Kamis, 10 Mei 2018

Beda Anak, Beda Asuh


Post kali ini merupakan balasan untuk post trigger di web KEB tentang pola pengasuhan anak oleh Mak Nia Haryanto.

Duh, topik yang cukup sulit sebenarnya. Ya gimana, si adik baru brojol sebulan yang lalu. Jadi perubahan pengasuhan secara psikis mungkin masih belum bisa dibandingkan. Walaupun Ammar dan Salsa ini kata orang mirip banget, tapi saya menemukan banyak perbedaan dalam mengurus mereka. Dari mulai hamil sampai bulan awal kehidupan mereka masing-masing pun berbeda walaupun keluar dari rahim yang sama. 

Hamil Ammar, masih euforia, tiap kontrol hampir selalu ditemani suami atau anggota keluarga yang lain. Hamil Salsa, cuma pernah sekali ditemani suami, dan sekali ditemani ibu saya.

Bulan-bulan awal Ammar saya masih banyak belajar dan penyesuaian. Bulan-bulan awal Salsa, saya lebih sibuk dengan penyesuaian Ammar terhadap adiknya 😂

Membanding-bandingkan anak? Jangan ditanya, mulai dari cara menyusu, jam tidur, sampai kentut nya si anak 1 dan anak yang lain aja dibandingkan. “..eh kok si Salsa gini ya, perasaan pas Ammar gini”. Lalu bagaimana dengan pengasuhannya?

Mana Ammar, mana Salsa?

 Walaupun saat ini belum banyak interaksi sosial dengan Salsa yang masih 1.5 bulan, mungkin ada beberapa catatan kesalahan yang saya buat saat dengan Ammar agar kelak tidak diulangi dalam mengasuh Salsa. *lah Ammar jadi kelinci percobaan dongg

No Gadget kecuali Video Call

Selama ini saya sering tidak mengindahkan anjuran tentang pembatasan screen time pada anak. Masih mendewakan “yang penting ibu waras”. Awal-awalnya seperti tidak ada masalah, perkembangan Ammar masih normal. Saya paling sering memanfaatkan youtube agar Ammar mau makan. Lama kelamaan, Ammar mulai curang, youtube iya, makan engga. Kalau dilarang, whoaaaa tantrumnya parah. Lama kelamaan saya mulai menyadari bahwa beberapa kata Ammar ada yang menghilang dan tertinggal dibandingkan dengan anak yang lainnya. Walaupun belum red line tapi Ammar ada kecenderungan speech delay. 

Mulailah saya membatasi penggunaan gadget sampai pada tahap strict no gadget. Awalnya berat, tapi lama-lama ternyata bisa dialihkan dengan membaca buku. Tantrum pun juga berkurang. Kalau dulu lihat handphone maunya nonton dan marah jika ayahnya video call sekarang Ammar sudah mau video call dengan ayahnya. Dari screen time 3 jam sehari ternyata bisa loh sampai hampir tidak ada screen time. Apalagi kalau dari kecil sudah dibiasakan tidak ada screen time mungkin akan lebih baik lagi. Sekarang Ammar sudah mulai banyak ngoceh lagi dan banyak kosa kata baru. Untung saja masih bisa ditangani di rumah, karena kalau sudah parah dan harus di terapi tumbuh kembang bukan saja melelahkan bagi ibu dan anak, tapi biayanya juga mahal loh.

Jangan marah-marah di depan Anak

Percaya ga sih kalau anak itu karmanya orang tua? Saya percaya. I have quite a temper. Beberapa kali saya adu argumen atau marah-marah dengan suami di depan anak. Anaknya sih diam saja tapi ternyata anak saya juga jadinya terkadang suka galak sama orang lain bahkan saya sendiri dengan cara yang hampir mirip. Walaupun usianya baru setahunan tetapi sungguh anak adalah peniru yang ulung. Wah mesti hati-hati nih. 

Memberi larangan dalam kalimat positif daripada kalimat negatif.

Ini juga termasuk salah metode parenting yang berbeda antara saya dan suami. Saya suka melarang, suami tidak pernah melarang. Contohnya, ketika Ammar mencoret-coret sprei, saya akan setengah panik “Ammarrrrr… jangan, itu sprei kesayangan bunda yang paling mahal” (duh maafkan, saya anaknya pecinta sprei si penunjang tidur nyaman). Sedangkan reaksi suami saya “ngga apa-apa”. Tapi anak bukannya tidak boleh tidak dilarang juga kann… Jadi saya tidak sepenuhnya salah, suami saya juga. Saya mau mulai menerapkan cara melarang anak yang baik, salah satunya saya baca dari theasianparent.
·      Mengganti kata larangan dengan kalimat positif. Mungkin untuk case diatas kata larangan yang baik adalah “Ammar yuk corat coretnya di Buku Gambar aja”
·     Latih rasa tanggung jawab. Setiap kali Ammar menumpahkan air atau bermain dispenser, saya selalu menyuruhnya mengelap, jadi saat diberikan tisu, dia otomatis mengelap tumpahan air yang dibuatnya. Namun lama kelamaan, doi jadi kesenengan bersih-bersih, poin plus kannn…

Semoga ga cuma wacana doang nihhh… Aaminnn. Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang baik dan budiman.

Our Little Family






2 komentar:

  1. Aku masih belum bisa ngelarang anak pake kalimat positif mak, apalagi kalau spontan 😂 tetep aja kata 'jangan' atau 'No' yang keluar..hiks

    BalasHapus
  2. Kalo aku memang aku lebih garang dibanding suami, jadi si anak kadang lebih senang dekat ayahnya dibanding Maknya, haha.

    BalasHapus