Minggu, 03 Maret 2019

Review: Pixy Dewy Cushion Medium Beige

review pixy dewy cushion


Siapa sih yang ga tau produk yang satu ini? At least kalo beauty enthusiast juga kaya saya pasti pernah dengar produk ini.

Trend cushion dan kepraktisannya memang sangat populer beberapa tahun belakangan ini. Asalnya tidak lain dari Korea Selatan. Brand-brand barat pun juga ikutan memproduksi cushion ini. Dulu saya tidak langsung ikut mencoba trend bb cushion ini karena pilihan shade dari merk korea biasanya terlalu putih di kulit saya yang sawo matang. Akhirnya dulu berbekal tutorial di youtube, saya coba buat sendiri.

BACA JUGA: DIY BB Cushion

Tidak mau ketinggalan, brand lokal pun mulai memproduksi bb cushion juga. Yang paling pertama merilis sih mineral botanica, diikuti dengan mizzu, lalu wardah, pixy dan emina. Sebenarnya sih pixy ini tidak sepenuhnya bisa dikatakan lokal, karena berada di bawah Mandom (perusahaan asal Jepang). Namun harga-harga produk pixy memang bersahabat sehingga sering diidentikan dan dimasukkan ke kategori produk lokal.

Pixy merilis cushionnya dalam rangkaian produk Make It Glow series yang terdiri dari compact powder, primer, serta cushion pada September 2018 yang lalu. Semenjak itu pula saya telah memasukkan cushion Pixy yang bertabur banyak review bagus ini ke dalam keranjang saya di marketplace yang sering saya gunakan. Baru pada Februari 2019 yang lalu, saya akhirnya men-checkout karena harganya lagi promo menjadi 89 ribu saja dan gratis biaya pengiriman. Hehehehe.

Harga Resmi: 125.000 namun sudah banyak yang menjual 15-20% di bawah harga resmi di marketplace. Sedangkan refillnya dibanderol 90.000. Refillnya bisa digunakan di cushion case merk lain jika kebetulan sudah habis.


Pilihan shade: (dari kiri ke kanan) 101 Light Beige, 102 Natural Beige, 301 Medium Beige 

Saya memilih warna tergelap 301 Medium Beige yang warm undertone. Sebagai referensi pembanding, biasanya saya memakai Maybelline Fit Me Matte + Poreless shade 220 Natural Beige.

Keterangan Produk:
BB cream atau liquid foundation yang disimpan dalam sponge khusus. Daya tutup yang tinggi sehingga dapat menutup kekurangan di wajah seperti noda hitam dan bekas jerawat dengan sangat baik. Mengandung Botanical Extract seperti Olive Oil, Jojoba Oil dan Yuzu extract yang membantu menutrisi kulit dari dalam, sehingga membuat wajah nampak sehat bercahaya. Mengandung SPF 23 & PA++.



Claim oleh Produk:
Coverage 4/5
Glowy Finish 5/5

review pixy dewy cushion

Sesungguhnya claim high coverage dan glowy finish ini lah yang membuat saya ragu untuk membeli. Saya takut kalau high coverage, nanti jadinya dempul. Kulit wajah saya sendiri cenderung kering, jadi kata-kata dewy cukup menarik hati namun kalau nampak seperti ladang minyak kayanya ga ok. Tapi setelah menonton K-Drama untuk pertama kalinya setelah 15 tahun, saya jadi tertarik dengan glass skin look :p

BACA JUGA: Review Memories of the Alhambra

Elegant Brown Packaging


Setelah segel dibuka

review pixy dewy cushion
Swatch di tangan. Atas: saat baru di swatch, Bawah: setelah mengering warnanya menyatu

Bagaimana hasilnya di muka? Saya mencobanya setelah menggunakan skincare dan tanpa menggunakan primer terlebih dahulu.

