Tampilkan postingan dengan label 1 minggu 1 cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 1 minggu 1 cerita. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Januari 2021

Ketagihan Tantangan

Adakah yang ketagihan tantangan juga seperti saya?

Tantangan bagi saya menjadi sebuah dorongan untuk mencapai suatu target. Tantangan atau challenge biasanya ramai ditetapkan sebagai bagian dari resolusi tahun baru kita. 

Berikut beberapa tantangan yang saya ikuti:

1. Reading Challenge Good Reads
2021 adalah tahun ketiga saya menetapkan target minimal buku yang dibaca. Alhamdulillah setiap tahun bisa tercapai. 2019 saya menargetkan 18, pada 2020 naik menjadi 24. Di tahun 2021 ini saya tidak menaikkan target karena saya harus berbagi waktu dengan kesukaan saya yang lain di bawah ini. 


2. Running Challenge and Other Digital Badge Strava
Baru join di bulan September, saya menjadi lebih termotivasi untuk aktif setelah bergabung Strava. Kok bisa? Alasannya sepele, trophy digital yang mejeng di profil kita setiap kita menyelesaikan sebuah tantangan. Awal bergabung bisa menyelesaikan 5km dalam satu kali lari sudah Alhamdulillah. Lama-lama menjadi easy run dan naik ke 10 km. Lalu mulai mencoba menargetkan lari 100 km dalam waktu 1 bulan. Wah senang rasanya. 


3. Mental Health and Wellness di Grup Mengaji
Nah kalo yang ini motivasinya adalah stiker whatsapp. Kok cetek banget sih sum 🤣 Sebagai sarana pengingat amalan sunnah dan hidup aktif, kami sepakat untuk saling mengingatkan. Ditambah stiker eksklusif yang bisa digunakan jika ceklis kegiatan sudah dilakukan. Seperti ini
Challenge berkaitan anak sih, saya ga ada. Pasrah sajaaa... No pressure. Namun untuk diri saya sendiri, saya ikuti banyak challenge agar bisa mendapatkan manfaat dan endorfinnya. Ingat ingat, ibu yang bahagia kunci kebahagiaan di rumah. 

Hmmm apakah ada usul saya harus ikutan challenge apa? 

Minggu, 13 Desember 2020

Hidup Sehat, Pilihan Bertahan Saat Pandemi

Banyak hal yang diajarkan oleh pandemi pada tahun 2020 ini. Kondisi pandemi yang sangat tidak terkendali di Indonesia, dimana yang terkena Corona lingkupnya semakin dekat dengan kita, membuat salah satu pilihan yang kita miliki adalah membenahi diri, HIDUP SEHAT. Jadi jika kemungkinan buruk terjadi, setidaknya dampaknya diminimalisasi.

Teman-teman di circle saya mulai mengajak untuk berolahraga bareng via online. Setiap minggu ada 2 sesi olahraga online via zoom serta kita harus setor apa yang kita makan setiap harinya di grup whatsapp yang dipandu seorang coach. Awalnya tentu tidak mudah, terutama bagian makanan. Beberapa syaratnya adalah
- Tidak boleh goreng-gorengan
- Tidak boleh tepung-tepungan dan makanan bersantan
- Protein yang disarankan adalah dada ayam. Hindari sea food. 
- Karbohidrat dan buah-buahan tidak boleh dimakan saat malam hari. 
Program yang saya ikuti ini dimulai saat saya sedang hobi-hobinya mengikuti resep cemilan di youtube. Jadi perubahannya cukup drastis. 

Selain itu grup kami juga menentukan target langkah harian, awalnya 5000 steps, lalu naik jadi 8000 steps. Saat 5000 steps, saya masih bisa mengejarnya 1-2 video Walk at Home nya Budhe Leslie Sansone di Youtube. Namun saat sudah 8000, mulai kewalahan. Karena bisa punya waktu 15 menit sendiri tanpa diganggu atau terdistraksi kerjaan rumah lainnya itu sangat sulit. Dari sini lah saya mulai memilih, lari, olahraga tertua di dunia. 

Sebenarnya lari bukanlah hal baru bagi saya. Saat masih S2 di Malaysia sekitar 7 tahun lalu, saya sudah mulai berlari rutin 2-5 km setiap hari. Manfaat yang saya rasakan adalah stress saya berkurang di tengah mengerjakan riset dan kegalauan hati saat itu. Lalu saya malah berhenti ketika seorang pria melamar saya 6 tahun yang lalu. Mungkin sudah tidak begitu stress 😝

*will be updated later*

Minggu, 09 Agustus 2020

Terpaksa, Pecut Si Procrastinator

Dur undur undur... Kalo bisa nanti, ya nanti aja... 

Mungkin itu moto hidup procrastinator. 

Contohnya Saya. 

Saya harus dihadapkan dengan keadaan terpaksa dulu baru termotivasi untuk mengerjakan sesuatu.

Sudah tidak ada pilihan lain contohnya seperti saya yang menulis di hari terakhir Minggu ke 32 #1minggu1cerita dengan tema terpaksa. Minggu depan sudah 6 minggu saya absen setor tulisan, kalau tidak saya didepak. Hehehehe.

Bisa juga karena iklim kompetisi. Walaupun saya bukan orang ambisius yang mau terbaik, tapi saya tidak mau jadi yang terburuk... Contohnya, saya pastinya akan menghindari geng sosialita daripada iri hati. Wkkwkw... Ih apaan sih ni tulisan ga nyambung ama tema. 

Balik lagi, contohnya seminggu belakangan ini saya join komunitas sehat ibu-ibu muda. Isinya adalah ibu-ibu yang baru/akan memulai olah raga. Hasilnya? Dalam seminggu saja, yang biasanya #timrebahan, jadi terpacu untuk jalan kaki lebih banyak saat ditargetkan minimal 5000 langkah sehari. Eh benar saja, ternyata manusia kalau dibanding-bandingkan jadi lebih terpacu. 

Mungkin kita memang perlu keadaan terpaksa agar yang kita inginkan tercapai. Kita perlu deadline, kita perlu target, kita perlu dorongan. Ada kalanya kita yang membuat sendiri keadaan terpaksa itu, ada kalanya lingkungan sekitar. Apapun keadaan terpaksa yang kita alami, saya harap menghasilkan outcome positif dan mendatangkan banyak ibrah. 

Minggu, 08 Desember 2019

Berhenti Mengeluh dan Merengek

Minggu lalu karena ada sahabat suami yang menikah, kami sekeluarga pergi dan menghabiskan akhir minggu di Cirebon. Kota dimana beberapa bulan lalu kami tinggali sampai akhirnya suami dipindahtugaskan kembali ke Jakarta. Barang-barang kami sebenarnya pun belum terangkut semua ke Jakarta.



