Jumat, 07 Februari 2020

Pengalaman Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia


Jadi ceritanya beberapa waktu lalu anak saya yang kedua, Caca, demam sampai 39 derajat. Hari pertama demam, doi masih terlihat normal saja, bermain dengan kakaknya, susu dan makanan masih lancar. Hari kedua, nafsu makan berkurang dan mulai rewel. Akhirnya saya berikan paracetamol, namun panasnya tak kunjung turun walaupun sudah diberikan sampai 4x dengan jeda waktu 4 jam setiap pemberian. Sementara batas maksimal pemberian paracetamol hanya 5x dalam 24 jam. Kebetulan, caca juga tidak pilek ataupun batuk. Seingat saya kalau tidak disertai gejala lain, justru harus tambah waspada. 

Akhirnya walaupun belum 3 hari demam, saya dan suami memutuskan untuk membawa Caca ke Rumah Sakit. Pergilah kami ke Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), walaupun biasanya kami memeriksakan anak ke RS Hermina Depok yang letaknya lebih dekat rumah. Alasan simpelnya sih karena apapun itu memang kami sudah niatkan Caca harus kena infus biar tidak dehidrasi biarpun harus menginap satu malam saja dan harga di kelas kamar Deluxe/VIP di RSUI lebih murah daripada Hermina sehingga masih bisa dicover penuh oleh asuransi yang saya miliki.

tarif rawat inap
Perbandingan tarif rawat inap RSUI (kiri) dan RSH Depok (kanan)

Walaupun kita bisa melihat gedung RSUI di balik Depok Town Square, namun RSUI hanya dapat diakses jika kita masuk ke kawasan Universitas Indonesia. RSUI belum memiliki akses langsung dari Margonda atau jalan yang lebih dekat dengan jalan arteri Depok tersebut. Keuntungannya, biaya parkirnya pun ikut tarif UI, Rp 5.000,- saja per hari.

Kami tiba di IGD sekitar jam 6 sore sebelum maghrib. Karena sepi, jadi langsung dilayani. (Beberapa hari kemudian, ada kecelakaan bus di subang dan korbannya, yang kebanyakan domisilinya di Depok, dilarikan ke RSUI. Pastilah kalau bersamaan, kami mendapat prioritas terakhir sesuai kegawatdaruratan). Di sana, Caca diperiksa oleh dokter jaga yang ada dan diambil darah serta urinnya untuk tes lab. 

IGD RSUI
Diinfus dan nunggu sampel urin di IGD

Hasil tes darah keluar sejam kemudian, hasilnya bagus. Hasil tes urin lebih lama, karena nunggu Caca akhirnya pipis cukup memakan waktu. Karena masih demam dan Caca tidak mau minum, akhirnya dia diinfus. Dan kami sebagai orang tua juga lebih memilih untuk rawat inap saja. Proses berpindah ke ruang rawat inap sebenarnya cukup lama. Jam 10 baru kami masuk kamar karena proses administrasinya cukup lama (walau tidak mengantri, heuu). 

Fasilitas Kamar

Akhirnya kekepoan ku akan kamar VIP RSUI yang harganya lebih murah dari kamar kelas 1 RS Hermina terjawab sudah. Berikut beberapa gambar yang sempat saya ambil. 

kamar VIP RSUI
Rawat Inap Kelas VIP RSUI

Fasilitas yang ada di Kamar
Toilet dalam Kamar
Sebenarnya mereka masih memiliki satu tingkat kamar di atas VIP, namun unitnya terbatas, dan untuk yang anak tidak ada. Lagipula, kalau dilihat dari gambarnya, hanya besar di ruang tamu saja. Detail jenis kamar rawat inap di RSUI bisa lihat di sini ya.

Kamarnya sendiri cukup luas, tempat tidur dan furniturnya pun masih baru. Setiap kamar dilengkapi dengan dispenser besar dan lemari es 1 pintu berukuran sedang (lebih besar daripada kulkas kamar RS lain pada umumnya). TV disediakan untuk hiburan, namun isinya masih channel lokal semua, beberapa receptionnya kurang bagus. (kebetulan saya tidak ada TV di rumah, dan baru sadar segitu membosankannya TV lokal, pantesan netizen ngamuk kalau netflix diblock Telkom :p).

Untuk penunggu disediakan sofa 2 seater kecil, meja makan dan 2 kursi. Nah ini salah satu kurangnya ya kalau dibandingkan dengan kamar Deluxenya Hermina. Sofanya terlalu kecil, jadi yang tidur di sofa harus nekuk banget kakinya, kurang nyaman. Akhirnya pada malam ketiga, kami minta orang rumah untuk mengirimkan kasur lipat.

