Kamis, 02 Mei 2019

Harta yang Paling Berharga, #AyoHijrah bersama Bank Muamalat Indonesia


Seminggu sudah semenjak Ayah saya (saya memanggilnya Abi) dilarikan ke IGD RSUD Saiful Anwar Malang. Abi sesak, tidak dapat bernapas... Rupanya gangguan asam lambung (sering dikenal juga sebagai GERD) yang dideritanya hampir 3 minggu belakangan ini telah mengganggu fungsi organ lainnya. Saat dilarikan ke Rumah Sakit pada tanggal 24 April 2019 yang lalu, kebetulan memang Abi sedang ada kerjaan di Malang, memberikan pelatihan tentang ISO (International Standard Organization bukan ISO yang di kamera).

Dari IGD, Abi masuk ke HCU, namun karena keadaannya yang tidak membaik serta dibutuhkan monitoring yang lebih ketat, keesokan harinya beliau masuk ICU. Keadaannya memburuk dan mengkhawatirkan. Saya beserta anak-anak dan adik-adik bergegas menuju Malang untuk menyusul Ibu saya (saya memanggilnya Ummi) yang memang dari awal perjalanan menemani Abi ke Malang.

Pertama kali bertemu, keadaan Abi sedang kritis. Napasnya sudah dibantu ventilator 100%, beliau dibius agar bisa istirahat dan obat dapat bekerja lebih baik. Lampu di bagian atas monitor yang menampilkan detak jantung berkelap kelip warna merah. Dokter pun berkata dan mengingatkan "kami ikhtiar, anda terus berdoa ya". 

Anak-anaknya berkumpul, ngariung, sambil cerita hari-hari terakhir Abi sebelum berangkat ke Malang. Tak jarang kami mengingat-ngingat cerita lama. Membuka foto-foto yang selama ini dibagikan di grup whatsapp keluarga. Setiap diingat, semakin deraslah air mata mengucur. Tidak berhenti doa kami haturkan. Berharap yang terbaik untuk Abi.


Berkali-kali, Ummi mengingatkan bahwa ada 3 hal yang tidak putus amalannya walaupun sudah meninggal yaitu: amal jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh (HR. Muslim 1631). Bukan bermaksud mendahului perhitunganNya, tetapi Abi memang sepanjang hidupnya mengabdikan diri pada dunia pendidikan, mulai dari awal masih menjadi mahasiswa melalui bimbel kecil-kecilan untuk membiayai kuliah, mengabdi menjadi dosen selama berpuluh-puluh tahun di sebuah PTN, sampai akhirnya berkeliling Indonesia untuk mengajarkan tentang standar internasional. Sekarang pertanyaannya, apakah anak-anaknya yang ada SEMBILAN ini termasuk orang-orang yang sholeh dan sholehah?
3 perkara hr muslim

Saya lihat lagi foto-foto saat pergi bersama Ummi dan Abi tahun 2016 lalu, napak tilas ke Strasbourg. Ahhh rasanya ingin berkata ke Abi, "ayo bi, kita jalan-jalan lagi ke tempat lain". Tapi jika memang yang terbaik untuk Abi adalah berpulang kepada Nya, maka tentu saja saya berharap beliau dalam keadaan husnul khotimah dan pastinya tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang keindahannya mendekati apa yang ada di surga. Mungkin sekarang Abi tidak perlu lagi dijanjikan jalann-jalan ke tempat yang indah, atau makan makanan di restoran ternama atau hal duniawi lain yang ingin diberikan seorang anak untuk orang tuanya.

agus nurhadi strasbourg
Strasbourg, May 2016

Sungguh kematian adalah sebaik-baiknya pengingat bagi manusia. Seketika jua segala yang ada di dunia ini terasa semu karena kita akan kembali ke hadapanNya dengan membawa amalan kita, bukan mobil atau rumah kita. Pada akhirnya kita semua akan sama, dikubur dalam tanah, yang membedakan ketaqwaannya.