Masih teringat dulu dimana saya mengeluh pada suami bahwa kita tidak bisa tinggal lebih lama lagi di tempat itu. Tempat tinggal saya di Cirebon adalah serviced apartment di  sebuah hotel dengan luas sekitar 80 m2 yang terdiri dari sebuah ruangan besar (ruang keluarga dan ruang makan), sebuah kamar tidur yang cukup luas, pojok lemari, dan kamar mandi dengan bath tub yang cantik. Ya, kami tidak memiliki dapur dan hanya bermodalkan slow cooker dan rice cooker saja. Sebagian besar kami memesan makanan melalui room service, grabfood, ataupun gofood.

BACA JUGA: Rekomendasi Tempat Makan di Cirebon

Semenjak kepergian ayah saya pada bulan Juni 2019, kami memang jadi lebih sering ada di Depok. Ditambah lagi suami pun sudah lebih sering diperlukan oleh kantornya di Jakarta. Hidup kami berubah. Kami kembali tinggal di rumah orang tua saya, dimana ada 2 keluarga kecil lain yang hidup di sana dan 5 adik saya lainnya yang belum menikah. Memang rumah itu cukup luas. Ibu saya mendesainnya agar lantai bawah rumah bisa digunakan oleh anaknya yang sudah menikah, semua kamar dilengkapi kamar mandi jadi privasi terjaga.

Namun, ternyata tidak semudah itu. Rumah rasanya terlalu crowded dan mulai tidak sehat. Apalagi ketika gaya parenting saya mendapat kritik dari orang yang bahkan belum mempunyai anak. Kebayang dong panasnya seperti apa. Akhirnya kami melipir pindah ke apartment milik ibu saya yang masih ada di Depok. 

Apartment Studio. 24 m2. 1 ruangan dan kamar mandi. Dalam ruangan itu ada dapur, meja makan, dan tempat tidur 120x200 yang dapat dilipat ke dalam dinding. Dan kami keluarga muda dengan 2 orang anak mulai tinggal disitu. Setiap malam, suami saya tidur di kasur tiup karena kasur yang ada tentu saja tidak cukup.

Sebenarnya ada beberapa keuntungan ketika kamu tinggal di tempat yang kecil:
  • Lebih sedikit area yang menjadi sasaran berantakannya anak-anak
  • Anak-anak bisa melihat ibunya dengan mudah sehingga saya bisa dengan lebih leluasa melakukan berbagai hal seperti memasak dan membereskan rumah
Dan tinggal di apartment studio itu rasanya masih lebih baik daripada berada dalam rumah besar dengan terlalu banyak kepala keluarga.

Lalu perjalanan kami kembali ke Cirebon menjadi pengingat kembali bahwa hidup kami yang sebelumnya sangatlah nyaman. Fresh linen everyday, buffet breakfast, space for kids to run around, ke kantor hanya 5 menit, dan lain sebagainya. And yet, I was complaining about it before. Not feeling grateful. Suggesting (or more like nagging) that my husband should look for overseas transfer or other job opportunity.

Jadi teringat cerita Abu Nawas yang sering diceritakan dahulu jika saya tidak salah ingat. Seorang lelaki mengeluhkan pada Abu Nawas tentang rumahnya yang sempit dan istrinya yang mengeluh serta anaknya yang nakal. Abu Nawas pun menyuruhnya untuk menambahkan beberapa ekor ayam ke rumahnya. Keesokannya iya kembali lagi dan mengeluh bahwa hal bertambah buruk, namun Abu Nawas justru menyarankan untuk menambahkan beberapa ekor kambing ke dalam rumah. Keadaan tambah parah, namun Abu Nawas kembali menyarankan untuk menambah beberapa ekor bebek. Rumah lelaki itu pun makin sesak dan bau, istrinya makin marah dan kesal.



Sampai akhirnya Abu Nawas menyuruhkan mengeluarkan semua binatang itu. Keesokannya lelaki itu kembali lagi dengan wajah berseri dan mengatakan bahwa rumahnya terasa lebih lapang dan semua orang bahagia tanpa harus benar-benar memperbesar rumahnya.

Baca Cerita Lengkap Abu Nawas di sini.

Hikmah yang dapat saya ambil adalah kita harus mensyukuri apa yang kita miliki sekarang karena hal bisa saja bertambah buruk. Dan jika kita tidak bersyukur, sesungguhnya kita tidak akan pernah puas dan bahagia apalagi merasa content. 

Sebagai istri *ngomong sama diri sendiri*, jangan sampai sifat mengeluh, merengek, dan menuntut ini membuat suami mencari rezeki yang tidak halal. Jadi kepikiran, jangan-jangan ini juga salah satu faktor yang membuat para pejabat itu korupsi.

Semoga saya bisa belajar untuk berhenti mengeluh, menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan mendukung apa yang dilakukan suami selama itu Halal. Bisa jadi karena saya selalu merasa tidak puas dengan pekerjaannya justru itulah yang membuat karirnya mandek... Iya gakkk

Once again, this is one of the random post about random things in my mind. Plus, sudah hampir habis ini batas tidak setor tulisan ke 1minggu1cerita. Hampir di kick saudara-saudara, hehehehe.


Rabu, 30 Oktober 2019

Secret I Only Share to Strangers




Sebenarnya tujuan awal saya mulai aktif menulis di blog adalah untuk media curhat selain tumblr yang sebelumnya sempat di blok pemerintah. Ingin curhat, ingin ditulis, tapi tak ingin dibaca. Jadi yang baca yang ga sengaja aja hahahaha. Saya memang tipe yang jarang membagikan tulisan organik saya terutama bagi keluarga ataupun yang saya kenal kecuali memang saya yakin ada faedahnya.

Ini bukan rahasia kelam atau aib sih sebenarnya. Bukan berarti saya tidak bersyukur juga.

Jadi ceritanya beberapa bulan yang lalu saat Ayah saya sakit dan harus dirawat di ICU selama 2 bulan lebih lamanya (sebelum akhirnya berpulang ke rahmatullah), saya mulai menyadari enaknya punya saudara banyak. Bagaimana tidak, selama 2 bulan lebih itu harus ada di antara kami yang standby di emperan Rumah Sakit menunggu jikalau ada panggilan dari dokter melalui speaker yang terpasang. Pasien yang dirawat ICU tentu saja tidak boleh ditemani keluarga di dalam ruangan karena tingginya resiko infeksi bagi pasien maupun pendamping.