Kiri: Bare Face, Kanan: Sesudah mengaplikasikan pixy dewy cushion

Di percobaan pertama, hyperpigmentasi di jidat tidak tertutup hanya lebih samar sedikit. Sepertinya saya pakai terlalu tipis. Di lain waktu, saya pun mencoba lagi. Sebenarnya sih hampir setiap keluar saya pakai karena cushion memang praktis dan hemat waktu. Tapi ga setiap kali sempat ambil foto sebelum dan sesudah di tempat dan cahaya yang sama. Hehehehe.

review pixy dewy cushion
Kiri-Kanan: Sebelum memakai apa-apa - Setelah applikasi pixy dewy cushion - Setelah selesai make up

Selama ini orang-orang suka bilang sekali tap bisa buat semua, tapi kok saya ngerasa perlu tap lembut beberapa kali ya untuk 1 muka. Atau saya yang nekannya terlalu lembut atau memang harus ditekan biar dapat banyak produk ya? 

Coveragenya memang lumayan, kemerahan di sekitar hidung bisa tertutupi. Namun bekas jerawat sedang mengering yang saya punya di dagu dan pipi sebelah kiri tidak sepenuhnya tertutup. Hyperpigmentasi di jidat juga masih terlihat. Di foto terakhir saya hanya menambahkan cheeklit blushnya emina pada complexion saya, hasil polesan cushionnya tidak menjadi bergeser dan rusak asalkan diberi jeda waktu pengaplikasian (pakai mascara dan eyeliner dulu contohnya). Saya juga tidak mengenakan powder apapun untuk mengeset make up.

Pada foto kedua, saya mengaplikasikan cushion sekitar jam 1 siang. Malam hari sekitar jam 9, sebelum membersihkan make up, saya menemani anak-anak video call dengan tantenya. Kata adik saya "pake skincare apaan kak? putihan". Padahal cuma belum hapus bekas make up tadi. Lumayan setelah 8 jam masih terlihat efeknya berarti ya.

OVERALL: 4/5 I like it!
Repurchase? Make up suka ga abis-abis, dan makin banyak merk-merk lain yang bikin penasaran untuk dicoba... Tapi mungkin kalau engga nemu yang lebih enak dengan harga terjangkau, kenapa ngga...



Minggu, 24 Februari 2019

Review: Hachi Grill, Lebih Enak dari Shabu Hachi?

hachi grill

Beberapa bulan ini, di Instastory saya berseliweran tempat makan baru namanya Hachi Grill. Dari nama dan font yang digunakan, nampaknya Hachi Grill masih bersaudara dengan Shabu Hachi, salah satu restoran favorit saya.


Benar saja, Hachi Grill masih satu grup dengan Shabu Hachi yang mengusung jaminan Halal MUI untuk semua makanan di Restorannya. CMIIW Shabu Hachi masih satu-satunya restoran shabu-shabu besar yang halal MUI.

Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu hobi dengan shabu-shabu, saya lebih suka grill/yakiniku nya, jadi tentu saja Hachi Grill cukup menggelitik rasa penasaran saya. Sebelum pulang ke Cirebon, kami sekeluarga menyempatkan untuk mencoba restoran ini terlebih dahulu.

hachi grill jakarta


Hachi Grill memiliki beberapa cabang di Jakarta dan BSD. Yang saya kunjungi adalah yang terletak di kawasan Gatot Subroto, tepatnya di Sythesis Tower. Gedung ini dapat dikenali dengan mudah karena dia diselubungi oleh tanaman rambat di depannya.

Tempat Hachi Grill Gatot Subroto ini terbatas dan tidak seluas Shabu Hachi Bogor. Di bagian depan restauran ada tempat tunggu dengan banyak tempat duduk. Ruangan bermain anak dan menyusui tidak ada, sedangkan toilet dan mushola tidak tersedia secara khusus kecuali yang telah disediakan oleh Synthesis Tower sehingga ada di bagian luar restoran.