Kamar mandinya pas, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil dan dilengkapi dengan shower dan toilet duduk. Namun mungkin karena tekanan/headloss perpipaannya kurang (naon sih, ini ceritanya analisis lulusan teknik lingkungan yang udah rada lupa ilmunya), jadi kadang air menggenang, padahal tidak ada sampah atau rambut di gutternya.

Oh iya, walaupun ini di lantai 6, namun masih banyak nyamuk. Mungkin pihak RS bisa lebih meningkatkan pest controlnya. Dulu almarhum ayah saya sering berolahraga dan lari di depan jalan yang cikal bakalnya menjadi RSUI. Di daerah ini memang nyamuknya banyak dan luar biasa, kalau kita diam saja bisa diserbu dan pulang dengan banyak bentol.

Ruangan kamar dibersihkan oleh cleaning service 2-3x sehari (agak lupa, tapi seinget saya sering deh).

Makanan

Dari cerita teman sih, biasanya diberikan pilihan menu untuk makanan, namun saat Caca dirawat, kami tidak diberikan pilihan, biasanya sih karena mendapat diet khusus. Sarapan pagi biasanya paling simpel, biasanya bubur dan topping. Makan siang dan malam lebih lengkap dengan buah. Caca juga mendapat pediasure untuk selingan 3x sehari sebanyak 150 ml (yang pakai asuransi, biasanya susu formula tidak dicover ya), mungkin karena anaknya langsing banget yaa. Selama 4 malam dan 4 hari menginap, ahli gizi datang sebanyak 2x.

Contoh Sarapan
Contoh Makan Malam
Contoh Makan Siang

Tapi dasar, tante-tantenya Caca yang merupakan nakes, bisa aja nemu kurangnya. Katanya makanannya kok ga diwrap plastik lagi satu-satu biar aman. Hehehhee...

Oh iya, salah satu yang agak susah di RSUI adalah masih kurangnya restoran/kantin di kawasan Rumah Sakit. Ada kantin di area parkir namun saat akhir pekan tutup. Karena kebetulan saat Caca dirawat, kampus sedang libur, kantin fakultas pun banyaknya tutup. Jadi kita harus mengandalkan grabfood/gofood saja dan diambil di lobby.


Fasilitas Penunjang Lainnya

Di RSUI, Mushola sangat mudah sekali ditemukan, karena hampir setiap lantai atau tempat yang ada ruang tunggunya pasti ada mushola. Walaupun besar mushola berbeda-beda. Contohnya di ruang tunggu IGD, mushola hanya muat untuk 3 orang. Namun di ruang tunggu rawat inap lantai 6 misalnya, musholanya lebih besar. Tujuannya supaya orang tidak perlu jauh-jauh dan bisa tetap standby di tempat yang diperlukan.

RSUI
Mushola Rawat Inap Lantai 6
Rumah Sakit Universitas Indonesia
Ruang Tunggu Keluarga/Pengunjung cukup luas dan nyaman.

Pelayanan

Selama dirawat, dokter spesialis anak melakukan kunjungan setiap hari, pada akhir pekan sekalipun. Dokter anak yang menangani Caca adalah dr Annisa, bukan dokter langganan kami, melainkan dokter yang diassign saat perpindahan dari IGD ke Rawat Inap. dr Annisa cukup baik dan sangat informatif. Beliau juga cukup RUM (Rational Use of Medicine) dan tidak berlebihan dalam memberikan obat. Selama dirawat, Caca hanya mendapat cairan infus dan paracetamol jika panas karena penyebab sakitnya jika dilihat dari hasil lab adalah virus. Kami harus menunggu anak bebas demam selama 24 jam sampai diperbolehkan pulang. 

Pada hari keempat, keluar bercak merah pada badan Caca, ternyata dia terkena Roseola. Gejalanya memang panas pada 3 hari pertama, lalu muncul bercak merah pada hari keempat. Ketika bercak merah muncul, ini justru menandakan gejala membaik. Oleh karena itu kami diperbolehkan pulang dan disarankan kontrol 3 hari setelah pulang.

Tidak boleh lupa ditulis, pelayanan Ners/Suster/Nurse/Perawat (sepertinya sekarang mereka lebih suka disebur Ners) di RSUI juga sangat baik. Semua ners sangat ramah, setiap pergantian shift, mereka selalu menyapa dan memperkenalkan diri. Nersnya juga rajin, suka menawarkan untuk memandikan anak (seinget saya di RSH, ya semua-semua orang tuanya sendiri). Secara berkala mereka mengecek suhu tubuh anak saya, dan setiap alarm infus menyala, mereka sigap datang tanpa harus dipencet belnya. Saya juga harus melaporkan dan memberikan pampers anak saya setiap pipis kepada suster, sebagai indikator hidrasi, pencernaan, serta ekskresi anak.

