunyai anak. Kebayang dong panasnya seperti apa. Akhirnya kami melipir pindah ke apartment milik ibu saya yang masih ada di Depok. 

Apartment Studio. 24 m2. 1 ruangan dan kamar mandi. Dalam ruangan itu ada dapur, meja makan, dan tempat tidur 120x200 yang dapat dilipat ke dalam dinding. Dan kami keluarga muda dengan 2 orang anak mulai tinggal disitu. Setiap malam, suami saya tidur di kasur tiup karena kasur yang ada tentu saja tidak cukup.

Sebenarnya ada beberapa keuntungan ketika kamu tinggal di tempat yang kecil:
  • Lebih sedikit area yang menjadi sasaran berantakannya anak-anak
  • Anak-anak bisa melihat ibunya dengan mudah sehingga saya bisa dengan lebih leluasa melakukan berbagai hal seperti memasak dan membereskan rumah
Dan tinggal di apartment studio itu rasanya masih lebih baik daripada berada dalam rumah besar dengan terlalu banyak kepala keluarga.

Lalu perjalanan kami kembali ke Cirebon menjadi pengingat kembali bahwa hidup kami yang sebelumnya sangatlah nyaman. Fresh linen everyday, buffet breakfast, space for kids to run around, ke kantor hanya 5 menit, dan lain sebagainya. And yet, I was complaining about it before. Not feeling grateful. Suggesting (or more like nagging) that my husband should look for overseas transfer or other job opportunity.

Jadi teringat cerita Abu Nawas yang sering diceritakan dahulu jika saya tidak salah ingat. Seorang lelaki mengeluhkan pada Abu Nawas tentang rumahnya yang sempit dan istrinya yang mengeluh serta anaknya yang nakal. Abu Nawas pun menyuruhnya untuk menambahkan beberapa ekor ayam ke rumahnya. Keesokannya iya kembali lagi dan mengeluh bahwa hal bertambah buruk, namun Abu Nawas justru menyarankan untuk menambahkan beberapa ekor kambing ke dalam rumah. Keadaan tambah parah, namun Abu Nawas kembali menyarankan untuk menambah beberapa ekor bebek. Rumah lelaki itu pun makin sesak dan bau, istrinya makin marah dan kesal.



Sampai akhirnya Abu Nawas menyuruhkan mengeluarkan semua binatang itu. Keesokannya lelaki itu kembali lagi dengan wajah berseri dan mengatakan bahwa rumahnya terasa lebih lapang dan semua orang bahagia tanpa harus benar-benar memperbesar rumahnya.

Baca Cerita Lengkap Abu Nawas di sini.

Hikmah yang dapat saya ambil adalah kita harus mensyukuri apa yang kita miliki sekarang karena hal bisa saja bertambah buruk. Dan jika kita tidak bersyukur, sesungguhnya kita tidak akan pernah puas dan bahagia apalagi merasa content. 

Sebagai istri *ngomong sama diri sendiri*, jangan sampai sifat mengeluh, merengek, dan menuntut ini membuat suami mencari rezeki yang tidak halal. Jadi kepikiran, jangan-jangan ini juga salah satu faktor yang membuat para pejabat itu korupsi.

Semoga saya bisa belajar untuk berhenti mengeluh, menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan mendukung apa yang dilakukan suami selama itu Halal. Bisa jadi karena saya selalu merasa tidak puas dengan pekerjaannya justru itulah yang membuat karirnya mandek... Iya gakkk

Once again, this is one of the random post about random things in my mind. Plus, sudah hampir habis ini batas tidak setor tulisan ke 1minggu1cerita. Hampir di kick saudara-saudara, hehehehe.