Gimana rasanya? Lelah walaupun dari total 2 bulan itu mungkin jika di total saya hanya ada disana 3 minggu, karena anak-anak tidak mungkin terlalu lama tinggal di Rumah Sakit (awalnya masih booking kamar di hotel dekat RS, tapi lama-lama mayan ya sisss). Oh iya, perlu diingat bahwa kejadian Ayah saya jatuh sakit itu di Malang saat bekerja, kami bukan orang Malang dan tidak punya tempat tinggal di sana. Jadilah kami sekeluarga bergantian PP Jakarta-Malang, Cirebon-Malang untuk menjenguk ayah saya.

Alhamdulillah kami semua 9 bersaudara, jd minimal 2-3 anak menemani ibu saya di Malang. Walaupun menunggu, tapi melelahkan loh.. Fisik dan Psikis, deg deg ser setiap dengar panggilan dari speaker.

Nah, setelah pengalaman itu, saya jadi sempat berdoa kalau saya ingin juga punya anak banyak.

Dipost 2 hari sebelum Ayah saya berpulang, Alhamdulillab sempat kumpul full tim

Lalu apa yang terjadi, jeng jeng jeng. Saya hamil lagi dengan perkiraan waktu conceive nya berdekatan dengan meninggalnya Ayah saya.

Saya baru mengetahuinya setelah kehamilan menginjak hampir 6 minggu. Karena kebetulan saya memang tipe hamil kebo yang hampir tidak merasakan perubahan apa-apa kalau hamil.

Perasaan saya dan suami? Ya campur aduk

Di sisi lain, ya Allah cepat banget diijabahnya doa, apakah ini pengganti Ayah saya? Tapi di sisi lain, saya masih belum begitu siap mengingat kedua anak saya masih kecil dan butuh banyak perhatian. Walaupun setidaknya jarak antara anak kedua dan ketiga akan lebih jauh (yaitu 2 tahun) dibandingkan yang pertama dan kedua (19 bulan).


Aa dan calon teteh


Suami saya? Ya dia membayangkan bagaimana menghadapi 3 anak nanti... Dan yang paling ditakutkan adalah kalau sayanya stress dia juga yang kena kan hehehehe... Karena baginya, everything is easy as long as my wife doesn't get angry 😂


Diambil saat ngedate nonton Joker, kehamilan 18 minggu


Di lingkungan keluarga, adik saya (anak nomor 2) belum dikaruniai anak setelah tinggal 1 tahun lebih bersama (sebelumnya 2 tahun LDM), sedangkan istri adik saya yang lainnya (anak nomor 3) sedang mengandung dengan due date akhir tahun ini. Ditambah masih ada 4 sepupu lainnya di keluarga besar yang juga sedang mengandung. Saya takut ini akan menjadi pressure untuknya.

Akhirnya jadilah beberapa orang saja dalam keluarga yang mengetahuinya. Saya sendiri juga belum memberi tahu teman-teman dekat saya. Beberapa masih ada yang belum menikah, ada juga yang belum dikaruniai anak, dan saya hamil anak ketiga.

Masya Allah.

Terkadang saya bertemu dengan sesama ibu lain di playground dan bercerita bahwa saya sedang mengandung lagi. Iya ibu lain, orang asing yang mungkin saya tidak akan berjumpa kembali. Sama halnya saya akhirnya menuliskan hal ini di blog yang mungkin tidak akan ada yang membaca. Setidaknya orang yang tidak mengenal saya langsung di kehidupan nyata.

Selama ini saya memang selalu memakai baju yang longgar sehingga jika tidak diberitahu, orang tidak sadar bahwa saya sedang hamil. Belum lagi saya masih aktif berpergian dan beraktivitas bersama 2 bocah, yang satu digendong pakai carrier perut ketutupan, hehehhe. 

Sungguh bukan berarti saya tidak bersyukur. Walaupun harus diakui bahwa excitement kehamilan selanjutnya memang tidak setinggi yang pertama apalagi kalau jaraknya dekat.

Ada saatnya saya merasa overwhelmed dan merasa anak-anak saya adalah anchor bagi kemajuan saya (sebagai pribadi). Dan saya masih pada tahap belajar berdamai dengan diri sendiri dan mencintai peran saya sebagai ibu. Lalu Allah menentukan lain, dititipkannya saya 1 anak lagi.

Saya sering bercanda dengan suami ketika sedang hitung-hitungan uang. "wah ini kalo ga ada pengeluaran susu anak setahun, aku bisa beli tas louis vuitton loh satu tiap tahun" 😜🤪

Beberapa waktu yang lalu saya lewat di depan RS Bunda Menteng yang bersebelahan dengan fertility clinic terkenal Morula IVF. Tempat banyak orang melakukan bayi tabung. Parkirannya penuh sehingga agak menimbulkan kemacetan kecil jika ada kendaraan yang keluar masuk. Berapa biaya bayi tabung? Katanya sih harus menyiapkan minimal 80-120 juta tanpa jaminan berhasil ya (tetap Allah yang berkehendak). Berarti kira-kira itu biaya susu anak-anak selama 4.5-6 tahun lamanya. Hanya untuk mendapatkan seorang anak, belum biaya ke depannya. 

Jadi wahai kamu Sumayyah, syukurilah bahwa kamu dapatkan anak ini dengan percuma dengan proses kehamilan cenderung mudah dan biaya persalinan nyaman yang selalu ditanggung asuransi.

Maka Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Jakarta, 30 Oktober 2019
Kehamilan 20 minggu

Jumat, 12 Juli 2019

Cintailah Proses




Ga tau kenapa saya ikut voting "Metamorfosis" untuk tema 1m1c minggu ke 28. Kok berat ya, saya memang tidak pintar merangkai kata atau membuat tulisan opini tentang kehidupan. Hehehe...

Jadi teringat dengan Almarhum Ayah saya yang selalu berkata, "cintailah proses". Saya muda pun suka berkelit, yang penting kan hasilnya bagus. Kebetulan dulu saya termasuk yang mudah mendapat peringkat di kelas waktu sekolah dulu dengan effort minimal. Lalu kapan saya mulai kualat? Di kuliah, karena ternyata banyak sekali orang pintar lainnya di luar sana dan mereka giat! Jadi saya mulai harus berusaha. 

People tend to take everything for granted. If they get it easy. 

Analogi yang mudah untuk emak-emak macam saya adalah. Misalkan kita membeli suatu barang diskonan yang harus rebutan dengan orang lain, pastinya akan menjadi kebanggaan tersendiri jika kita mendapatkan barang tersebut. Semakin besar potongan yang didapat, semakin bangga. Atau misalkan ketika kita bisa mendapatkan pekerjaan setelah bersaing dengan ribuan applikan lain pasti rasanya lebih fulfilling dibandingkan jika kita masuk karena koneksi.

Semakin sulit kita mendapatkan sesuatu, kita akan lebih menghargai hasil yang diperoleh. 