Berbeda dengan di Shabu Hachi dimana default harga yang tertera adalah untuk shabu-shabu (dan menambah jika ingin membuka panggangan untuk yakiniku), di Hachi Grill kita bisa menentukan mau shabu-shabu saja, yakiniku saja, atau keduanya. Harga weekday dan weekend berbeda, dan tentu saja lebih murah harga weekday. Harga yakiniku only mulai dari 178ribu, shabu-shabu only mulai dari 158ribu, sedangkan keduanya yang ingin keduanya mulai dari 198ribu.  Tersedia harga khusus untuk grup (10 orang ke atas), anak-anak (4 tahun ke atas) dan senior citizen.

harga hachi grill

Saya dan suami memilih paket yang "Yakiniku Only" lalu diupgrade pula ke prime. Tentu saja yang suami saya yang pilih untuk upgrade, dan diiringi dengan tatapan tajam istrinya.

Pada menu yakiniku only jika ingin diupgrade dari reguler ke prime, per orang menambah 100 ribu, sedangkan pada menu shabu-shabu hanya 50 ribu. Kenapa berbeda? Daging yang digunakan di shabu-shabu hanya 1 jenis, yaitu daging slice tipis, sedangkan pada yakiniku, berbeda-beda. Untuk yakiniku prime ada 5 pilihan bagian daging, sedangkan pada paket supreme ada 12 pilihan jenis daging.

Oh iya, untuk kuah shabu-shabu di hachi grill pilihannya hanya ada 4 yaitu Collagen Soup, Tori Dashi, Shoyu Dashi, dan Tom Yum. Kalau tidak salah di Shabu Hachi ada 6.

menu yakiniku hachi grill

Prime Package terdiri dari 5 jenis daging yaitu Hone Tsuki Karubi (iga), Baraniku (short blade/perut bawah), Umami Hireshita (sirloin), Hon Misuji (top blade/punggung) serta Gyu Tan Thin (lidah). Sedangkan pada Supreme Package terdapat 6 jenis tambahan lainnya seperti Karubi Wagyu, Saikoro Wagyu, Umami Rib Shin, Umami Hire, Gyu Tan Thick, dan US Scallop.

hachi grill
Om Nom Nom

Di Hachi Grill, kita juga bisa memilih jenis grill plate yang digunakan. Pilihannya antara Iron Plate Grill (di Shabu Hachi hanya ada yang ini) serta Super Net Grill (seperti yang ada di gambar atas.

prasmanan di hachi grill

Jika di shabu hachi, prasmanannya hanya ada untuk isian shabu-shabu, lain halnya dengan hachi grill. Disini ada 2 prasmanan besar. Yang pertama isinya segala jenis daging reguler untuk yakiniku. Semua bagian daging yang ada di paket prime juga ada disini. Sepertinya beda lokal atau impor saja. Kebetulan kemarin saya mencoba bagian sirloin reguler dan prime silih berganti. Heuuu.. Saya menyesal sudah upgrade ke prime! Karena saya jadi tahu bahwa daging yang prime tuh memang jauh lebih enak. Hiksss... Nanti kalau standar lidahnya naik, kan gawat di kantong 😣😋

prasmanan di hachi grill

Yang kedua tentu saja prasmanan untuk isian shabu-shabu, mulai dari sayur-sayuran, udang sampai dengan bakso. Untuk daging shabu-shabunya setiap refill harus request ke pramusaji. Sama seperti yakiniku, plate yang bawahnya hitam reguler, putih prime, merah supreme. *Ngeh, soalnya bule di sebrang meja saya platenya warna merah :p*

hachi grill synthesis
Berbagai jenis saus untuk Shabu-Shabu dan Yakiniku

menu hachi grill

Menu lain hampir sama dengan shabu hachi, mengingat kita lagi di Indonesia dimana masih banyak yang menganut "ga makan nasi berarti belum makan", disini tersedia mulai dari nasi putih sampai kabocha (labu parang) yang bisa dikonsumsi bayi MPASI. Hehehehe...

