Kamis, 28 Juni 2018

Colmar Love Story


Mei 2016 yang lalu, saya, Azi plus orang tua saya "ceritanya" double date ke Colmar, sebuah kota kecil di utara yang dekat perbatasan antara Perancis dan Jerman. Colmar sering digadang-gadang merupakan kota kecil tercantik di Perancis bahkan di Eropa. Tiruan Colmar sendiri pun dibuat dan ada di negeri jiran. Tapi bukan, bukan Colmar inti dari cerita ini.

Usai menyusuri La Petite Venise, kami berempat duduk di luar sebuah pasar tradisional. Seorang bapak tua memarkirkan sepedanya di depan pasar dan menghampiri kami. Rupanya beliau tau (dari penampilan kami) bahwa kami orang Indonesia. Bapak tua itu bernama Roger, sudah 80an tahun umurnya. Di masa muda ia bekerja untuk perusahaan minyak dan pertambangan yang mengharuskan beliau beberapa kali berkeliling Indonesia dalam waktu lama. Cukup untuk dia mengetahui keramahan orang Indonesia, cukup untuk dia mengerti bahwa orang muslim tidak untuk ditakuti. 

Colmar, May 2016

Percakapan kami cukup panjang, dan dalam bahasa Indonesia loh, Roger masih mengingat dan mencoba menggunakan bahasa Indonesia sebisanya (begitupun Ayah saya yang mencoba mengingat-ngingat dan menggunakan bahasa Perancis. Beliau menawarkan kami untuk makan siang bersama. Namun kami menolaknya karena harus mengejar kereta untuk kembali ke Strasbourg. Akhirnya kami hanya bertukar alamat dan nomor telepon. Roger tidak punya handphone, jadi dia memberika nomor landline saja. 

Sesampainya di Indonesia, kami tetap berhubungan dengan Roger melalui surat. Classic but sweet, main surat-suratan pakai perangko, dikirim sekarang sampainya sebulan lebih. Terkadang kami lambat membalas surat Roger, sehingga beliau mengirim lagi. 

Di surat, kami mengundangnya untuk berkunjung ke Indonesia. Surat balasannya membuat kami merinding. Beliau mengirimkan foto dia dan istrinya. Roger mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mengunjungi Indonesia karena harus menjaga istrinya yang buta, tidak ada lagi yang menjaganya karena mereka tidak memiliki anak. Masuk akal lah kenapa jaman sekarang Roger tidak punya handphone, karena tidak ada generasi lebih muda yang mengajarinya.

Jujur setelah membaca surat itu, bulu kuduk saya berdiri, terharu dan merinding. Tetap setia sama istrinya yang buta walaupun tidak diberikan keturunan. Langsung teringat sama kelakuan pria-pria lain yang punya anak banyak, diurus dan dilayani istri, tapi malah poligami atau lebih parah lagi, selingkuh. *maaf, ga bisa ga nyinyir, nyinyir is in my blood*

Tahun 2018 ini, Alhamdulillah ada kesempatan lagi untuk berkunjung ke Colmar. Orang tua saya, 4 adik saya, dan anak saya Ammar (yang sebelumnya masih di dalam kandungan) pergi menemui Roger di rumahnya. Kebetulan kali ini saya dan Azi tidak ikut karena saya baru saja melahirkan anak kedua kami akhir Maret 2018 yang lalu.

Sebelumnya beberapa kali kami mencoba menghubungi Roger melalui telepon tapi tidak berhasil tersambung. Baru lah ketika sampai di stasiun kereta Colmar, ibu saya menyadari bahwa nomor telepon yang diberikan kurang kode daerah (seperti 021, 0251, dll kalau di Indonesia). 

Di rumahnya, Roger dan istrinya, Maria, menyambut keluarga saya dengan hangat. "Ini adalah kejutan yang luar biasa" ujarnya. Mereka terharu kami menyempatkan untuk berkunjung lagi. Kebetulan anak saya sedang tidak enak badan dan rewel, ketika Ammar menangis, mereka bilang "Ini pertama kalinya ada tangisan anak kecil di rumah kami"

Colmar, Mei 2018

Selain mengisi waktu sebagai farmer, Roger juga mengurus segala keperluan rumah dan istrinya. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, memandikan, dan lain-lain. Roger pun tak lupa selalu menaruh bunga segar di dalam vas di atas meja makan walau istrinya tidak bisa melihat. Bagi saya sih romeo and juliet kalah sama roger and maria.

Dari mereka, kita bisa belajar bahwa mungkin sekarang lebih baik kita fokus dengan apa yang sudah kita punya dan tidak menyia-nyiakannya, dibanding mempermasalahkan apa yang tidak kita miliki.

Semoga bermanfaat! 🙂

2 komentar:

  1. huaaa.. tetap bersama hingga tua. romantis ya mbakk.. so sweettt...

    BalasHapus
  2. Wah keren ceritanya, dari pertemuan singkat bisa jadi persahatan antar negara gini, plus jadi sahabat pena juga. Semoga persahabatan antar dua keluarga beda negara ini bisa langgeng ya. Sweet story bingits *laff

    BalasHapus