Jadi ada kalanya kalau saya lagi waras dan bertanya kenapa ya kok doa saya tidak dikabulkan. Ya mungkin usahanya masih kurang dan menurutNya belum tepat waktunya. Layaknya metamorfosis kupu-kupu. Sebelum menjadi kepompong, seekor ulat harus mempersiapkan diri dengan banyak makan dan tumbuh sempurna sampai akhirnya harus mencari tempat yang aman dimana dia akan menghabiskan waktu 10-14 hari sebelum akhirnya berubah menjadi kupu-kupu.

Proses ada untuk dilalui dan diambil hikmahnya. Melalui proses kita belajar dan darisananya lah metamorfosis terjadi. Proses yang baik tentunya akan memberikan faedah meskipun hasilnya tidak seperti yang diinginkan. Proses juga lah yang sebenarnya mendatangkan kepuasan bagi diri kita.

Dan hidup ini adalah proses singkat yang akan menentukan bagaimana kita di akhirat. Harus dipersiapkan dengan baik.



Terima kasih sudah membaca coretan aneh dan ga jelas saya ini 😜

Jumat, 14 Juni 2019

Berlebaran di Emperan Rumah Sakit




Ada yang berbeda dengan perayaan Idul Fitri tahun ini.

Tanpa ba bi bu, diskusi atau argumen. Tahun ini keluarga kecil kami merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar saya. Berkumpulnya di Malang.

Ini kali pertama kami mudik ke daerah yang cukup jauh. Biasanya saat lebaran, kami hanya beredar di sekitar Jakarta - Depok - Bogor. Dan sejak menikah, beberapa kali saya berlebaran ke Majalengka. Tidak jauh, masih di Jawa Barat dan tidak perlu naik pesawat.

Tidak, kami bukan orang Malang. Namun takdirlah yang mengantarkan kami berkumpul di Malang. 
Hari raya Idul Fitri 1440 H yang jatuh pada 5 juni 2019 bertepatan dengan 43 hari sudah Ayah saya (Abi) dirawat di ICU RSUD Dr Saiful Anwar.

Sakit apa? Komplikasi yang bermula dari asam lambung dan berakibat sistemik. Sudahlah, saya tidak bisa menjelaskan apa penyakitnya karena saya juga bingung dan memiliki pemahaman terbatas.

Ummi, Ilina, dan Ai sudah dari awal ada di Malang karena mereka yang standby nungguin Abi. Aliya dan Dinda menyusul dari Bandung langsung ke Malang setelah Dinda ujian masuk PTN. Saya, Azi (suami saya), dan anak-anak serta Sarah terbang ke Malang pada tanggal 31. Selanjutnya Rino (suami Ilina) dan Shofiyya baru datang saat hari lebaran dikarenakan baru libur saat hari H. Ilyas dan Cindy, istrinya, baru datang malam hari di hari pertama lebaran.

Karena berlebaran di emperan Rumah Sakit, tidak ada gulai atau opor ayam, makanan khas hari raya. Ada beberapa kue kering pemberian dari tamu yang datang membesuk, namun rasanya tetap tidak sama. Walaupun begitu, kami semua sangat bersyukur bisa berkumpul.

Sempat ada pengharapan, semua dapat menjenguk abi di ICU pada hari lebaran ini. Namun, justru perawat yang menjaga sedang sangat strict. Sehingga hari itu hanya da kesempatan berkunjung 2x, dan masing-masing hanya 1 orang, tidak boleh gantian. Sementara anggota keluarga kami ada 13 di luar Abi sendiri dan kedua cucunya yang masih kecil dan sudah tentu tidak memenuhi persyaratan untuk menjenguk di ruang biasa Rumah Sakit sekalipun.

Ruang tunggu ICU dan IGD di RS Saiful Anwar terdiri dari beberapa baris kursi dan space beralaskan lantai yang cukup besar. Ruangannya terbuka terletak di depan ATM Mandiri, BNI, BRI dan Bank Jatim. Untungnya Malang tidak panas seperti Jakarta ataupun Surabaya, walaupun saat malam datang mulailah terasa gigitan hawa dinginnya. Biasanya yang masih duduk di kursi, adalah orang-orang yang menunggu kabar dari IGD. Sedangkan yang sudah mulai "buka lapak" di lantai, adalah penunggu pasien ICU. 

Selama Abi dirawat, saya sudah 4x bolak balik ke Malang. Biasanya setiap ke Malang saya tidur di hotel ataupun guesthouse, karena kasihan anak-anak jika menginap di emperan Rumah Sakit. Tapi karena high season lebaran yang membuat hotel bertarif 2x lipat, 5 malam terakhir sebelum kembali ke Jakarta pada tanggal 13 Juni, saya dan anak-anak juga ikut menginap di emperan Rumah Sakit. Alhamdulillah, anak-anak baik sekali kalaupun rewel memang rewel dari sananya.

Setiap hari, penghuni ruang tunggu berganti-ganti. Ada yang kondisi keluarganya membaik sehingga dipindah ke ruang perawatan biasa. Ada juga yang berpulang ke Sang Pemilik Hidup. Biasanya ditandai dengan tangisan, jika setelah menangis mereka berkemas berarti keluarganya telah tiada. Kalau tidak berkemas, mungkin keadaannya sedang memburuk.

Dan Abi, saat ini adalah pasien ICU terlama di RSSA Malang. He's a fighter.

Saya belajar banyak tentang hidup di ruang tunggu ini. Selain itu, ini lah pertama kalinya seseorang yang dekat/signifikan bagi saya sakit keras.

1. Umur tidak ada yang tau

Sungguh umur adalah misteri. Yang sakit keras hari ini bukan berarti memiliki umur lebih pendek dari yang sehat walafiat di saat yang sama. Beberapa kali korban kecelakaan lalu lintas masuk ke IGD RSSA dan wafat beberapa hari setelahnya. Jadi ukuran siapa yang duluan masuk Rumah Sakit atau lebih lama di ICU belum tentu yang lebih dulu dipanggil. Dengan kata lain, saya yang sehat walafiat bukan berarti mempunyai umur lebih panjang daripada Abi yang terbaring di ICU saat ini. 

2. Betapa kecilnya pengetahuan manusia

Dunia kesehatan terus berkembang. Contohnya saja wabah kolera yang mematikan di tahun 1800an sekarang sudah ada obatnya sehingga kita jarang mendengar adanya korban jiwa. Namun tetap saja, pengetahuan manusia sangatlah terbatas. Seringkali kita tidak tahu penyebab penyakit ini, diobati yang bagian sini, berdampak ke bagian sana, dan seterusnya. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak sombong, tetap tawakkal dan disertai doa memohon pertolongan kepadaNya. 

