Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Oktober 2019

Secret I Only Share to Strangers




Sebenarnya tujuan awal saya mulai aktif menulis di blog adalah untuk media curhat selain tumblr yang sebelumnya sempat di blok pemerintah. Ingin curhat, ingin ditulis, tapi tak ingin dibaca. Jadi yang baca yang ga sengaja aja hahahaha. Saya memang tipe yang jarang membagikan tulisan organik saya terutama bagi keluarga ataupun yang saya kenal kecuali memang saya yakin ada faedahnya.

Ini bukan rahasia kelam atau aib sih sebenarnya. Bukan berarti saya tidak bersyukur juga.

Jadi ceritanya beberapa bulan yang lalu saat Ayah saya sakit dan harus dirawat di ICU selama 2 bulan lebih lamanya (sebelum akhirnya berpulang ke rahmatullah), saya mulai menyadari enaknya punya saudara banyak. Bagaimana tidak, selama 2 bulan lebih itu harus ada di antara kami yang standby di emperan Rumah Sakit menunggu jikalau ada panggilan dari dokter melalui speaker yang terpasang. Pasien yang dirawat ICU tentu saja tidak boleh ditemani keluarga di dalam ruangan karena tingginya resiko infeksi bagi pasien maupun pendamping.

Gimana rasanya? Lelah walaupun dari total 2 bulan itu mungkin jika di total saya hanya ada disana 3 minggu, karena anak-anak tidak mungkin terlalu lama tinggal di Rumah Sakit (awalnya masih booking kamar di hotel dekat RS, tapi lama-lama mayan ya sisss). Oh iya, perlu diingat bahwa kejadian Ayah saya jatuh sakit itu di Malang saat bekerja, kami bukan orang Malang dan tidak punya tempat tinggal di sana. Jadilah kami sekeluarga bergantian PP Jakarta-Malang, Cirebon-Malang untuk menjenguk ayah saya.

Alhamdulillah kami semua 9 bersaudara, jd minimal 2-3 anak menemani ibu saya di Malang. Walaupun menunggu, tapi melelahkan loh.. Fisik dan Psikis, deg deg ser setiap dengar panggilan dari speaker.

Nah, setelah pengalaman itu, saya jadi sempat berdoa kalau saya ingin juga punya anak banyak.

Dipost 2 hari sebelum Ayah saya berpulang, Alhamdulillab sempat kumpul full tim

Lalu apa yang terjadi, jeng jeng jeng. Saya hamil lagi dengan perkiraan waktu conceive nya berdekatan dengan meninggalnya Ayah saya.

Saya baru mengetahuinya setelah kehamilan menginjak hampir 6 minggu. Karena kebetulan saya memang tipe hamil kebo yang hampir tidak merasakan perubahan apa-apa kalau hamil.

Perasaan saya dan suami? Ya campur aduk

Di sisi lain, ya Allah cepat banget diijabahnya doa, apakah ini pengganti Ayah saya? Tapi di sisi lain, saya masih belum begitu siap mengingat kedua anak saya masih kecil dan butuh banyak perhatian. Walaupun setidaknya jarak antara anak kedua dan ketiga akan lebih jauh (yaitu 2 tahun) dibandingkan yang pertama dan kedua (19 bulan).


Aa dan calon teteh


Suami saya? Ya dia membayangkan bagaimana menghadapi 3 anak nanti... Dan yang paling ditakutkan adalah kalau sayanya stress dia juga yang kena kan hehehehe... Karena baginya, everything is easy as long as my wife doesn't get angry 😂


Diambil saat ngedate nonton Joker, kehamilan 18 minggu


Di lingkungan keluarga, adik saya (anak nomor 2) belum dikaruniai anak setelah tinggal 1 tahun lebih bersama (sebelumnya 2 tahun LDM), sedangkan istri adik saya yang lainnya (anak nomor 3) sedang mengandung dengan due date akhir tahun ini. Ditambah masih ada 4 sepupu lainnya di keluarga besar yang juga sedang mengandung. Saya takut ini akan menjadi pressure untuknya.

Akhirnya jadilah beberapa orang saja dalam keluarga yang mengetahuinya. Saya sendiri juga belum memberi tahu teman-teman dekat saya. Beberapa masih ada yang belum menikah, ada juga yang belum dikaruniai anak, dan saya hamil anak ketiga.

Masya Allah.

Terkadang saya bertemu dengan sesama ibu lain di playground dan bercerita bahwa saya sedang mengandung lagi. Iya ibu lain, orang asing yang mungkin saya tidak akan berjumpa kembali. Sama halnya saya akhirnya menuliskan hal ini di blog yang mungkin tidak akan ada yang membaca. Setidaknya orang yang tidak mengenal saya langsung di kehidupan nyata.

Selama ini saya memang selalu memakai baju yang longgar sehingga jika tidak diberitahu, orang tidak sadar bahwa saya sedang hamil. Belum lagi saya masih aktif berpergian dan beraktivitas bersama 2 bocah, yang satu digendong pakai carrier perut ketutupan, hehehhe. 

