Selasa, 07 Agustus 2018

Ketika Harus Menyapih Anak Lebih Awal

Breastfeeding.

If you never wish you could lend your breast to your husband, you're probably experiencing it wrong 😂



Menyusui juga mengajarkanku bahwa kurang itu tidak enak tapi lebih juga sakit, yang paling bener, PAS 😊. 

Sebulan pertama menyusui Ammar itu berat, puting lecet karena pelekatan belum benar, bengkak karena oversupply dan belum rajin memompa. Ngebayangin masih 5 bulan lagi biar bisa ASIX rasanya berat sampai pengen minta ASIP kakak sepupu aja. Dulu pas denger ibu-ibu yang lagi galau karena sudah harus menyapih membuat saya bingung sendiri, dihhh apa enaknya deh sampai harus digalauin karena mau berhenti.


Lalu tibalah masa Ammar harus disapih jauh lebih awal (16 bulan) karena berat badannya stagnan dari umur 10 bulan sampai 16 bulan  di 8 kg saja. Semenjak saya berhenti bekerja, Ammar mulai terbiasa mengempeng dan makan lebih sedikit. Dokter sampai memvonisnya failure to thrive (FTT) atau gagal tumbuh karena tinggi badannya yang sudah off the chart. 

Selain itu ditambah dengan kondisi saya yang ternyata hamil membuat keperluan untuk menyapih semakin mendesak. Walaupun saya sendiri tidak merasakan kontraksi saat menyusui, namun produksi ASI saya seret sekali. Saat mengempeng, Ammar hanya mendapat kenyamanan, tidak ada bunyi glek glek khas saat bayi menyusu, ubun-ubun kepalanya pun cekung tanda dehidrasi. 

Sungguh jika memungkinkan saya ingin menggenapkan menyusui Ammar selama 2 tahun tetapi keadaan yang tidak memungkinkan. 

Berbagai cara saya coba untuk menyapih Ammar. Diberi pengertian, anaknya ngga ngerti (atau tidak mau mengerti) masih terlalu muda. Kalau pakai metode WWL (Weaning With Love) kayanya lebih pas kalau sudah dekat-dekat 2 tahun. Dikasih sambal, dikasih jeruk nipis, adanya hati saya yang mencelos liat Ammar seperti patah hati sekali mencoba mimik berkali-kali tapi rasa mimiknya tidak enak. 

Saya juga mulai mengenalkan berbagai macam susu formula seperti S26 sampai yang paling mahal dan lebih tinggi kalorinya dibanding Pediasure, Nutrinidrink. Gagal buibu, mimik tetap yang nomor 1.

Dengan bantuan ibu dan saudara-saudara perempuan saya (ini nih enaknya punya saudara banyak, banyak bala bantuan juga), dibawalah Ammar ke Yogyakarta selama seminggu untuk dipisahkan dari saya, dan kebetulan ayah saya sedang ada keperluan kerja disana.

Awal-awal menyapih, saya merasa seperti sudah tidak ada faedahnya lagi sebagai Ibu. Untuk pertama kalinya saya berpisah dari Ammar lebih dari 12 jam, 7 hari! Teorinya bisa me time, atau pacaran lagi sama suami. Boro-boro, setiap percakapan yang dibahas hanya Ammar, dan terkadang saya jadi bad mood sendiri.

Kangen banget dan ingin curi-curi menyusui, tapi bisa diamuk sama nenek dan tante-tantenya Ammar yang sudah berusaha keras. Saya mulai paham kenapa ibu-ibu pada galau saat memasuki usia disapih. Apalagi untuk ibu bekerja yang bertemu anak hanya malam hari, sudah tentu bonding time nya hanya saat menyusui karena sudah lewat waktu bermainnya.

Sungguh saya mengira setelah disapih, ikatan batin dan ke-clingy-an Ammar akan berkurang. Eh ternyata, Ammar mah tetap maunya nempel Ibunya kok. Jangan takut kehilangan bonding, karena anak tahu kok mana orang tuanya, mana yang mencintainya sepenuh hati.

Semoga peruntungan Salsa lebih lama dibanding Ammar yaaa... Selamat mengASIhi semuanya :) 

World Breastfeeding Week 2018, 1-7 Agustus 2018. Kebetulan 7 Agustus ini bertepatan dengan ulang tahun ke-2 Ammar. Pengen nulis panjang buat Ammar, tapi entar isinya menye'-menye', ini aja lah. Love you, mar!

0 comments:

Posting Komentar