3. Sedekah adalah penyelamat maut

Jika anda seseorang dengan latar belakang kesehatan dan mengetahui riwayat penyakit yang diderita oleh Abi. Mungkin anda akan sependapat bahwa keajaiban dan pertolonganNya lah yang masih membuat Abi bertahan. Tidak jarang jika bercerita ke teman yang pekerja medis, komentarnya selalu "berat..." 

Sesungguhnya apa yang terjadi di luar kuasa manusia. Namun jika boleh berspekulasi, mungkin apa yang dilakukan Ummi lah yang menyelamatkan maut. Setiap kali ada yang mau membantu dengan mengirimkan sejumlah dana, Ia menolak dan meminta disumbangkan saja ke lembaga amil atas nama Abi.

"Sesungguhnya, sedekah memadamkan murka Allah dan mencegah kematian yang buruk." (HR Turmudzi, Ibnu Hibban, dan Tirmizi).

4. Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang Kau dustakan?

Sungguh tidak ada sakit yang enak. Sesimpel kesusupan kayu kecil di jari tangan atau sariawan bisa mengganggu kenyamanan. Abi datang dengan faktor penyebab utama asam lambung yang membuat sesak nafas, namun kini, terganggunya satu organ mempengaruhi organ lain sehingga terjadi komplikasi dan gangguan sistemik. Jadi jika Allah cabut saja satu kenikmatan dariNya, sungguh manusia tidak berdaya. 


فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”

Kalimat ini sampai diulang sebanyak 31x pada ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77 dalam surat Ar Rahman.

Ada yang pernah dengar cerita tentang seorang ahli ibadah yang hari-harinya hanya diisi full dengan ibadah? Saya ingat pernah diceritakan kisah ini (nanti saya cari lagi sumbernya). Singkat cerita di hari penentuan, Allah masukkan iya ke dalam surga dengan rahmatNya. Sang ahli ibadah protes, "dengan amalanku ya Allah". Sampai beberapa kali. Akhirnya ditimbanglah amal ibadah dan nikmat yang Allah telah berikan. Ternyata amal ibadahnya yang non stop seumur hidup hanya bisa impas dengan nikmat mata saja. 

Nah apalagi kita yang begini-begini saja. Jangan pernah merasa cukup dan semata-mata rahmat dan pengampunan Allah lah yang kita harapkan. 


Semoga ada hikmah dan pembelajaran yang bisa dipetik. 

Yang benar datangnya dari Allah, yang salah dari saya. 


Sabtu, 13 April 2019

Review: Emina Bare With Me Mineral Cushion Shade Caramel

Kalau sampai saya skip nulis lagi, 4 minggu sudah saya bolos setor ke 1 minggu 1 cerita. 2 minggu lagi kena depak. Sebenarnya banyak tulisan di draft, tapi kok males-malesan dan mandeg ya.Kalau review beauty product lebih mengalir. Padahal bukan ahlinya juga, cuma beauty enthusiast. Yuk mari kita putihkan kembali, hehehehe.

Jadi ceritanya saya sudah lama beli cushion emina ini pas lagi diskon di Lazada (tentu saja, anaknya super modis, modal diskon). Tapi karena masih ada cushion yang pixy, jadilah belum dibuka-buka. Kemarin pas saya mau pergi, saya cari-cari si pixy, ehh ilang entah dimana. Padahal niat awal mau ngebattle cushion pixy ini sama emina.

BACA JUGA: Review Pixy Dewy Cushion

Harga Retail: 125.000 (bisa lebih murah di marketplace)
Pilihan Shade: 01 Light, 02 Natural, 03 Caramel (yang saya coba adalah shade paling gelap 03 caramel)

review cushion emina
Kemasan Emina Mineral Cushion

Packaging

Packaging emina seperti biasa memang unyu-unyu gimana gitu karena pasaran mereka memang mulai dari remaja. Lalu akutuhh berasa tua dan ga inget umur kalo beli ini. Tapi biarlah wkwkwk..  Kemasannya sendiri terbuat dari plastik dengan warna kombinasi baby pink (pink muda) dan putih. Saya sendiri penggemar cream blushnya emina yang sudah habis lebih dari 4 tube mungkin ya.

review cushion emina
Komposisi Emina Mineral Cushion

Komposisi

Dapat dilihat dari komposisi di atas tidak mengandung paraben. Walaupun saya mah ga anti paraben setelah baca ulasan dari Lippielust (sayang ga nemu link blogpostnya, kayanya waktu itu doi bahasnya di Feed Instagram. Pengawet yang digunakan di cushion ini ada di beberapa bahan kimia yang tertulis paling belakang di komposisinya, seperti Ethylexylglyceryn dan Disodium EDTA. Saya sih ga ngerasa produk ini berbau khusus dan memang tidak ada parfum pada komposisinya. Produk ini juga mengclaim mengandung perlindungan UVA dan UVB, namun sayang tidak ada informasi berapa SPFnya.

Swatch di tangan. Saat baru dioleskan (kiri) dan setelah selesai ngelenong (di kanan)

Namanya juga produk baru dicoba, tap sedikit langsung keluar banyak. Netto produk ini sama dengan cushion pada umumnya yaitu 15 gram. Sebagai perbandingan, biasanya full size foundation biasanya memiliki volume 30 ml. Jika kita asumsikan massa jenis foundation dan air sama, berarti cushion mengandung setengah produk saja jika dibandingkan foundation biasa.

emina cushion caramel
Sebelum - sesudah applikasi cushion - setelah ditambah lipstik dan cream blush biar lebih berwarna

Applikasi & Coverage

Saat diaplikasikan, ada sensasi basah karena produk namun tidak lengket dan dengan cepat mengering seiring diratakan dengan cushion bawaannya. Untuk satu wajah saya gunakan sekitar 3 kali tap produk. Setelah itu saya tambahkan Emina Cheeklit Cream Blush shade baru yaitu Nudie Brown. Dan mungkin karena solidaritas produk emina, warna nudie brown nya jadi keluar banget, padahal sebelumnya menurut saya warnanya suka ga keluar dan ga bagus di kulit tempe bacem buat saya. Untuk coverage nya menurut saya light to medium, dia bisa menutupi kemerahan yang ada di sekitar hidung saya serta menyamarkan kantung mata walaupun saya tidak secara khusus menepuk daerah bawah mata.

cushion emina review
Detail perbedaan pada area bermasalah

Shade

Shade yang saya pilih sudah paling tua, namun saya tetap merasa keputihan. Apakabar adik saya yang lebih item dari saya. Hihihi. Sebagai referensi, warna foundation Maybelline Fit Me saya adalah 220 (sebelum oxidized).  Walaupun lama-lama warnanya mereda dan ga bikin pektay di saya. 

Ketahanan

Nah, sayangnya tadi saya lupa foto setelah dipakai beberapa jam gimana. Saya pakai jam 11 pagi. Sore hari jam 5 setelah sudah ditimpa wudhu 2x sih, rasanya udah nyisa dikit banget.