menu hachi grill jakarta

Tidak lupa aneka jenis minuman dingin dan hangat (ocha, infused water, thai tea sampai berbagai jenis minuman nestle) serta pudding, buah-buahan segar hingga rujak. 

hachi grill synthesis

Di bagian makanan pencuci mulut, ada es krim dengan 4-5 rasa berbeda (sayang waktu saya kesana tidak ada rasa cokelat, itu kan rasa wajib). Tapi di sampingnya malah ada mesin frozen yoghurt dengan banyak pilihan topping.. Heuuuu, saya langsung lemah. Auto cheating nih, resmi ga low carb lagi abis dari sini. 

hachi grill
My favorite counter: FROYO!

menu hachi grill
Frozen Yoghurt, cobain topping bubble enak banget, meletus-letus gitu

Walaupun lebih baru, dari segi makanan, hachi grill merupakan "upgrade" dari shabu hachi. Makanan yang tersedia lebih banyak macamnya. 

Saat kami kesana, restoran saat itu tidak terlalu penuh di hari kerja. Mungkin karena itu, pramusajinya bahkan bisa sempat memanggangkan daging-daging yang kita pilih jadi kita tinggal makan saja. Selain itu semuanya ramah-ramah walaupun ada 2 anak kecil spesial yang ikut dengan saya dan hobinya jatuhin makanan. 

Ya Allah, semoga mereka tidak masuk blacklist restoran-restoran di Indonesia

OVERALL, saya dan suami suka Hachi Grill! Memang sedap. Tapi ya ga bisa sering-sering makan di sini karena lumayan yaa harganya (bagi kami) dan selama 2 bocil di atas masih free hahahaha. Tapi untuk family experience, masih belum ada restoran yang mengalahkan Shabu Hachi Bogor.

Minggu, 17 Februari 2019

Review Buku: Buku Anak oleh Maurice Pledger

review buku maurice pledger

Semenjak punya anak, saya punya hobi baru yaitu beli buku anak-anak. Apalagi sekarang makin sering pameran buku impor (read: Big Bad Wolf dan semacamnya) di Indonesia, buku anak impor menjadi lebih murah dan terjangkau. Bukan berarti buku lokal tidak bagus ya.


Kali ini saya akan mengulas 3 judul buku anak yang ditulis oleh Maurice Pledger. Bagi ibu-ibu yang sering ikutan grup jastip (jasa titip) bbw pasti familiar dengan buku-buku seperti Sounds of the Wild (SOTW) dan Seashore yang sering jadi rebutan. SOTW dan Seashore ini cenderung seperti ensiklopedia, saya punya 1 buku sejenis ensiklopedia oleh Maurice Pledger juga judulnya Explore Bugs. 


bugs maurice pledger

Ketiga buku ini bentuknya boardbook dengan jumlah 16 halaman jadi cenderung aman dari robekan, kecuali di halaman terakhir ada halaman tambahan yang menggunakan art paper tebal serta bagian lift the flap. Di setiap cover terdapat touch and feel sedangkan pada bagian dalam terdapat lift the flap setiap 2-4 halaman.

1. Ping-Ping Panda's Bamboo Journey


ping ping panda's bamboo journey

Isi ceritanya adalah tentang Ping-Ping si bayi panda yang kelaparan dan mencari bambu untuk di makan. Ping-ping ditemani oleh teman-temannya yang ia temui di jalan dalam mencari pohon bambu. Dari buku ini saya belajar bahwa red panda itu tidak sama dengan racoon dan mengenal hummingbird dan kingfisher. Iyah, saya ikutan belajar sama anak saya. Dulu perbendaharaan burung, cuma tau elang, kakaktua, gagak, gereja, merpati, sekarang makin banyak.

ping ping panda's bamboo journey

 2. Daisy Duckling's Adventure


daisy duckling's adventure

Buku ini menceritakan tentang anak bebek yang baru saja menetas dan mencari saudara-saudaranya. Dia bertemu dengan binatang-binatang lain yang juga baru menetas dari telur. Dari buku ini saya baru tau kalo cygnet artinya anak angsa!

daisy duckling's adventure

 3. Billy Bunny and the Butterflies


billy bunny maurice pledger

Yang terakhir berisi tentang Billy si Kelinci yang penasaran seperti apa rupa kupu-kupu. Saya belajar berbagai macam hewan pengerat dan jenis bunga.


