Sabtu, 22 September 2018

Mudah, Cepat, Nyaman Membuat Paspor Bayi di Cirebon


Setelah sebelumnya post saya tentang membuat paspor bayi untuk anak pertama saya di awal 2017 sepertinya sudah obsolete.

Kali ini kami membuat paspor untuk Caca melalui kantor imigrasi kelas II Kota Cirebon. Kenapa di Cirebon?
  • Sekarang kami paling banyak menghabiskan waktu di Cirebon, suami ditugaskan di kota ini.
  • Antrian kota Depok yang selalu penuh.
  • Karena paspor Ammar dan Ayahnya itu paspor biasa, jadi untuk paspor Caca pun sepertinya tidak penting harus e-paspor. Toh keuntungan free visa epaspor belum begitu banyak selain jepang (yah ini masih mungkin dikunjungi) dan brazil (yang ini kejauhann)
  • Ada temen SMP saya kerja di sini. Hahahay... 
Eits, walaupun teman saya kerja di sini, tapi saya tetap mengikuti prosedur yang ada ya.

Berdasarkan hasil googling, kita harus melakukan pendaftaran via whatsapp ke nomor 082320009000 dengan format berikut #NAMA#TGLLAHIR#TGLLAYANAN


Lalu tunggu jawaban yang berisi jadwal kita harus hadir dengan membawa persyaratan. Ehhh tetapi whatsapp ku ga dibales-bales, jadilah nanya ke teman gimana prosedur untuk bikin paspor bayi. Untuk bayi dan lansia ada antrian prioritas dengan kuota 20 per hari tanpa daftar whatsapp bisa go show tapi mesti dari pagi jam 7 (Alhamdulillah loh jam 7 pagi, bukan jam 5 pagi).

Mumpung paksu lagi cuti, jadilah kita pergi ke Imigrasi pagi hari sambil membopong Ammar yang belum mandi dan masih pakai piyama. Kalau caca mah ofkors udah dimandiin dan wangi, wong dia kan mau foto paspor.

Wow, Meskipun kelas II ternyata kantor imigrasi Cirebon lebih besar dari Depok (kelas II) dan Jakarta Pusat (kelas I) yang pernah saya datangi loh. 

Tampak depan kantor imigrasi
Satu yang menarik pas masuk ada pengambilan paspor mandiri drive thru, gaya bener udah kaya mekdi.


Jadi ceritanya kita tinggal scan resi terus nanti diambil di loket depannya lagi.


Gaya banget lah pokoknya. Kekurangannya jalur drive thru ini sama kaya jalur mobil mau parkir, jadi kalau ramai malah menghalangi yang lainnya. Oh iya parkiran mobilnya juga lumayan gede, no worries. Kalo dulu setiap ke imigrasi depok saya naik ojek atau di drop dikarenakan parkirnya yang hese pisan.


Saya dan gembolan sampai jam 7 tepat dan mengantri di loket pengambilan nomor. Tidak ramai, namun sudah ada 2 lansia di depan saya, jadi Caca dapat antrian nomor 3. Setelah diberi nomor antrian, petugas akan memberikan formulir untuk diisi. Beberapa syarat selain dokumen penting seperti surat pernyataan bisa dibeli di koperasi yang ada di lingkungan kantor imigrasi. Koperasi ini menyediakan semua yang anda butuhkan untuk keperluan imigrasi.

Di samping koperasi ada beberapa toko makanan yang menawarkan menu cukup variatif dari bubur ayam sampai gado-gado. Jadi kalau sampai sini belum sarapan bisa sarapan dulu. Karena walaupun pengambilan antrian di jam 7, namun layanan baru dimulai pada pukul 8 pagi.


Jam 8 teng, nomor antrian mulai dipanggil. Jika anda sedang berada di area kantin, tidak usah khawatir ga kedengeran, ada halo-halo alias speaker besar pemanggil antrian. 
Pertama, kelengkapan kita akan dicek dulu di loket informasi.