Jika punya anak membuat saya sadar akan arti penting orang tua. Maka saat ini adalah saat dimana saya sadar bahwa harta yang paling berharga adalah anak yang sholeh dan sholehah.

sumayyah tsabitah
Waktu ku kecil, hidupku amatlah senang

Mungkin ini adalah momen saya untuk berhijrah. Wake Up Call. Saya ingin jadi lebih baik. Saya ingin menjadi anak yang sholehah, saya ingin menjadi ibu yang sholehah dan menjadi contoh yang baik untuk keturunan saya sebagaimana Abi telah mencontohkan. Supaya kita semua berkumpul di surgaNya, Aamiin. Sepertinya selama ini saya sudah terlalu sibuk dengan urusan duniawi bergulat dengan angka dan target, sehingga lupa bahwa perlu juga menyiapkan bekal untuk kehidupan yang lebih kekal selanjutnya. Tidak ada alasan untuk menunda berhijrah (menjadi lebih baik), terlepas apapun kehendak Allah atas Abi (akankah membaik atau berpulang).

Sedari kecil saya sudah dibiasakan menggunakan jilbab dan menutup aurat. Menginjak usia baligh, hal tersebut menjadi wajib. Ya semua memang sudah terkondisikan karena lingkungan. Hal tersebut seakan membuat saya sudah merasa cukup. Tapi bukan hijrah namanya jika kita tidak berusaha lebih baik lagi.

Saya akan mencoba menghidupkan kembali beberapa kebiasaan baik yang dulu saya lakukan saat masih SMA dulu seperti:

  • Al-Ma'tsurat Pagi dan Sore - Doa dan Dzikir yang disusun oleh Hasan Al-Banna ini memang sangatlah lengkap, mulai dari memohon perlindungan dan ampunan, sampai kesehatan dan seluruh aspek kehidupan lainnya. 
  • Murajaah Harian - walau hapalan saya tidak banyak (1.5 juz) tapi selepas lulus SMA saya praktis tidak pernah menambah hapalan lagi. Boro-boro nambah, lupa iya. Astaghfirullah. Pelan-pelan mesti mengulang-ngulang lagi nih.
Source: Pixabay

Dan salah satu yang cukup sulit padahal basic adalah, sholat di awal waktu. Malu, tapi harus saya akui bahwa masih sering saya sholat di akhir waktu dan mengkambinghitamkan kesibukan mengurus anak. 

Satu hal yang saya pelajari dari orang tua saya adalah bagaimana sepanjang hidupnya mereka terbebas dari riba. Mereka tidak pernah mengambil KPR bertahun-tahun lamanya walaupun baru bisa memiliki rumah di umur pernikahan 10 tahun. Dan memang benar, hitungan matematika manusia berbeda dengan yang di atas asalkan kita tetap berusaha, yakin, dan tetap di jalanNya. Dengan penuh kerja keras kehidupan ekonomi keluarga kami terus membaik dan berkecukupan. 

Walaupun namanya juga keluarga baru yang panik ingin punya aset, saya dan suami mengambil KPR konvensional yang sungguh tidak menguntungkan peminjam dengan bunga tetap hanya 2 tahun pertama yang akhirnya kami sesali kemudian. Masih untung, KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) yang kami ambil hanya berdurasi 6 tahun. Terkena lah kami jerat yang ngeRIBAnget ini.


Masya Allah, kita sebagai muslim sangat beruntung karena Islam adalah satu-satunya agama yang tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, namun juga bagaimana menjalani hidup (way of life). Dan salah satu aspek keberkahan hidup adalah bebas riba. Solusinya? Ada Bank Muamalat Indonesia yang siap membantu.

Kenapa pilih Bank Muamalat Indonesia dibandingkan Bank Syariah lainnya?
  • Pertama murni syariah. Pertama kali didirikan pada tahun 1992.
  • Bank Muamalat tidak menginduk pada bank lain, jadi Insya Allah kemurnian syariahnya terjaga.
  • Bank Muamalat dikawal dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
  • Fasilitas penunjang Bank Muamalat cukup lengkap seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri sehingga memudahkan nasabah dalam bertransaksi perbankan. 

Produk Perbankan Bank Muamalat

Kabar baiknya adalah sekarang Bank Muamalat Indonesia, akan menambah produk perbankannya yaitu Pembiayaan Rumah iB Hijrah Angsuran Super Ringan dan Fix. Saat ini sedang dalam proses pengajuan ke OJK, yuk doain segera cepat launching. Sebuah solusi supaya terhidar dari riba KPR konvensional seperti aku :(

Kebetulan orang tua saya adalah nasabah Bank Muamalat sedari lama, sharE nama kartu debitnya. Kata Ummi, setiap selesai transaksi di ATM, selalu ada pertanyaan tambahan apakah kita mau berinfaq. Oke banget kan diingetin terus untuk nabung dunia-akhirat.


#AyoHijrah. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Yakin masih ada umur? 





0 comments:

Posting Komentar