Sebenarnya ketiga buku ini pola ceritanya sama, mencari sesuatu dan bertemu dengan binatang yang lain. Hanya apa yang dicari dan binatangnya saja yang berbeda. Binatang yang ada di buku Ping-Ping Panda contohnya ada red panda, hummingbird, kingfisher, mole, dan lain-lain yang jujur kadang saya bingung bahasa Indonesianya apa yaaa... Jadi saya ikut belajar dan mencari tau agar bisa menerangkan binatang tersebut ke anak.

Selain ketiga buku ini, ada seri serupa oleh Maurice Pledger judulnya Bobby Bear and the Honeybees serta Dottie Dolphin Plays Hide and Seek. Saat post ini ditulis, bukunya baru saja saya pesan ke teman di Malaysia, hehehe. Saya sendiri memang suka mengkoleksi buku anak, jadi walaupun setipe tetap saya beli.

Setelah sering membaca buku anak, ada satu yang saya sadari pada buku anak luar negeri. Yaitu biasanya huruf depan nama tokoh binatang akan sama dengan binatang itu, contohnya: Ping Ping Panda, Daisy Duckling, Billy Bunny. Mungkin kalau saya bikin cerita binatang nanti namanya Bambang Badak, Jojon Jerapah, dan Gigin Gajah kali ya, hehehehe

Rekomendasi umur di belakang buku ini sendiri sebenarnya 3 tahun ke atas, tapi anak saya Caca (10 bulan) dan Ammar (2.5 tahun) sangat suka dibacakan buku ini. Jadi menurut saya sepertinya dari 1 tahun pun tidak apa asal dengan pendampingan.

Jadi tertarik untuk menambahkan karya Maurice Pledger ke wishlist BBW kamu? 


Minggu, 03 Februari 2019

Teracuni Nonton Drama Korea! Review Memories of the Alhambra

Saya adalah salah satu dari sedikit orang yang tidak terkena wabah korea sama sekali. Baik filmnya, lagunya, ataupun dramanya. Bukan anti, tapi memang tidak tertarik. 

Filmnya beberapa kali pernah nonton tapi karena memang ceritanya bagus dan banyak yang merekomendasikan. Musiknya? Mmm saya ga ngerti bahasanya, aneh kalau dengan musik tapi ga tau artinya. Kdramanya? Cuma pernah nonton Full house waktu SMA 15 tahun yang lalu (ya Allah, tuwir banget aku) itupun karena semua orang nonton.

Saya termasuk malas jika harus streaming ilegal dan lebih suka memakai Netflix. Beberapa bulan terakhir ini di Netflix makin banyak konten lokal dari berbagai macam negara selain Amerika. Contohnya The Night Come For Us nya Iko Uwais untuk konten dari Indonesia. Begitupun dengan konten dari Korea, buanyakkk banget yang masuk. Dan atas rekomendasi kuat teman, dia menyarankan Memories of the Alhambra yang kebetulan jadi Netflix Originals.

BACA JUGAWAJIB TONTON DI NETFLIX UNTUK (YANG BERJIWA) EMAK-EMAK

Baiklah, saya coba menonton episode pertamanya. Cukup perjuangan dan memang tidak habis dalam sekali duduk (namanya juga mamak lyfe, banyak gangguan). Saya terbiasa menonton sitcom dengan durasi 20-40 menit. Drama korea panjangnya 1 jam lebih. Alamakkk perjuangan buat saya, namun saat sampai di akhir episode pertama... this series got me hooked. 