Untuk nembuat paspor baru untuk bayi yang diperlukan sebagai berikut:

  • Buku Nikah Orang Tua
  • KTP Orang Tua
  • Paspor Orang Tua
  • Surat keterangan dari orang tua (bisa dibeli di koperasi)
  • Kalau hanya ada 1 orang tua yang hadir ada surat kuasa dengan tanda tangan dan materai
Semua persyaratan diperbanyak ke dalam kertas berukuran A4 (jangan dipotong). Yah pokoknya kalau fotokopi di koperasinya sudah paham lah. Oh iya. kemarin paspor saya ketinggalan di Depok, jadi saya bawa print foto halaman identitas paspor saja. Alhamdulillah diterima.


Dari sini selanjutnya kita tinggal menunggu untuk dipanggil ke loket pemasukkan dokumen. Biasanya sambil ditanya keperluan bikin paspornya apa. Oh iyaaa, paspor kan ada 2 edisi tuh, yang halaman 48 dan 24. Karena selama ini paspor saya ga pernah penuh sampai ganti buku atau bahkan setengahnya, saya jadi kepikiran untuk memilih yang 24 halaman aja. Ternyata paspor 24 halaman itu hanya untuk TKI. 



Setelah submit dokumen, tinggal tunggu untuk dipanggil foto. Ga lama kok jedanya, ga sampai 10 menit. Untuk anak bayi fotonya dipangku ibunya, ibunya pakai jilbab putih yang disediakan biar jadi background. Hehehe...


Suka sama layout dan desain interiornya imigrasi cirebon yang dalam satu ruang terbuka, jadi kalo ada shady business keliatan

Disini juga disediain loket khusus untuk lansia dan disable sampai untuk yang memakai niqab loh biar ga keliatan orang pas foto mengangkat cadarnya.



Setelah foto, anda tinggal membayar paspor via pos indonesia atau bank BNI. Nah kalau kantor imigrasi lain (pembanding saya Depok dan Jakarta Pusat) saya harus pergi dulu dari kantor imigrasi untuk menemukan kantor pos atau bank BNI. Tapi di Cirebon semua dekat, ATM BNI ada di bagian depan kawasan kantor imigrasi, sedangkan mobil pos ada di kawasan parkir. Jadi meminimalisir kita lupa bayar juga karena bisa sesegera mungkin. Paspor dapat diambil paling lambat 3 hari kerja setelah pembayaran.

Oh iya, ruang tunggu kantor imigrasi cirebon ini cukup nyaman, ditambah lagi mereka menyediakan snack dan minum gratis. A really nice gesture.



Selain itu yang bawa anak-anak juga tidak usah khawatir karena disediakan arena playground serta ruang menyusui.



Overall, saya punya good experience selama membuat paspor di kantor Imigrasi Cirebon. Di mata saya sekarang image kantor imigrasi sudah berubah, semoga pelayanan publik ke depannya makin baik lagi. Thanks, Imigrasi Cirebon!

Rabu, 19 September 2018

Review Buku: Buku Anak Seri Odong-Odong Dongeng



Review buku ini sebenernya sudah pernah saya post di Instagram saya karena sebenarnya saya mau tertib bikin review buku setiap hari Rabu, tapi nyatanya.. Yahhh begitulah.

Sebagian odong-odong dongeng yang Ammar punya

Buku Anak Seri Odong-Odong Dongeng diterbitkan oleh Naura Publishing. Fisik bukunya sendiri adalah board book berisi 20 halaman. Harga normal buku ini adalah 49.000 namun kita bisa menemukan harga sampai dengan 35.000 di marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Kalau tidak salah Ammar sudah punya 6 judul seri odong-odong dongeng ini. Apa yang membuat buku ini menarik bagi saya dan Ammar?

Berbeda dengan buku dongeng lainnya, pendekatan yang dimiliki buku ini cukup unik. Cerita yang disajikan adalah cerita fabel yang biasanya pernah kita dengar, namun ada twist di akhir cerita. Misalnya akhir cerita dari Kura-Kura dan Kelinci, sang kelinci kembali lagi untuk menolong kura-kura bersama-sama menuju garis finish. Atau misalnya di cerita Harimau dan Monyet, harimau melawan bayangannya sendiri di danau, namun tidak sampai berakhir mengenaskan, melainkan hanya kelelahan dan harimau sadar bahwa dia bukanlah yang terkuat dan tidak boleh sombong. Hal ini bagus untuk pendidikan karakter anak.