Overall? I love it. Because it's not cheap. Walaupun aku mah emang ga pernah nyoba produk high end sih jadi standarnya ga tinggi-tinggi amat. Hihihii... worth to try lah... Repurchase? Kayanya ngga, produk lokal mulai banyak yang ngeluarin cushion, mungkin selanjutnya mau coba cushionnya Rollover Reaction yang di rave banyak orang. 



Minggu, 17 Maret 2019

Staycation Bersama Keluarga di Hotel Padma Bandung

review hotel padma

#sobatmisqin bisa nginep di Padma?

DISCLAIMER: Non Sponsored Post, Review murni pendapat dan pengalaman pribadi

Awal Desember 2018 lalu, saya dan keluarga kecil saya berkesempatan untuk menginap di hotel yang dari dulu suka bikin jiper karena harganya, Hotel Padma Bandung. If you know me, then you'd know kalo saya anaknya modis banget. Modal Diskon.

Akhir tahun memang identik dengan diskon di sana sini. Ya baju, ya perlengkapan rumah, dan tentunya komoditas kesukaan millenial yaitu traveling juga ikut menebar promo. Masih ingat ga di WAG (Whatsapp Group) pada heboh booking tiket ke KL cuma 30 ribuan aja PP pake full board airlines? Nah aku salah satu yang ketinggalan dan ga kedapetan promo harga gledek dari tiket.com ini... Hiks.. 

BACA JUGA: Sudah ke New York tapi Belum ke Mekkah

Ya sudahlah, lagipula salah satu resolusi keuangan keluargaku adalah, no more impulsive traveling because of discount ticket. Karena yang impulsif gitu tuh yang biasanya bikin bocor keuangan. Pengalaman ke Amerika bermodal tiket diskon memang berbekas sekali di kami, karena setelah jalan-jalan, setahun ke depannya kami berhemat. Ingat, everyone looks better on instagram, try read their blog... curcolnya di situ. Hihihi.

Oh iya, bagi yang lebih suka liat review singkat bisa lihat di instastory saya. 

Saya akhirnya merelakan ga hunting promo tiket, alih-alih saya cari penginapan untuk acara reuni angkatan kuliah di Bandung. Eh tau-tau di suggestion paling atas hasil pencaharian muncul lah trans luxury hotel dan hotel padma. Saya ngga terlalu tertarik sama trans karena lokasinya. Tapi Padma, saya punya history tersendiri. Dulu suami saya pernah acara kantor dengan client (BUMN besar) di hotel Padma tapi hanya meetingnya aja, nginepnya di hotel lain karena harga tidak masuk di budget harian baik perusahaan suami maupun client. Hihihi. Ini yang buat saya jadi jiper kalo dengar padma, ahhh pasti mahal. 

(Iye iye, terus dapet berapa cum?)

Dari harga gledek tiket.com, kamar paling murah di Padma dari harga 2,5 juta dibanderol 1,2 juta per malam. Di tanggal dan kamar yang sama, di Traveloka harganya 1,7 juta. 

Sudah nemu harga segitu pun, #sobatmisqin tetap sibuk mencari review hotel ini untuk memastikan worth it atau engganya. Setelah baca blog sana sini dan review di google, akhirnya saya book 1 malam di padma. Itupun setelah selesai acara reunian, jadi saya berencana untuk staycation dan ga keluar dari padma supaya bisa menikmati fasilitasnya secara maksimal (read: ga mau rugi). 

Waktu check in hotel ini sebenarnya jam 3 sore dan check out jam 12 siang. Namun #timantirugi menelpon ke hotel dan bertanya apakah bisa early check in dan menunggu sembari menikmati fasilitas yang ada di hotel? Jawabannya bisa, nanti akan masuk ke daftar prioritas, saat ada kamar yang ready bisa segera masuk. 

Datanglah kami pukul 12 kurang. Kesan pertama datang sih tipe hotelnya bukan yang wah gimana gitu ya walaupun bintang 5. Cukup homy. Kami langsung disambut dan diarahkan ke front office. Tak lupa welcome drink disajikan beserta tisu basah berbentuk tablet yang lucu namun tak kupakai. Kami dimasukkan ke urgent list dan meninggalkan nomor HP agar pihak hotel bisa menghubungi saat kamar sudah siap. Setelah itu kami langsung ngibrit liat fasilitas yang ada. 

Lobby hotel ini terletak di lantai 1 sedangkan kolam renang ada di lantai 5, dan tempat bermain outdoor ada di lantai 8. Uniknya, liftnya turun ke bawah untuk mencapai lantai yang nomornya lebih tinggi. 

Setelah sampai di lantai 8, ternyata kids playground, area petting zoo dan lain-lain masih ada di bawah lagi dan harus ditempuh dengan tangga. Sedang asyik-asyik bermain ayunan, eh pihak hotel menelpon untuk mengabari bahwa kamar sudah siap. Wah ternyata tidak sampai 15 menit dari kami datang loh. 

Saya baru ingat bahwa saya kamar yang saya pesan adalah twin (duhh namanya juga book yang paling murah sambil ngarep pas di hotel bisa diganti atau diupgrade gitu *ngelunjak). Namun tidak bisa tapi bisa dibantu agar kasurnya didempetkan. Sesampainya di kamar, ternyata kasur dengan mudah bisa didempetkan sendiri tanpa bantuan dan ternyata kalau disatukan jatuhnya malah lebih luas daripada kasur ukuran King justru malah enak untuk saya dan 2 krucil yang tidurnya lasak ini.



Kamarnya sendiri menurut saya sih tidak wah (mengingat ini bintang 5), lumayan luas, amenitiesnya memang lengkap, dari setrika dan papannya, sampai pembuat kopi yang pakai kapsul. Kamar mandi kamar yang saya tempati memakai shower dan tanpa bath tub. Ada balkon dan kursi di luar untuk menikmati pemandangan yang menghadap ke kolam renang.


Setelah golar-goler sebentar di kasur dan sholat, kami bersiap-siap untuk pergi berenang. Saya yang selama ini biasanya nunggu di pinggir aja kalau suami dan anak-anak berenang, kali ini pun ikut nyebur. Keliatan kan ga mau ruginya.

Eits, yang ga mau rugi ternyata bukan saya sendiri. Saat sedang duduk di pinggir kolam, ternyata yang di samping saya belum kebagian kamar untuk check in tapi sudah nyebur ke kolam renang. Iyaa, memang sah sah saja menikmati fasilitas yang ada asalkan sudah pesan. 