Sungguh bukan berarti saya tidak bersyukur. Walaupun harus diakui bahwa excitement kehamilan selanjutnya memang tidak setinggi yang pertama apalagi kalau jaraknya dekat.

Ada saatnya saya merasa overwhelmed dan merasa anak-anak saya adalah anchor bagi kemajuan saya (sebagai pribadi). Dan saya masih pada tahap belajar berdamai dengan diri sendiri dan mencintai peran saya sebagai ibu. Lalu Allah menentukan lain, dititipkannya saya 1 anak lagi.

Saya sering bercanda dengan suami ketika sedang hitung-hitungan uang. "wah ini kalo ga ada pengeluaran susu anak setahun, aku bisa beli tas louis vuitton loh satu tiap tahun" 😜ðŸĪŠ

Beberapa waktu yang lalu saya lewat di depan RS Bunda Menteng yang bersebelahan dengan fertility clinic terkenal Morula IVF. Tempat banyak orang melakukan bayi tabung. Parkirannya penuh sehingga agak menimbulkan kemacetan kecil jika ada kendaraan yang keluar masuk. Berapa biaya bayi tabung? Katanya sih harus menyiapkan minimal 80-120 juta tanpa jaminan berhasil ya (tetap Allah yang berkehendak). Berarti kira-kira itu biaya susu anak-anak selama 4.5-6 tahun lamanya. Hanya untuk mendapatkan seorang anak, belum biaya ke depannya. 

Jadi wahai kamu Sumayyah, syukurilah bahwa kamu dapatkan anak ini dengan percuma dengan proses kehamilan cenderung mudah dan biaya persalinan nyaman yang selalu ditanggung asuransi.

Maka Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Jakarta, 30 Oktober 2019
Kehamilan 20 minggu

Minggu, 02 Desember 2018

Sudah ke New York Tapi Belum ke Mekkah!


Day 13 of BPN 30 Day Challenge 2018! Hufff, ngos-ngosan nih aku hahahha

Selama ini saya sudah mengunjungi benua Eropa, Amerika, Australia, merambah Asia Timur apalagi Asia Tenggara. Tapi saya BELUM PERNAH UMRAH! Parah ya

Sebelumnya saya cukup terobsesi ingin pergi ke eropa. Ingin balik ke kampung halaman, numpang lahir doang padahal. Semenjak kuliah, saya bercita-cita melanjutkan postgraduate study di benua biru itu, namun takdir berkata lain. Sampai akhirnya cita-cita saya berkunjung ke Eropa sudah terlaksana saat Babymoon 2016 yang lalu. Dan yang paling saya idam-idamkan, ya Strasbourg

BACA JUGA: Kota-Kota Yang Pernah Saya Tinggali

Setelah kesampaian ke Strasbourg. Saya sudah tidak ada keinginan yang menggebu-gebu lagi. Suami sih mau ke Manchester, saya sih hayukkk mau juga. Jepang juga belum pernah. Ya intinya sih saya mau semuaaaa tapi sudah tidak ngebet lagi. 

Semenjak saya lebih belajar untuk menata keuangan keluarga, saya lebih berhati-hati membeli tiket walaupun itu promo (impulsif itu kadang tidak baik). Karena beberapa destinasi, tiket itu sebenarnya hanya 20-25% dari total biaya yang akan dikeluarkan. 

Saya dan suami mulai menentukan mana yang prioritas. Salah satunya adalah naik haji. Kami membuka tabungan haji walaupun sampai saat ini belum eligible untuk dapat nomor antrian. Gosipnya untuk haji reguler, waktu antriannya sudah lebih dari 12 tahun. Masya Allah, semoga umur saya dicukupkan.

Karena haji akan lama, maka saya ingin sekali pergi umrah. Namun sampai saat ini belum terlaksana. Iya, banyak yang nyinyir, ih udah kemana-mana tapi ga disempetin umrah. Tapi saat ini kondisi yang tidak memungkinkan, kenapa?
  • Ngumpulin uangnya dulu, of course. Sebelumnya suami memberangkatkan umrah ibunya terlebih dahulu. Ibu mertua saya termasuk rombongan akhir yang masih diberangkatkan oleh travel fenomenal, First Travel. Sebenarnya setelah ibu mertua berhasil berangkat, saya dan suami sempat berpikiran mau daftar juga, tapi entah uangnya ga kekumpul-kumpul. Tapi kalau pun jadi daftar, sudah dapat dipastikan jadi korban First Travel pula. Hehehehe
  • Anak-anak masih kecil.  Lohhh? Kenapa? Kan banyak yang umrah bawa anak-anak. No-no, saya ga mau bawa anak-anak. Karena jika dijalani dengan benar dan maksimal, perjalanan ke tanah suci adalah melelahkan dan berbeda dengan jalan-jalan biasa. Ya masa selama disana malah lebih banyak di kamar hotel, ya gakkk... Kasian anak-anak, lagipula ini akan menjadi pertama kalinya saya dan suami pergi umrah. Kami inginnya khusyu' gitu. Kalau sudah yang kedua kalinya mungkin tidak apa-apa bawa anak-anak. 
Jadi ya pengennya sih pas caca udah 2 tahunan gitu, kita pergi umrah. Semoga rezekinya dicukupkan di waktu yang tepat. Aamiin

Makkah, Tunggu kami yaaa :)



Selasa, 07 Agustus 2018

Ketika Harus Menyapih Anak Lebih Awal

Breastfeeding.