Biasanya cerita selesai hanya sampai halaman 10, lalu sisa 10 halaman laginya apa? Isinya adalah alternatif dari cerita, di sini ada ruang diskusi kita yang membacakan dengan si anak berkaitan dengan dongeng tersebut. Misalnya saja, kalau kelinci tidak tertidur bagaimana ya, apa yang akan terjadi. Atau jika kelinci dan kura-kura bertanding permainan lain bukan berlari, kira-kira bagaimana ya, siapa yang akan menang? 


Ruang diskusi ini lah yang menurut saya adalah keunikan dari buku ini. Anak saya sendiri masih 2 tahun sebenarnya, selama ini masih lebih banyak saya bacakan sampai cerita utamanya selesai saja. Karena anak saya masih pada tahap menjawab ini apa, itu apa, belum sampai bagian menjelaskan 'bagaimana jika'. Oleh karena itu buku ini memang diberikan keterangan cocok untuk umur 3 tahun ke atas. Bagian ini mengembangkan imajinasi dan kreativitas serta logika dasar anak.

Bagian belakang buku

Namun, ada yang saya tidak suka dari buku ini, tapi ini pendapat saya saja ya. Ada beberapa binatang yang saya tidak suka gambarnya, karena aneh dari kehidupan nyata. Ya memang buku anak memang suka memberikan warna berbeda pada binatang dibandingkan yang ada pada kehidupan nyata. Tetapi beberapa binatang di seri buku ini bentuknya bisa disalah artikan. Anak saya sendiri memang pecinta fabel, jadi dia tidak masalah dengan gambarnya, Dia masih bisa memahami bahwa binatang berwarna ungu. Tapi ini hanya masalah ciri khas yang menggambar saja sih. Masih jauh lebih bagus, daripada saya yang ga punya darah seni ini yang menggambar. Hehehhehee

Contoh gambar semut yang agak mirip burung
Odong-Odong Dongeng Tikus dan Singa

Overall, saya cukup menyarankan untuk memiliki buku ini sebagai koleksi di rumah. Enaknya, buku ini dijual eceran, jadi bisa coba satu dulu. Saya agak terganggu soalnya kalau harus membeli satu paket berisi banyak buku, padahal belum tentu suka. Jaman sekarang marketingnya kaya gini soalnya, udah gitu dibuat PreOrder pula, pengen tau review jujurnya jadi ga bisa. Eitsss, jadi curcol... Mungkin paketan seri buku anak yang ini kapan-kapan saya review.

Jumat, 07 September 2018

Blogger Gathering di SIS Bonavista yang Seru dan Berfaedah

singapore international school



Di penghujung bulan Agustus yang lalu, untuk pertama kalinya saya ikutan acara blogger gathering yang diadakan oleh Blogger Perempuan di Sekolah SIS (Singapore Intercultural School) Bonavista yang terletak di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Excited banget dari pagi udah ngeboyong Salsa (anak kedua saya) untuk pergi ke acara ini.

Jujur ini pertama kalinya saya mendengar tentang sekolah ini. Karena saya sudah lama tidak ke sekolah, ya paling bantar ke SMA adek saya itu juga SMA Negeri, jadi vibenya beda banget. Ketika masuk kita harus meninggalkan kartu identitas untuk ditukar dengan kartu pengunjung lalu dikawal ketika memasuki area sekolah.

Teman-teman blogger disambut dengan baik oleh Mr John Birch, Head Teacher (alias Kepala Sekolah) di SIS Bonavista. Beliau telah memiliki pengalaman lebih dari 23 tahun di dunia pendidikan dan melanglang buana sebelum akhirnya ditempatkan di Indonesia. 


