Senin, 08 Mei 2017

Bulan Pertama Menjadi Ibu

Tidah pernah terpikir sebelumnya, bahwa setelah melahirkan akan jauh lebih berat...


Beberapa hari sebelum melahirkan, saya sempat bilang seperti ini: "Duh, cepet dong kamu lahir..." (kebetulan lagi ngeluh sama badan yang tambah berat dan susah gerak) yang kemudian dibalas sama Ibu saya "nanti kalau udah lahir, pengennya masuk lagi.."

Saya itu, orangnya kurang baca detail tentang kehidupan setelah punya anak. Walaupun saya fully aware kalau teman-teman yang udah punya anak itu susah banget diajak ngumpul dengan alasan segambreng yang most of the time karena anak. Jadi saya tidak pernah terpikirkan bahwa hidup saya akan sejungkir balik itu.

Kelahiran Ammar maju 10 hari tapi sudah cukup bulan, mungkin Ammar mau ketemu Auntie Ilina dulu sebelum pergi sekolah S2 di Norwegia. Azi masih di lapangan, jadi tidak bisa menemani saya selama persalinan. Ayah dan Ibu saya pun sebenarnya sudah "request" untuk lahiran minggu depan saja, soalnya jadwal pekerjaan mereka padat sekali, bahkan sampai terlintas mau mengajak saya ikut menginap di hotel saja biar bisa dekat kalau ada apa-apa. 

Akhirnya walaupun pada saat lahiran Azi tidak mendampingi dan baru sampai rumah sakit sekitar 4 jam setelah saya melahirkan (Alhamdulillah masih di hari yang sama dan kebetulan lagi dinasnya ke Cirebon), Azi cuti 2 minggu penuh untuk membantu dan menemani saya merawat Ammar.

Selama 3 hari di Rumah Sakit sih enak, bayi sudah dimandikan, kita tau beres, baru hari kedua saya mulai ikut gantiin pospaknya juga (sesekali). Di Hermina, setiap Ibu yang baru melahirkan akan dibekali kursus singkat bagaimana cara memandikan dan mengurus bayi, pijat ASI, dan segala pengetahuan basic yang perlu diketahui. Saya memperhatikan dengan seksama. Sesampainya di rumah

Jeng jeng...

Semua yang dipelajari di kursus singkat sebelumnya buyar. Ibu saya pergi membantu pekerjaan Ayah saya selama 4 hari. Praktis tidak bisa membantu, adik-adik saya semua belum libur sekolah/kuliah. Jadi walaupun setelah melahirkan saya tinggal di rumah samping orang tua saya di Depok, tapi dari A-Z masa-masa awal itu saya tempuh bersama Azi saja berdua.

Pengalaman pertama memandikan bayi kamu pelajari dari video di youtube. Itupun masih super salah dan epic banget praktekinnya (pengen share video tapi sayanya ngga pakai kerudung). Tali pusar ikutan basah, anak direndem di bak bayi masih pakai pospak. Malu-maluin banget yaa.. Hehhehee

image source

Bye Proper Sleeping Time

Forget lazy weekend when you can wake up at 11 am or even 2 pm in the afternoon. Not gonna happen. Ohhh masa-masa indah dulu saat hanya berdua sama suami adalah ngulet-ngulet mager di tempat tidur pas weekend.

Pada bulan pertama, rasanya restless banget. Bayi harus diberi ASI setiap 2-3 jam sekali, walaupun bayinya tertidur pun harus dibangunkan, karena memang mereka lebih banyak tidur. Kalau dibiarkan bisa-bisa berat badannya tidak terkejar. Jam tidur bayi masih terbalik, malam jadi pagi, pagi jadi malam. Saat kita ingin dia terbangun untuk menyusu, dia malah tidur. Saat malam hari kita ingin tidur eh dia bangun.

Belum lagi, karena kapasitas pencernaannya yang masih kecil membuat frekuensi buang air dan besar si bayi jadi sangat sering. Terkadang saat lagi menyusu, langsung keluar jadi pup. Kita harus sigap segera mengganti popoknya karena jika dibiarkan lama-lama, kulit bayi yang masih sensitif, rentan akan ruam popok. Minimal 2-3x terbangun saat malam hari untuk menyusui. Saat itu saya masih belum bisa menyusui sambil tiduran, jadi otomatis saya duduk dan terjaga selama menyusui.

Di usia awal pula bayi sangat senang dipeluk, bagaimana tidak, dia terbiasa di dalam perut, hangat dan terlindungi. Suara jantung kita pun juga menenangkan dirinya. Tidak jarang Ammar tidur di dekapan saya. Ada saatnya saya benar-benar ingin buang air kecil tetapi Ammar masih nyenyak tertidur dalam dekapan dan tidak mau dilepas. Atau saya merasa sangat haus tapi tidak bisa bergerak karena sedang menyusui dan air minum jauh dari jangkauan dan masih banyak lagi. Belum lagi kalau anak sedang growth spurt (huff ini butuh post sendiri).

Sesungguhnya, sesungguhnya, walaupun anak sudah menangis dan kita perlu bantuan, pak suami masih bisa-bisanya tidur nyenyak. Doi baru bangun ketika saya bilang "tolongin dong". Kalau ngga mah... Zzzzzzzz


Ada beberapa link bagus tentang interpretasi tangisan bayi yang ternyata bersifat universal, namanya Dunstan Baby Talk. Bisa langsung ke websitenya ya kalau mau tau lebih lanjut. 

Me Time = Bath Time

Rasanya selama sebulan pertama semua yang kita lakukan pasti ada hubungannya dengan si bayi. Makan pun juga tujuannya untuk ngisi dada menghasilkan ASI untuk si anak. Kalaupun saya berseluncur di dunia maya biasanya saya lakukan saat sedang menyusui (jangan dicontoh ya ibu-ibu) itu juga yang dibaca seputar menyusui/bayi dan yang terkait, atau mencari barang-barang yang diperlukan untuk dibeli lewat online shop.

Kemana-mana saya pakai kerudung instan yang besar dan langsung masuk agar praktis dan bisa menutupi saat menyusui. Dandan, beuhhh ga sempat deh. Makanya ini jadi patokan saya untuk "tingkat kebaruan" seorang Ibu. Misalnya nih ada ibu-ibu berjejer, nah yang paling kucel itu pasti yang paling fresh melahirkan, hehehe.

Satu-satunya hal yang benar-benar saya lakukan untuk diri sendiri ya mandi. Wait, masa-masa awal dulu saya harus mandi dengan air hangat. Why? Soalnya sekalian ngompres dada supaya ngga ada grinjel-grinjelannya. Iyap, ujung-ujungnya ada hubungannya lagi sama si kecil. Sudah tidak ada kepemilikan lagi pada tubuh ini. 

Some shapes are changing

I think the meme described itself best.
Image source

and No, Breastfeeding ain't as easy as it look in the TV Commercial.

Bahasan tentang breastfeeding perlu post sendiri karena penuh dengan perjalanan paling abstrak dan menakjubkan selama hidup saya. Love and hate relationship gitu deh

Duh, padahal perasaan banyak yang mau ditulisin disini. Secara saya ngerasa punya anak itu bener-bener game changer, life changing experience, near death experience, etc hahahhaa rada lebay ya. Nanti diupdate lagi deh kapan-kapan kalau mood.

It's not easy, but worth every second of it!