Post kali ini merupakan balasan untuk post trigger di web KEB tentang pola pengasuhan anak oleh Mak Nia Haryanto.
Duh, topik yang cukup sulit sebenarnya. Ya gimana, si adik baru
brojol sebulan yang lalu. Jadi perubahan pengasuhan secara psikis mungkin masih
belum bisa dibandingkan. Walaupun Ammar dan Salsa ini kata orang mirip banget,
tapi saya menemukan banyak perbedaan dalam mengurus mereka. Dari mulai hamil
sampai bulan awal kehidupan mereka masing-masing pun berbeda walaupun keluar
dari rahim yang sama.
Hamil Ammar, masih euforia, tiap kontrol hampir selalu ditemani
suami atau anggota keluarga yang lain. Hamil Salsa, cuma pernah sekali ditemani
suami, dan sekali ditemani ibu saya.
Bulan-bulan awal Ammar saya masih banyak belajar dan penyesuaian.
Bulan-bulan awal Salsa, saya lebih sibuk dengan penyesuaian Ammar terhadap
adiknya 😂
Membanding-bandingkan anak? Jangan ditanya, mulai dari cara
menyusu, jam tidur, sampai kentut nya si anak 1 dan anak yang lain aja
dibandingkan. “..eh kok si Salsa gini ya, perasaan pas Ammar gini”. Lalu
bagaimana dengan pengasuhannya?
Mana Ammar, mana Salsa? |
No Gadget kecuali Video Call
Selama ini saya sering tidak mengindahkan anjuran tentang
pembatasan screen time pada anak. Masih mendewakan “yang penting ibu waras”.
Awal-awalnya seperti tidak ada masalah, perkembangan Ammar masih normal. Saya
paling sering memanfaatkan youtube agar Ammar mau makan. Lama kelamaan, Ammar
mulai curang, youtube iya, makan engga. Kalau dilarang, whoaaaa tantrumnya
parah. Lama kelamaan saya mulai menyadari bahwa beberapa kata Ammar ada yang
menghilang dan tertinggal dibandingkan dengan anak yang lainnya. Walaupun belum
red line tapi Ammar ada kecenderungan speech delay.
Mulailah saya membatasi
penggunaan gadget sampai pada tahap strict no gadget. Awalnya berat, tapi
lama-lama ternyata bisa dialihkan dengan membaca buku. Tantrum pun juga
berkurang. Kalau dulu lihat handphone maunya nonton dan marah jika ayahnya
video call sekarang Ammar sudah mau video call dengan ayahnya. Dari screen time
3 jam sehari ternyata bisa loh sampai hampir tidak ada screen time. Apalagi
kalau dari kecil sudah dibiasakan tidak ada screen time mungkin akan lebih baik
lagi. Sekarang Ammar sudah mulai banyak ngoceh lagi dan banyak kosa kata baru.
Untung saja masih bisa ditangani di rumah, karena kalau sudah parah dan harus
di terapi tumbuh kembang bukan saja melelahkan bagi ibu dan anak, tapi biayanya
juga mahal loh.
Jangan marah-marah di depan Anak
Percaya ga sih kalau anak itu karmanya orang tua? Saya percaya. I
have quite a temper. Beberapa kali saya adu argumen atau marah-marah dengan
suami di depan anak. Anaknya sih diam saja tapi ternyata anak saya juga jadinya
terkadang suka galak sama orang lain bahkan saya sendiri dengan cara yang
hampir mirip. Walaupun usianya baru setahunan tetapi sungguh anak adalah peniru
yang ulung. Wah mesti hati-hati nih.
Memberi larangan dalam kalimat positif daripada kalimat negatif.
Ini juga termasuk salah metode parenting yang berbeda antara saya
dan suami. Saya suka melarang, suami tidak pernah melarang. Contohnya, ketika
Ammar mencoret-coret sprei, saya akan setengah panik “Ammarrrrr… jangan, itu
sprei kesayangan bunda yang paling mahal” (duh maafkan, saya anaknya pecinta
sprei si penunjang tidur nyaman). Sedangkan reaksi suami saya “ngga apa-apa”.
Tapi anak bukannya tidak boleh tidak dilarang juga kann… Jadi saya tidak
sepenuhnya salah, suami saya juga. Saya mau mulai menerapkan cara melarang anak
yang baik, salah satunya saya baca dari theasianparent.
· Mengganti kata larangan dengan
kalimat positif. Mungkin untuk case diatas kata larangan yang baik adalah “Ammar
yuk corat coretnya di Buku Gambar aja”
· Latih rasa tanggung jawab. Setiap
kali Ammar menumpahkan air atau bermain dispenser, saya selalu menyuruhnya
mengelap, jadi saat diberikan tisu, dia otomatis mengelap tumpahan air yang
dibuatnya. Namun lama kelamaan, doi jadi kesenengan bersih-bersih, poin plus
kannn…
Semoga ga cuma wacana doang nihhh… Aaminnn. Semoga anak-anak kita
tumbuh menjadi pribadi yang baik dan budiman.
Our Little Family |
Aku masih belum bisa ngelarang anak pake kalimat positif mak, apalagi kalau spontan 😂 tetep aja kata 'jangan' atau 'No' yang keluar..hiks
BalasHapusKalo aku memang aku lebih garang dibanding suami, jadi si anak kadang lebih senang dekat ayahnya dibanding Maknya, haha.
BalasHapus