Psikolog Elizabeth Santosa dan Head Teacher John Birch 
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan Talkshow bertajuk "Raising Children in Digital Era" oleh Psikolog Elizabeth T. Santosa. Ternyata pada tahun 2015 lalu, Mbak Lizzie (panggilan akrab dari Elizabeth Santosa) sudah menerbitkan buku dengan tajuk yang sama. Hmmmm, memang membesarkan anak di era digital seperti sekarang ini memiliki tantangannya tersendiri.



Karena bahasan tenang gadget sudah sering sekali woro wiri di broadcast atau kuliah Whatsapp, jadilah terpatri bahwa Gadget itu musuh anak. Namun Mbak Lizzie memulai talkshow dengan sudut pandang yang objektif.

Apa bedanya kalau kita lagi ngajarin anak dengan flash card menggunakan kartu fisik dan gadget? Kan tampilannya sama. Atau misalnya game masak-masakan, kadang kan kita jadi tau gimana resep simpel masak ini itu dari game. 

Gadget boleh, tapi harus didampingi orang tua dan diskusi. Manfaatkan dengan tepat dan benar. 

Pemakaiannya harus diatur agar tidak menjadi candu. 

Bagaimana pun gadget itu tidak bisa dihindari karena itu adalah bagian dari perkembangan jaman namun kita harus menggunakannya dengan benar dan bijak untuk kebaikan serta manfaat kita sendiri. Contohnya nih blogger juga kan tergantung dengan gadget. Apalagi parenting di dunia digital memerlukan orang tua yang cerdas untuk menjawab pertanyaan yang njelimet (Google to the rescue). Setiap generasi itu berbeda kondisi dan tantangannya, jadi kita harus bisa menyesuaikan.

Ibu bijak tidak cepat melarang tapi up to date!


Pola asuh orang tua sangat penting dan biasanya kreativitas itu muncul saat kepepet. Perlu dipahami bahwa memberikan anak fasilitas berlebihan bukan menyayangi anak. Jadi jika tidak perlu mengapa harus diberikan dan dimanjakan? 

Mbak Lizzie juga memaparkan bahwa anak harus belajar tentang konsekuensi. Misalnya ketika anak menginginkan sesuatu, ajarkan bahwa dia harus berusaha untuk mendapatkannya, misalnya anak harus menabung. Jikala menabung dirasa terlalu lama, bisa juga dicoba untuk melibatkan anak dengan pekerjaan di rumah dan diberi imbalan. Jangan lah kita berbohong bilang "nanti" padahal kita tidak mau membelikan.

Atau ada kalanya anak melakukan kesalahan, kita bisa berikan konsekuensi seperti mencuci piring dan sebagainya. Kalau salah, konsekuensinya berikan pekerjaan, jangan tarik yang dia sukai. Harus sabar dan jangan sampai memukul dan mencaci maki anak. Dan yang terpenting adalah harus konsisten dalam memberikan konsekuensi. 

Gimana kalau anak sudah terlanjur kecanduan? Detoks atau tarik. Perubahan pasti tidak menyenangkan. Tapi manusia itu adaptif, awalnya dia akan marah, namun lama-lama mulai membaik. 

Contohnya seperti Mima, anak Mona Ratuliu, yang baru kelas 1 SMA dan sudah kecanduan gadget. Akhirnya Mona Ratuliu mengambil keputusan untuk menarik HP anaknya selama 1 tahun. Awalnya Mima marah bahkan mencaci ibunya, namun lama kelamaan berubah menjadi anak yang menyenangkan dan mau ngurus adik. 

Analogi paling gampang adalah misal anak kecanduang narkoba dan sakau kesakitan, apakah kita sebagai Orang tua akan memberikan narkoba lagi agar tidak sakit? Tidak bukan. Sama halnya dengan gadgetPikirlah dengan efek ke depannya. Kadang kita hanya bereaksi terhadap yang efeknya cepat dan pasti. 

Tujuan kita adalah anak kita bisa menghadapi tantangan di dunia walaupun tidak ada kita.