review indonesia memories of the alhambra

Genre: Fantasi, Misteri, Romantis
Sutradara: Ahn Gil-Ho
Penulis: Song Jae-Jung
Jumlah Episode: 16 (60 menit/episode)
Periode Tayang: 1 Desember 2018 - 20 Januari 2019 (1 minggu 2 episode)

Plot: *NO SPOILER* Cerita ini bermula saat seorang remaja lelaki bernama Jung Se-Joo mencoba untuk menjual game yang dia buat kepada seorang Investor terkemuka. Sang investor yang bernama Yoo Jin Woo, yang diperankan oleh Hyun Bin, datang ke kota Granada yang terletak di bagian Selatan Spanyol. Alih-alih bertemu dengan Jung Se-Joo, Yoo Jin-Woo mencoba game tersebut dan bertemu dengan rival beratnya Cha Hyung-Seok yang juga tertarik untuk membeli game tersebut. Petualangan Yoo Jin-Woo di Granada tak lepas dari Jung He-Joo, pemilik Bonita Hostel tempat Jin-Woo menginap yang ternyata adalah kakak kandung Se-Joo. Konflik mulai bermunculan saat ternyata ada error/glitch dalam game tersebut, belum lagi Jung Se-Joo yang menghilang.

Pendapat dari mata orang awam:

Ide ceritanya menarik dan untuk saya yang skeptis sama drama korea, Memories of Alhambra menawarkan ide cerita yang cukup berbeda. Walaupun teteppp ya kok kayanya drama korea selalu melibatkan salah satu kaya bingit melintir yang satu orang susah

Di tengah-tengah episode biasanya banyak flashback, terkadang lebih dari sekali namun ditambah hal yang tidak diperlihatkan sebelumnya. Terkadang saya suka fast forward biar cepat, namun di akhir episode pasti ada aja yang bikin penasaran ingin nonton episode selanjutnya. Syukurnya saya baru mulai nonton MoA ketika mendekati tamat, jadinya tidak perlu menunggu lama sampai semua episode dirilis. 

Oh iya, saya termasuk yang agak sulit mengingat nama korea yang pendek-pendek, jadi perlu lebih dari 5 episode sampai akhirnya saya hapal siapa yang dimaksud dengan nama tersebut 😛

Unsur romansa di drama ini tentu saja ada, tapi tidak mendominasi dan super cheesy. Bagi aku yang suka nyinyir dan ga bisa liat yang romantis berlebihan, ini cukup pas. Bahkan dari 16 episode, ciumannya cuma 2x di episode 11 dan 14. Kok tau cum? Iyaaa, soalnya kebetulan banget pas nonton episode yang ini, nontonnya bareng anak saya yang sulung dan doi jadi cengar cengir ga mau nutup mata. Hadeuhh.. Untungnya bukan yang heboh kaya di serial TV barat, cuma kecup manis aja gitu...

Sejujurnya, kalau saya punya uang banyak, saya juga tertarik untuk membeli game AR (Augmented Reality) yang dibuat Se-Joo ini. Konsepnya menarik seperti Pokemon Go, jadi kita harus benar-benar bergerak untuk memainkannya dan sangat mungkin untuk dikomersialkan dengan menggandeng banyak penyedia jasa lain seperti restoran dan tempat-tempat lainnya. Bukannya tidak mungkin di masa depan bakal beneran ada game semacam ini.

Dan karena saya ga tau artis korea, saya ga tau kalo pemeran utamanya itu aktor papan atas korea. Malah pas awal-awal nonton mikirnya "ganteng apanya deh, perasaan gantengan artis indonesia". Ofkors setelah itu kena protes teman-teman pecinta drakor. Katanya Hyun Bin itu termasuk aktor korea yang ganteng bukan cantik kaya yang lain. Hmmm, bener juga sih, masih "laki". 