Peralatan kesehatan yang digunakan di RSUI juga masih baru dan modern. Cairan dan obat yang dimasukkan lewat infus semua diatur sesuai dosis dengan alat. Pengalaman 2x rawat inap anak, tidak pernah pakai yang semacam itu, pernah lihatnya saat ayah saya dirawat di ICU. (norak deh sum, mungkin kalau nakes yang liat ni tulisan).

Helpful dan detail sekali menurut saya semua prosedur kesehatan yang ada di RSUI ini. Walaupun kita sebelumnya bukan pasien di RSUI, namun kita akan diwawancarai tentang riwayat kesehatan sebelumnya.


Perkiraan Biaya

Sampai tulisan ini dibuat, RSUI masih belum bisa menerima BPJS karena belum mendapatkan akreditasi Rumah Sakit, oleh sebab itu jumlah pasien yang ada masih sedikit. 

Berapa kira-kira biaya yang dihabiskan untuk rawat inap? Sebenarnya sangat tergantung dengan tindakan medis yang dilakukan. Untuk Caca sendiri, sebenarnya tidak banyak karena hanya cairan infus dan paracetamol. Biaya yang dikeluarkan untuk kamar rupanya hanya setengah dari total tagihan. Jadi jika anda tidak menggunakan asuransi, mungkin estimasikan untuk kamar sekitar 1/3 dari biaya seluruhnya. 


Overall, saya cukup puas dengan pelayanan RSUI, kecuali yaaaaa itu, admin dan farmasinya yang sangat lama (apalagi kalo rawat jalan, hikssss). Harga kamar yang cukup murah menjadi daya tarik Rumah Sakit ini.

Next time, mungkin saya akan review pengalaman rawat jalannya. Kalau tidak malas... Hehehehhee...

4 komentar:

  1. Halo, mau tanya untuk di ruang vip rsui boleh bawa kasur lipat ya? Kalo boleh tau kemarin bawa kasur lipat yang sebesar apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru liat lagi.. Waktu tahun 2020 sebelum pandemi itu rsuinya sepiiiiiiii banget, jd mungkin boleh. Ditambah lagi sofanya kecik sekali tidak bs untuk tidur. Tapi kmrn akhir 2021, anak saya ranap lagi, sofanya sudah yang panjang, jadi bs ditiduri. Alhamdulillah harganya tetap 750ribu/hari

      Hapus
  2. RSUI SUDAH BAIK,betul dibagian admin agak lama wajar karena pasieng kadang banyak,Nah untuk bagian farmasi harus nya sudah tersambung dengan dokter yang memberikan obat yang di entry oleh suster, jadi bisa langsung ambil obat nya, lalu ke kasir, apa boleh buat kalau di kasir harus ambil nomor antrian, tksh

    BalasHapus
  3. Komentar saya yang ke dua BPJS = BADAN PENGELOLA JAMINAN SOSIAL ( YANG DILAKUKAN SEHARUS NYA MENGELOLA DATA PESERTA "BUKAN MENGELOLA DUIT IURAN PESERTA BPJS" CATAT PESERTA BARU,KELUAR,PINDAH KELAS,dll IURAN PESERTA BPJS HARUS LANGSUNG MASUK KE KAS NEGARA UNTUK BEROBAT PESERTA, CUKUP DENGAN MENDEBIT KARTU BPJS YANG SUDAH DIRUBAH SEPERTI KARTU KREDIT ATAU KARTU DEBET . DAN HANYA BISA DI GUNAKAN UNTUK RUMAH SAKIT YANG TELAH BEKERJASAMA DENGAN BPJS, KARTU BPJS TIDAK BISA UNTUK TARIK TUNAI ATAU BELANJA, BISA DIBIKIN SYSTEM NYA MUDAH KOK, JADI TIDAK ADA BEDA BPJS & NON BPJS. CONTOH RATA2 IURAN BPJS 100.000 JUMLAH PESERTA BPJS 100.000.000 TOTAL PERBULAN 10 TRILIUN, KALAU TOCH KURANG NEGARA WAJIB MEMBERIKAN SUSIDI, SYUKUR KALAU SURPLUS, JADI NGGAK ADA LAGI ITU ISTILAH DEFISIT, PASSL 33 UUD 45 MENJAMIN ITU SEMUA TKSH

    BalasHapus