Okay, kejar tayang topik hari ke 27 - 5 Kebahagiaan Sederhana. Topik yang cukup susah menurut saya, seorang manusia yang banyak keluh kesah.. Duh ga good vibe banget sih aku orangnya. Jujur ini bahasan yang cukup berat karena terkadang saya masih struggling dengan diri sendiri untuk ikhlas menjalani hidup sebagai Ibu Rumah Tangga dengan anak yang nempelnya kaya perangko.
Tapi ada beberapa hal yang bisa membuat hari-hari saya lebih ringan setiap harinya, apabila...
Tapi ada beberapa hal yang bisa membuat hari-hari saya lebih ringan setiap harinya, apabila...
1. Bangun Paling Pagi atau Tidak Ketiduran
Saya paling sering ketiduran saat nidurin anak dan seringnya bablas ketiduran sampai pagi. Alhasil cucian piring masih numpuk, baju-baju kotor belum dikucek dan direndam, membuat pagi hari ku saya lebih suram. Kebetulan anak saya yang kedua ini pun tidurnya mengempeng, jadi sulit sekali untuk melepaskan diri darinya saat tertidur.
Beberapa waktu ini karena harus menulis blog untuk BPN 30 Day Challenge 2018, saya jadi sering bangun jam 2 dan biasanya tidak tidur lagi sampai malam hari selanjutnya. Rasanya produktif sekali dan dapat melakukan banyak hal. Saya merasa menang sudah bisa curi start dari anak-anak saya. Menulis bagi saya adalah ME TIME.
Beberapa waktu ini karena harus menulis blog untuk BPN 30 Day Challenge 2018, saya jadi sering bangun jam 2 dan biasanya tidak tidur lagi sampai malam hari selanjutnya. Rasanya produktif sekali dan dapat melakukan banyak hal. Saya merasa menang sudah bisa curi start dari anak-anak saya. Menulis bagi saya adalah ME TIME.
2. Anak Tidur Siang
Di balik ulah anak-anak yang membuat ibunya sering istighfar, melihat mereka ketika sedang tidur siang suka membuat saya terenyuh. Merasa bersalah sebelumnya sudah jengkel. They sleep like an angel. Biasanya saya suka berbisik meminta maaf jika saya memarahi mereka sebelumnya. Jika posisi tidur siangnya bisa terlepas dari badan saya, biasanya saya jadi bisa mengerjakan hal lain seperti merapihkan rumah atau melakukan hal produktif lain. Namun jika posisinya "sandera" maka saya hanya bisa memaksimalkan hal-hal yang bisa dilakukan melalui handphone seperti mengupdate jualan dan membaca e-book. Maklum saya hanya bisa pegang handphone saat mereka tidur atau tidak di dekat saya dalam rangka pembatasan screen time. Ya wajar saja kalau anak saya jadi mau main handphone kalau saya sendiri pegang handphone terus kan.
3. Anak MAKAN dengan lancar
Anak saya termasuk picky eater berat. Sudah kecil susah makan pula, komplit deh, ibunya jungkir balik putar akal supaya anak mau makan. Padahal saya ini bukanlah ibu yang rajin memasak, namun demi anak saya suka mencoba berbagai macam resep. Tak jarang berujung dengan kegagalan. Ya anaknya ngga mau makan, ya makanannya juga rada jauh dari ekspektasi, hehehehe. Hal inilah yang paling sering buat saya senewen. Rasanya semua sia-sia.
Di antara banyaknya penolakan, ada kalanya anak saya mau makan dan senang dengan makanannya. Bagaimana rasanya? Bahagia. Bahagia banget, lebih bahagia daripada dapat nilai A dulu pas kuliah.
Di antara banyaknya penolakan, ada kalanya anak saya mau makan dan senang dengan makanannya. Bagaimana rasanya? Bahagia. Bahagia banget, lebih bahagia daripada dapat nilai A dulu pas kuliah.
4. Bersama, berempat di satu tempat
Menjalani Long Distance Marriage itu ga mudah, hal ini lah yang membuat saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Walaupun terkadang kerinduan untuk bekerja kembali itu ada namun berkumpul bersama berempat di satu tempat adalah anugerah tersendiri. Satu yang saya rasakan setelah tidak LDM lagi, Ammar terlihat lebih happy. After all, mereka bertiga adalah orang-orang yang membuat saya lebih berarti di dunia ini.
5. Bisa Pergi Kajian Seorang Diri dan Pakai Tas Kecil
Kewarasan seorang ibu sering kali diuji, oleh karena itu me time sangatlah diperlukan. Saya yang dulunya sangat rebel, semakin tua jadi merasa semakin perlu siraman rohani agar tetap eling. Membawa anak-anak saat kajian itu fokusnya cuma 10%, sisa 90%nya waspada lihat anak kesana kemari atau bagaimana agar menjaga mereka tetap tenang dan tidak berisik. Oleh karena itu, kalau di rumah lagi banyak orang dan lagi pada berbaik hati untuk menjaga anak saya, langsung saya manfaatkan 2-3 jam untuk "kabur" ke pengajian mingguan sebentar. Waktu yang sangat singkat ini harus berfaedah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin bukan?
Lalu apa hubungannya dengan tas kecil? Kalau pergi tidak ada anak, tentu saja barang bawaan lebih sedikit bukan. Ini lah parameter "kesuksesan" saya, hahaha... pokoknya goals banget lah kalo kemana-mana udah bisa bawa sling bag kecil doang (artinya: ga ada buntut lagi).
Lalu apa hubungannya dengan tas kecil? Kalau pergi tidak ada anak, tentu saja barang bawaan lebih sedikit bukan. Ini lah parameter "kesuksesan" saya, hahaha... pokoknya goals banget lah kalo kemana-mana udah bisa bawa sling bag kecil doang (artinya: ga ada buntut lagi).
BACA JUGA: 5 Barang di Tas Emak Nekat
Semenjak menjadi ibu, prioritas berubah, cita-cita menyempit, dan bahagia itu sederhana. Tapi kewarasan tetap yang utama.
0 comments:
Posting Komentar