If you never wish you could lend your breast to your husband, you're probably experiencing it wrong 😂



Menyusui juga mengajarkanku bahwa kurang itu tidak enak tapi lebih juga sakit, yang paling bener, PAS 😊. 

Sebulan pertama menyusui Ammar itu berat, puting lecet karena pelekatan belum benar, bengkak karena oversupply dan belum rajin memompa. Ngebayangin masih 5 bulan lagi biar bisa ASIX rasanya berat sampai pengen minta ASIP kakak sepupu aja. Dulu pas denger ibu-ibu yang lagi galau karena sudah harus menyapih membuat saya bingung sendiri, dihhh apa enaknya deh sampai harus digalauin karena mau berhenti.


Lalu tibalah masa Ammar harus disapih jauh lebih awal (16 bulan) karena berat badannya stagnan dari umur 10 bulan sampai 16 bulan  di 8 kg saja. Semenjak saya berhenti bekerja, Ammar mulai terbiasa mengempeng dan makan lebih sedikit. Dokter sampai memvonisnya failure to thrive (FTT) atau gagal tumbuh karena tinggi badannya yang sudah off the chart. 

Selain itu ditambah dengan kondisi saya yang ternyata hamil membuat keperluan untuk menyapih semakin mendesak. Walaupun saya sendiri tidak merasakan kontraksi saat menyusui, namun produksi ASI saya seret sekali. Saat mengempeng, Ammar hanya mendapat kenyamanan, tidak ada bunyi glek glek khas saat bayi menyusu, ubun-ubun kepalanya pun cekung tanda dehidrasi. 

Sungguh jika memungkinkan saya ingin menggenapkan menyusui Ammar selama 2 tahun tetapi keadaan yang tidak memungkinkan. 

Berbagai cara saya coba untuk menyapih Ammar. Diberi pengertian, anaknya ngga ngerti (atau tidak mau mengerti) masih terlalu muda. Kalau pakai metode WWL (Weaning With Love) kayanya lebih pas kalau sudah dekat-dekat 2 tahun. Dikasih sambal, dikasih jeruk nipis, adanya hati saya yang mencelos liat Ammar seperti patah hati sekali mencoba mimik berkali-kali tapi rasa mimiknya tidak enak. 

Saya juga mulai mengenalkan berbagai macam susu formula seperti S26 sampai yang paling mahal dan lebih tinggi kalorinya dibanding Pediasure, Nutrinidrink. Gagal buibu, mimik tetap yang nomor 1.

Dengan bantuan ibu dan saudara-saudara perempuan saya (ini nih enaknya punya saudara banyak, banyak bala bantuan juga), dibawalah Ammar ke Yogyakarta selama seminggu untuk dipisahkan dari saya, dan kebetulan ayah saya sedang ada keperluan kerja disana.

Awal-awal menyapih, saya merasa seperti sudah tidak ada faedahnya lagi sebagai Ibu. Untuk pertama kalinya saya berpisah dari Ammar lebih dari 12 jam, 7 hari! Teorinya bisa me time, atau pacaran lagi sama suami. Boro-boro, setiap percakapan yang dibahas hanya Ammar, dan terkadang saya jadi bad mood sendiri.

Kangen banget dan ingin curi-curi menyusui, tapi bisa diamuk sama nenek dan tante-tantenya Ammar yang sudah berusaha keras. Saya mulai paham kenapa ibu-ibu pada galau saat memasuki usia disapih. Apalagi untuk ibu bekerja yang bertemu anak hanya malam hari, sudah tentu bonding time nya hanya saat menyusui karena sudah lewat waktu bermainnya.

Sungguh saya mengira setelah disapih, ikatan batin dan ke-clingy-an Ammar akan berkurang. Eh ternyata, Ammar mah tetap maunya nempel Ibunya kok. Jangan takut kehilangan bonding, karena anak tahu kok mana orang tuanya, mana yang mencintainya sepenuh hati.

Semoga peruntungan Salsa lebih lama dibanding Ammar yaaa... Selamat mengASIhi semuanya :) 

World Breastfeeding Week 2018, 1-7 Agustus 2018. Kebetulan 7 Agustus ini bertepatan dengan ulang tahun ke-2 Ammar. Pengen nulis panjang buat Ammar, tapi entar isinya menye'-menye', ini aja lah. Love you, mar!