Terdapat 3 kolam yang berbeda di area kolam renang. Satu kolam yang besar dengan kedalaman mulai dari 1 meter, kolam anak-anak yang dilengkapi dengan air mancur dan keranjang basket. Kedua kolam ini heated pool, airnya pas, tidak membuat menggigil layaknya air di Lembang, tapi juga tidak panas. Tak lupa ada satu kolam lagi, jacuzzi dengan air bersuhu 39 derajat. Berbagai macam ban disediakan oleh pihak hotel, mulai dari ban leher untuk bayi, ban anak-anak, sampai ban besar.



Selesai berenang, kami bergegas pergi ke Restaurant di lantai 1 untuk menikmati Afternoon Tea yang tentu saja gratis. Waktunya hanya dari jam 15.30 sampai dengan 16.30. Makanan yang disajikan adalah snack-snack dan minuman tradisional seperti wedang jahe, sekoteng, dan lain-lain. Cocok banget kalau orang asing stay di sini, tetap dapat exposure lokal yang kental. Favorit saya adalah Pisang Goreng tentunya. Enak bangetttt..



Sehabis menyantap snack sore, kami pergi ke playground di bawah yang sebelumnya belum sempat kami nikmati. Sayang waktunya mepet, ternyata wahana-wahana binatang tutup pukul 5 sore. Jadinya hanya sempat kasih makan kelinci dan main-main sebentar di kandang burung. Yowisss, besok lagi deh. Rasanya capek juga badan aktivitas tanpa henti walau setengah hari di hotel saja, hihihi. *jompo detected.


Untuk makan malam, kami memesan dari bebek goreng Ali borromeus via Grabfood. Salah satu kelebihan Padma adalah letaknya yang masih dekat dengan pusat kota sehingga masih memungkinkan jika kita ingin memesan aneka ragam kuliner bandung yang terkenal. Sebenarnya sih menu steak yang dimasak live tiap malam hari di restoran Padma cukup menarik, harganya saja yang tidak. Hehehe. Menu-menu Indonesia juga tersedia dengan harga 200ribu ++.

Keesokan paginya, cepat-cepat kami bergegas sarapan jam 7 pagi sebelum mandi. Agar dapat tempat di pinggir saat sarapan sehingga bisa menikmati pemandangan yang ada. Dari atas restoran dapat dilihat beberapa orang sedang menunggu kelas yoga yang dimulai jam 7 pagi. Beberapa orang dewasa dan anak-anak juga sudah nyebur ke kolam renang.


Sarapan di Padma cukup lengkap. Mulai dari menu Indonesia sampai Barat. Semua yang disajikan halal, namun jika ingin bacon pun bisa request. Minumannya bermacam-macam, susu, teh berbagai rasa dan aroma, kopi, sampai jus yang lebih cenderung disebut puree (bisa banget buat yang MPASI karena tidak ada gula tambahan). Pastrynya pun lengkap, rekomendasi saya, Croissant Coklatnya. SEDAPPPP. Jangan lupa bawa tas atau kantong atau tempat makan, untuk bawa beberapa makanan kecil, lumayan untuk snack anak-anak. Saya bahkan membawa semangkok bubur dan 2 gelas puree kembali ke kamar dan diperbolehkan.


Selagi sarapan, ada staff khusus yang berkeliling untuk menanyakan kabar kita dan kira-kira kegiatan apa yang bisa dia rekomendasikan untuk kita. Satu-satu, semua pasti disapa. Jangan merasa aneh karena semua karyawan Padma sangat ramah dan suka menyapa. Mereka juga suka bertanya dari kamar berapa (mungkin ini kalo kita sebenarnya ga nginep disana tapi cuma numpang main, jadinya berasa guilty). Mereka juga dengan senang hati menawarkan mengambilkan foto dan mengingatkan untuk tidak lupa memberikan review hotel di TripAdvisor karena berhadiah voucher 1 malam gratis dan upload Instagram. Tapi saya ga ikutan, review ini saya tulis murni karena terkesan dan butuh bahan tulisan.

Selepas sarapan, kami mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke Adventure Park di bawah. Berbekal kertas kecil berisikan jadwal kegiatan hari itu yang diselipkan di kunci kamar, dengan niat teguh kami memanfaatkan fasilitas yang ada. Sayangnya kertas tidak saya foto, jadi tidak bisa dimasukkan kesini. Padahal penting banget loh supaya maksimal pemanfaatan fasilitas yang adanya. Hehehehe


Ada banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan bagi setiap orang. There's always an activity for everyone. Baik berkeluarga atau belum, baik punya anak atau belum, baik muda ataupun tua.

Bagi anak-anak, bisa menikmati berbagai macam kegiatan seperti melukis tembikar, fun tattoo, mewarnai layang-layang, sampai nail art. Semua kegiatan berbeda setiap harinya, didesain agar tidak bosan jika anda menginap 2 malam. Sedangkan yang ada setiap hari tentu saja feeding zoo yang terdiri dari kelinci, burung, ikan, dan kambing. Tenang saja, semua makanan untuk binatang sudah disediakan gratis dan sepuasnya.





Bagi remaja dan orang dewasa, bisa bermain permainan outbond seperti flying fox, tali gantung, memanah,  bahkan hiking dengan trail khusus disertai pemandu.

Saya sebelum flying fox. Suami kebagian jagain anak-anak :p

Gantian


Fasilitas playground juga lengkap, ada labirin setinggi pinggang orang dewasa, replika kapal laut dilengkapi dengan pelosotan, mini golf, dan fasilitas playground umumnya.

Playground

Labirin menuju dan dari tempat kelinci

Tempat bermain dari atas


Sepertinya belum habis menikmati fasilitas yang ada, tapi sudah lelah dan tepar serta jam sudah menunjukkan waktu jam 11. Kami berpeluh dan perlu mandi lagi! Waktu checkout adalah jam 12, untungnya bisa request untuk checkout jam 1 tanpa tambahan biaya.

Berfoto di Lobi Padma sebelum pulang
Sekarang sudah tidak penasaran lagi dan pantaslah memang banyak yang merekomendasikan hotel ini untuk staycation karena memang yang dijual itu experiencenya.

After all, we have a really pleasant stay in Padma Bandung. 

Minggu, 24 Februari 2019

Review: Hachi Grill, Lebih Enak dari Shabu Hachi?

hachi grill

Beberapa bulan ini, di Instastory saya berseliweran tempat makan baru namanya Hachi Grill. Dari nama dan font yang digunakan, nampaknya Hachi Grill masih bersaudara dengan Shabu Hachi, salah satu restoran favorit saya.


Benar saja, Hachi Grill masih satu grup dengan Shabu Hachi yang mengusung jaminan Halal MUI untuk semua makanan di Restorannya. CMIIW Shabu Hachi masih satu-satunya restoran shabu-shabu besar yang halal MUI.

Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu hobi dengan shabu-shabu, saya lebih suka grill/yakiniku nya, jadi tentu saja Hachi Grill cukup menggelitik rasa penasaran saya. Sebelum pulang ke Cirebon, kami sekeluarga menyempatkan untuk mencoba restoran ini terlebih dahulu.

hachi grill jakarta


Hachi Grill memiliki beberapa cabang di Jakarta dan BSD. Yang saya kunjungi adalah yang terletak di kawasan Gatot Subroto, tepatnya di Sythesis Tower. Gedung ini dapat dikenali dengan mudah karena dia diselubungi oleh tanaman rambat di depannya.

Tempat Hachi Grill Gatot Subroto ini terbatas dan tidak seluas Shabu Hachi Bogor. Di bagian depan restauran ada tempat tunggu dengan banyak tempat duduk. Ruangan bermain anak dan menyusui tidak ada, sedangkan toilet dan mushola tidak tersedia secara khusus kecuali yang telah disediakan oleh Synthesis Tower sehingga ada di bagian luar restoran.

Berbeda dengan di Shabu Hachi dimana default harga yang tertera adalah untuk shabu-shabu (dan menambah jika ingin membuka panggangan untuk yakiniku), di Hachi Grill kita bisa menentukan mau shabu-shabu saja, yakiniku saja, atau keduanya. Harga weekday dan weekend berbeda, dan tentu saja lebih murah harga weekday. Harga yakiniku only mulai dari 178ribu, shabu-shabu only mulai dari 158ribu, sedangkan keduanya yang ingin keduanya mulai dari 198ribu.  Tersedia harga khusus untuk grup (10 orang ke atas), anak-anak (4 tahun ke atas) dan senior citizen.

harga hachi grill

Saya dan suami memilih paket yang "Yakiniku Only" lalu diupgrade pula ke prime. Tentu saja yang suami saya yang pilih untuk upgrade, dan diiringi dengan tatapan tajam istrinya.

Pada menu yakiniku only jika ingin diupgrade dari reguler ke prime, per orang menambah 100 ribu, sedangkan pada menu shabu-shabu hanya 50 ribu. Kenapa berbeda? Daging yang digunakan di shabu-shabu hanya 1 jenis, yaitu daging slice tipis, sedangkan pada yakiniku, berbeda-beda. Untuk yakiniku prime ada 5 pilihan bagian daging, sedangkan pada paket supreme ada 12 pilihan jenis daging.

Oh iya, untuk kuah shabu-shabu di hachi grill pilihannya hanya ada 4 yaitu Collagen Soup, Tori Dashi, Shoyu Dashi, dan Tom Yum. Kalau tidak salah di Shabu Hachi ada 6.

menu yakiniku hachi grill

Prime Package terdiri dari 5 jenis daging yaitu Hone Tsuki Karubi (iga), Baraniku (short blade/perut bawah), Umami Hireshita (sirloin), Hon Misuji (top blade/punggung) serta Gyu Tan Thin (lidah). Sedangkan pada Supreme Package terdapat 6 jenis tambahan lainnya seperti Karubi Wagyu, Saikoro Wagyu, Umami Rib Shin, Umami Hire, Gyu Tan Thick, dan US Scallop.

hachi grill
Om Nom Nom

Di Hachi Grill, kita juga bisa memilih jenis grill plate yang digunakan. Pilihannya antara Iron Plate Grill (di Shabu Hachi hanya ada yang ini) serta Super Net Grill (seperti yang ada di gambar atas.

prasmanan di hachi grill

Jika di shabu hachi, prasmanannya hanya ada untuk isian shabu-shabu, lain halnya dengan hachi grill. Disini ada 2 prasmanan besar. Yang pertama isinya segala jenis daging reguler untuk yakiniku. Semua bagian daging yang ada di paket prime juga ada disini. Sepertinya beda lokal atau impor saja. Kebetulan kemarin saya mencoba bagian sirloin reguler dan prime silih berganti. Heuuu.. Saya menyesal sudah upgrade ke prime! Karena saya jadi tahu bahwa daging yang prime tuh memang jauh lebih enak. Hiksss... Nanti kalau standar lidahnya naik, kan gawat di kantong 😣😋

prasmanan di hachi grill

Yang kedua tentu saja prasmanan untuk isian shabu-shabu, mulai dari sayur-sayuran, udang sampai dengan bakso. Untuk daging shabu-shabunya setiap refill harus request ke pramusaji. Sama seperti yakiniku, plate yang bawahnya hitam reguler, putih prime, merah supreme. *Ngeh, soalnya bule di sebrang meja saya platenya warna merah :p*

hachi grill synthesis
Berbagai jenis saus untuk Shabu-Shabu dan Yakiniku

menu hachi grill

Menu lain hampir sama dengan shabu hachi, mengingat kita lagi di Indonesia dimana masih banyak yang menganut "ga makan nasi berarti belum makan", disini tersedia mulai dari nasi putih sampai kabocha (labu parang) yang bisa dikonsumsi bayi MPASI. Hehehehe...

menu hachi grill jakarta

Tidak lupa aneka jenis minuman dingin dan hangat (ocha, infused water, thai tea sampai berbagai jenis minuman nestle) serta pudding, buah-buahan segar hingga rujak. 

hachi grill synthesis

Di bagian makanan pencuci mulut, ada es krim dengan 4-5 rasa berbeda (sayang waktu saya kesana tidak ada rasa cokelat, itu kan rasa wajib). Tapi di sampingnya malah ada mesin frozen yoghurt dengan banyak pilihan topping.. Heuuuu, saya langsung lemah. Auto cheating nih, resmi ga low carb lagi abis dari sini. 

hachi grill
My favorite counter: FROYO!

menu hachi grill
Frozen Yoghurt, cobain topping bubble enak banget, meletus-letus gitu

Walaupun lebih baru, dari segi makanan, hachi grill merupakan "upgrade" dari shabu hachi. Makanan yang tersedia lebih banyak macamnya. 

Saat kami kesana, restoran saat itu tidak terlalu penuh di hari kerja. Mungkin karena itu, pramusajinya bahkan bisa sempat memanggangkan daging-daging yang kita pilih jadi kita tinggal makan saja. Selain itu semuanya ramah-ramah walaupun ada 2 anak kecil spesial yang ikut dengan saya dan hobinya jatuhin makanan. 

Ya Allah, semoga mereka tidak masuk blacklist restoran-restoran di Indonesia

OVERALL, saya dan suami suka Hachi Grill! Memang sedap. Tapi ya ga bisa sering-sering makan di sini karena lumayan yaa harganya (bagi kami) dan selama 2 bocil di atas masih free hahahaha. Tapi untuk family experience, masih belum ada restoran yang mengalahkan Shabu Hachi Bogor.