Orang tua yang bijak memperbaiki diri sendiri. Ingatlah bahwa dalam sehari mungkin kita hanya menghabiskan waktu paling banyak 20 menit di depan cermin, sisanya kita melihat orang lain. Dengan kata lain sebenarnya pendapat, kelakuan kita terhadap orang lain adalah refleksi diri sendiri. Jadi jangan-jangan ketika anak kecanduan gadget, apakah jangan-jangan kita juga seperti itu :p 

Image Source


Children see children do. Apa yang dilihat, anak mencontohnya. Semuanya kembali kepada kita sebagai orang tua. Setiap orang sukses ada panutannya. Tugas kita tidak hanya menyayangi tapi menjadi panutan. Tidak ada pendidik terbaik selain orang tuanya. 

Selesai dari talkshow, mbak Monika Arviany selaku PRO and Marketing Manager dari SIS Bonavista memberikan presentasi mengenai sekolah internasional ini. Karena larangan pemerintah melalui kemterian pendidikan sekarang kata "Internasional" sudah tidak boleh digunakan untuk nama sekolah, itulah sebabnya kata I pada SIS adalah singkatan dari Intercultural. Larangan yang berlaku sejak 31 Desember 2014 itu bertujuan mencegah terjadinya diskriminasi dan komersialisasi di dunia pendidikan Indonesia. 

Singapore Intercultural School didirikan pada tahun 1996. Di Indonesia sendiri SIS memiliki 7 cabang, 3 di antaranya di Jakarta, sisanya di Cilegon, Semarang, Palembang dan Medan. Bonavista yang saya kunjungi ini adalah pusatnya dan yang terbesar,

Visi dan Misi SIS


SIS Bonavista sendiri menerapkan tiga curriculum yaitu Singapore Curricullum untuk Pre-School dan Primary, Cambridge untuk jenjang Primary sampai dengan Secondary School (alias SMP) dan International Baccalaureate untuk jenjang Junior College. Nah salah satu perbedaan mendasar antara SIS dengan sekolah biasa yang kita kenal adalah pada durasi jenjang sekolah. Di SIS, tahap Secondary (atau SMP) adalah 4 tahun (1 tahun lebih lama) namun tahap SMA atau Junior College nya hanya 2 tahun. Karena menggunakan Curriculum IB, lulusan junior college sudah dapat gelar Diploma loh.



Komposisi murid di SIS Bonavista adalah 70% Asing dan 30% Lokal. Sebagian besar dari mereka memang anak dari expatriate yang bekerja di Indonesia yang berasal dari banyak negara. Selain itu ada 3 bahasa yang digunakan di sekolah ini, bahasa pertama yaitu bahasa inggris, kedua adalah bahasa mandarin (sebagian besar murid adalah native speaker mandarin), dan yang ketiga adalah bahasa Indonesia (karena tinggal di Indonesia maka yang asing pun tetap perlu untuk belajar). Kabayang kan paparan budaya yang beragam serta atmosfer yang internasional banget di sekolah ini.

Eits, biar begitu SIS Bonavista sebagai sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama) tetap menyediakan pelajaran agama sesuai dengan yang dianut oleh siswa bersangkutan. Totalnya ada 5 agama yang difasilitasi disini sesuai dengan jumlah agama yang diakui di Indonesia.




Saat berkeliling-keliling sekolah ini, mungkin karena anak-anak saya masih pada piyik-piyik jadi fokus perhatian saya ya play club (buat anak umur 18-24 bulan) dan preschool nya. Beberapa gambar dan videonya bisa dilihat dari Instagram saya di bawah ini ya. (maaf rada gaptek caranya masukin video yang enak gimana).



Salah satu favorit saya di sekolah ini adalah pada 30 menit pertama, murid-murid dan wali kelasnya menghabiskan waktu bersama di perpustakaan. Hal ini untuk menumbuhkan semangat membaca pada anak-anak. Perpustakaannya pun juga super peweeee dan oke, engga heran pas jam istirahat pun ramai yang pergi kesini. Si Ammar pasti senang banget nih ke perpustakaannya. 

sis bonavista
Main Library (boleh banget liat videonya di post IG saya)
Selain itu saat jam istirahat siang, anak-anak juga boleh bermain bola atau basah-basahan di area water play (sotoy bet, lupa namanya apa, yg penting basah-basahan, kalau basah beneran di kolam renang juga ada).