Karena mau nulis review ini, saya jadi baru tau kalo Memories of the Alhambra (MoA) adalah come back debut nya Hyun Bin ke TV setelah lebih dari 4 tahun. Dan Park Shin-Hye, pemeran wanita utamanya, juga salah satu aktris papan atas Korea. Lalu pemeran Jung Se-Joo, ternyata adalah anggota grup band, EXO (Tau dan sering dengar namanya karena adik-adik saya suka K-Pop, but again ngga tau lagunya yang mana, hihihi). Tapi pastinya jajaran pemain MoA ini mempunyai daya tarik tersendiri untuk pecinta K-Drama dan K-Pop.

pemain memories of the alhambra
Dari Ki-Ka: Hyun Bin (Yoo Jin-Woo), Park Shin-Ye (Jung He-Joo), Chanyeol EXO (Jung Se-Joo)

Sebagian besar syuting serial ini dilakukan di Granada makin membuat saya ingin berkunjung ke sana. Granada adalah salah satu kota di Spanyol yang cukup kental jejak peninggalan Islamnya selain Seville dan Cordoba. Kawasan Andalusia ini memang salah satu bucket list saya. Ditambah, negara Spanyol mempunyai living cost yang cenderung lebih rendah daripada kawasan Eropa lain khususnya Eropa Barat. Waktu saya berkunjung ke Barcelona musim panas 2016 yang lalu, saya sangat terkesan bahwa dengan 10 Euro saya bisa belanja bahan makanan lebih banyak dan berkualitas daripada di Indonesia. *Lohhh, jadi melenceng pembicaraannya.*

BACA JUGA: Barcelona, Camp Nou Experience

Alhambra Palace di Granada, source: getyourguide.com 

Demikian review dari saya yang awam korea dan baru saja teracuni. Sangat tidak menutup kemungkinan ke depannya akan teracuni yang lain, walaupun sampai saat ini belum terkena dan mencoba drama korea lainnya. Hehehehe...

Selasa, 29 Januari 2019

Review: Lipstik Arab 4ribuan


Ceritanya kemarin sunblock saya habis dan saya carilah di marketplace oren. Dan seperti orang lain yang pakai marketplace ini, pastinya mau manfaatin free ongkirnya. Kebetulan toko tempat saya beli sunblock, minimal pembelanjaan untuk free ongkir adalah 50.000 rupiah. Sunblok saya 47.500, kurang 2.500 lagi.

Jadilah saya browse isi toko itu dan diurutkan dari yang paling murah. Jreng-jreng, muncul lah si lipstik arab ini yang dibanderol harga 4.000 rupiah saja.

Sebenarnya lipstik ini sudah tidak asing, banyak dijual di toko oleh-oleh haji. Namun saya belum pernah mencoba. Ah ga ada salahnya nyoba, keluar 4.000 tambahan dibanding jadi bayar ongkir 11.000 hihihi #logikaibuibu

Packaging
Ga usah expect banyak kalau harganya cuma 4.000 ya buibu, lipstik ini ga ada bungkus, seal, atau kotak gitu. Tube lipstiknya terbuat dari plastik, di dalamnya plastik reflektif bewarna emas.

Penampakan Lipstik 4 ribu


Review lipstik arab
Keterangan Produk 
Oh ternyata namanya Lipstick Hare. Dan yang saya beli ternyata Shade 33 (yang jual sih ga kasih pilihan kalo ada shade lain). Walaupun sering disebut lipstik arab tapi buatannya Taiwan. Dan ternyata lipstik ini ada nomor BPOMnya loh. Mari kita cek, apakah nomornya beneran atau ngga.

Review lipstik arab
Hasil Pencarian di Situs BPOM
Wiii cocok dan sama nomor dan deskripsi produknya. Insya Allah aman untuk digunakan berarti ya.

Lalu gimana hasilnya di bibir?
Lipstik arab

Maafkan, ini swatch pagi-pagi masih bare face. Warnanya manis dan natural namun tidak mengcover warna asli bibir. Just nice. Lipstik juga tidak lengket tapi ada sensasi berminyak sedikit dan tidak membuat bibir kering. Lipstik ini suka saya pakai di rumah atau saat keluar rumah namun tidak mau tampak seperti dandan, hanya agar tidak terlihat pucat.