sis bonavista

Salah satu yang eye catching dan unik menurut saya adalah pelosotan tangga. Paham banget deh kayanya sekolah ini kalau anak-anak sukanya bermain dan perlu penyaluran energi, hehehe.

sis bonavista


Pasti kepo kan sama biaya sekolah ini dengan fasilitas yang banyak banget gitu. Bisa langsung klik disini (sambil berdoa dicukupkan rezekinya untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak). Oh iya mereka ada promo loh buat Warga Negara Indonesia yaitu potongan tuition fee 50%! Lumayan lahhhh

Untuk yang penasaran pengen liat sendiri SIS Bonavista, bisa banget datang ke acara Open Housenya di tanggal 15 September dari jam 09.30 - 11.30. Di hari yang sama akan ada mega bazaar day yang isinya stand-stand dari negara yang anaknya bersekolah disana. Lumayan banget buat icip-icip makanan khasnya kan. Selain itu anda juga dapat "Book A Tour" di website SIS Bonavista.


Rabu, 05 September 2018

Review Buku: Make It Happen! by Prita Hapsari Ghozie




Sebenarnya hal mengenai uang adalah sesuatu yang saya lebih sering hindari. Saya pun enggan mengatur keuangan keluarga, semuanya saya serahkan suami mulai dari bayar cicilan rumah sampai tagihan-tagihan lain.

Bagi saya yang penting semua cukup. 

Seberapa tidak nyamannya saya dengan masalah perduitan? Saya bahkan akhirnya baru tahu berapa penghasilan sebenarnya suami setelah 3 tahun lebih menikah. Ya terpaksa karena mulai merasa kurang dengan kondisi saya yang sudah tidak bekerja lagi dan titipan Allah yang bertambah. Setiap bulan rasanya uang hanya numpang lewat saja di rekening kami. Gajian tanggal 25, tanggal 1 sudah berasa tanggal "tua" lagi.

Seorang teman di salah satu grup Ibu Muda yang saya ikuti merekomendasikan sebuah buku tentang perencanaan keuangan yang ditulis oleh Mbak Prita Hapsari Ghozie. Make It Happen, namanya, buku pintar rencana keuangan untuk mewujudkan mimpi. 

Judul buku: Make It Happen

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, April 2013
Cetakan Kelima, Mei 2018
Jumlah Halaman: 244+
Jenis Cover: Soft Cover
Harga: IDR 98,000


Mbak Prita sendiri adalah seorang perencana keuangan independen yang tersertifikasi Internasional dan merupakan co-founder dan CEO dari ZAP Finance sebuah penyedia jasa konsultan keuangan.
Membaca buku ini sungguh membuka mata saya tentang betapa pentingnya perencanaan keuangan. Rezeki memang asalnya dari Allah, leap of faith. Tapi kita juga harus pandai mengelolanya. 

Saya dulu pernah punya teori bahwa Wanita adalah penggerak utama ekonomi dunia. Bayangkan kalau semua orang hasrat belanjanya seperti suami saya, pasti ga gerak tuh roda ekonomi. Penentunya adalah wanita, walaupun yang paling banyak mencari uang adalah pria. Ya ga ya ga... Dan benar saja, menurut statistik: 70% pembelian dalan rumah tangga ditentukan oleh perempuan. Bahkan 84% uang rumah tangga dipegang (belum tentu dikelola oleh perempuan). Penting banget kan peranan wanita sehingga di bukunya ini Mbak Prita mencoba meningkatkan awareness dan pemahaman tentang keuangan (financial literacy) teruntuk wanita khususnya para Istri atau Ibu-ibu.





Pada bab awal buku ini ditekankan pentingnya komunikasi dengan pasangan untuk membicarakan masalah keuangan. Saya langsung tertohok di bab pertama karena sepertinya hampir tidak pernah benar-benar saya lakukan dengan suami, rasanya terakhir kali ngomingin perduitan ya pas mau ambil KPR 3 tahun yang lalu 🙈

Buku ini mengajarkan kita untuk mengevaluasi apakah keuangan kita sudah sehat apa belum? Berapa proporsi utang kita? Apakah kita sudah menyisihkan untuk dana darurat? Apakah kita sudah menerapkan Good Money Habit? Lalu bagaimana cara membuat rencana keuangan? Besarnya gaji ternyata tidak menjamin seseorang memiliki financial yang sehat dan perencanaan yang baik loh... Pernah baca kan tulisan tentang kaum urban yang miskin? Penghasilan besar tapi miskin bablas karena gaya hidup dan tidak adanya perencanaan,

Buku ini juga mengenalkan produk-produk keuangan yang ada untuk berinvestasi termasuk penjelasan tentang asuransi (yang mana sangat penting untuk dipahami terlebih dahulu sebelum menentukan asuransi yang tepat, jangan dengan otak kosong datang ke sales asuransi dan menelannya mentah-mentah, salah-salah kita bisa merugi sekali). 

Sebenernya ini bukan buku pertama tentang keuangan rumah tangga yang pernah saya baca. Tapi yang sebelumnya, saya baca masih tidak serius hanya di awal saja dan saat itu masih double income serta belum punya anak, kalau sekarang kan single income household dengan dua anak... Hmmm jadi kebayang lah yaa bedanya.

Penyampaian buku ini mudah dimengerti dengan ilustrasi yang mudah dibayangkan disertai persoalan yang memang banyak dihadapi. Mimpi-mimpi yang dibahas pun mimpi yang umumnya dimiliki orang, contohnya kebutuhan papan. Pertimbangan dalam membeli rumah sampai memilih KPR. Selain itu juga dibahas tentang mempersiapkan pendidikan anak (yang ternyata tingkat inflasinya paling besar tiap tahun) sampai bagaimana merencanakan dana pensiun untuk hari tua.
Karena ini juga judulnya Make It Happen, bukan ayo kita berhemat banget sampai jangan bersenang-senang, buku ini mengajarkan bagaimana merencanakan dan mengalokasikan dana untuk kebutuhan leisure seperti traveling, belanja, dan lain sebagainya.

Dari buku ini juga saya baru sadar "jahatnya" kartu kredit apalagi kalau kita terjebak dengan gaya hidup konsumtif dan pembelian impulsif (talking to myself!). Salah-salah kita bisa terkena bunga efektif kartu kredit yang dapat mencapa 60% pertahun. Dan ternyata, lebih dari 50% pemilik kartu kredit di Indonesia tidak membayar tagihan kartu kreditnya secara penuh saat jatuh tempo. Pantas saja kartu kredit promo dan salesnya sangat gencar, ternyata sangat menguntungkan bank.



Tapi buku yang saya baca ini ga bisa saya pinjamkan kayanya, soalnya banyak coretan-coretan "dapur" saya. Jadi di buku ini langsung ada exercise dan tabel yang bisa kita gunakan. Tidak lupa Mbak Prita menyelipkan booklet "12 Bulan Menuju Make It Happen!" yang berisi financial checklist langkah demi langkah untuk memiliki rencana keuangan.

Yaa, pokoknya habis baca buku ini saya jadi gemas pengen cepat-cepat ketemu suami (kebetulan lagi training selama sebulan penuh) untuk merapatkan semua ini.

Ada yang bilang "money is more taboo than sex". Nah itu dia kalo dihindari terus, padahal salah satu penyebab terbanyak kegagalan rumah tangga itu adalah masalah uang. Ketidakpedulian istri juga bisa menjadi penyebab korupsinya suami, gawat banget kannn... untung suami saya bukan anggota DPR atau abdi negara.

Saya merasa cukup terlambat membaca buku ini, kenapa ga dari dulu ya tau segitu pentingnya perencanaan keuangan. But better late than never right? Karena sekarang yang diatur masih recehan dan masalah belum komplek atau jadi kanker, Insya Allah sih buku ini cukup mencerahkan. 

Terima kasih Mbak Prita telah membuka mata saya. Semoga saya juga bisa me-make it happen-kan mimpi-mimpi saya.

Let's Start Planning Now and Make It Happen!