Worth to buy? Yes, murah ini hihihi... Tapi ga ada niatan mau koleksi kalo ada warna lain sih. 

Senin, 28 Januari 2019

Telaga Nilem dan Remis, Wisata Alam Cantik di Kuningan

wisata alam kuningan


Sudah lebih dari setahun menetap di Cirebon, rekor terlama tidak pulang ke Depok hanyalah 4 minggu kurang. Namun kelamaan, menempuh macet Cikampek (yang masih banyak proyek pembangunan) 2 minggu sekali rasanya selain mahal juga melelahkan. Apa salahnya kali ini lebih mengeksplore daerah sekitar Cirebon.

Atas rekomendasi dari seorang teman, minggu lalu kami berkunjung ke Telaga Nilem yang terletak di perbatasan antara Kuningan (Jawa Barat), Cirebon, dan Majalengka. Melihat reviewnya di google sih, nilai Telaga Nilem cukup bagus. Wah sepertinya asyik nih kalau bisa ajak anak-anak main air di sana.

Kami beranjak dari Kota Cirebon sekitar pukul 10 pagi dan menempuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke Telaga Nilem. Rupanya, Telaga Nilem ini satu kawasan dengan Telaga Remis. Selama ini suami saya yang asli Majalengka hanya tau Telaga Remis saja.

Masuk ke kawasan ini akan dikenakan beberapa tiket, yang pertama tiket masuk Gunung Ciremai sebesar 5000 rupiah, lalu untuk masing-masing telaga dikenakan lagi 10.000 rupiah.

Apa bedanya Telaga Nilem dan Remis?

Telaga Nilem

Telaga Nilem sebenarnya adalah tempat pemandian umum alam. Airnya bening sekali dan bersuhu sejuk (tidak membuat menggigil macam air di Lembang). Kedalamannya bermacam-macam, ada yang cukup dalam, ada yang cetek dan aman untuk direnangi anak-anak. 

Panorama View Telaga Nilem

Ada banyak warung di sekitar telaga Nilem, mereka menawarkan berbagai macam makanan seperti jajanan snack warung, gorengan, pop mie, dan semcamnya. Tidak lupa mereka juga menyewakan ban dan pelampung berbagai macam tipe, mulai dari ban anak hingga dewasa sampai dengan floaties berbentuk matras yang bisa dipakai untuk tiduran di atas air. Mereka juga menyewakan baju renang/basahan untuk bermain air jika anda lupa membawa. Yang paling penting juga, mereka menyediakan kantung waterproof untuk gadget anda agar aman dipakai berfoto-foto di air. Jadi tidak usah khawatir jika kunjungan anda ke telaga nilem bersifat dadakan dan kurang persiapan, karena warung-warung ini siap membantu dengan harga yang cukup murah dan manusiawi.


Biasanya anak muda senang menghabiskan waktu di bagian kolam dalam. Sedangkan yang mengisi kolam cetek biasanya yang bawa keluarga dan anak kecil. Ceteknya pun kira-kira sepinggang suami saya. Anak-anak saya senang sekali bisa berenang bersama ikan-ikan kecil di sini.

telaga nilam
Kolam Cetek Telaga Nilem

Kurang lebih 1 jam mereka berenang sampai adzan Dzuhur berkumandang. Biarpun berenang di siang bolong, Alhamdulillah cuacanya pas dan bagus, tidak panas terik namun tidak gloomy dan mendung.

Setelah berganti pakaian di ruangan yang disediakan (bayar 2000/orang yang ternyata all in untuk ganti sebelum dan sesudah renang, jadi ga usah ngumpet-ngumpet ganti pakaian sebelum renang kaya suami saya ya gaes...), kamu pun beranjak ke objek wisata yang dekat selanjutnya.

Telaga Remis

wisata alam kuningan


Telaga Remis jauh lebih besar dari telaga nilem, namun kita tidak diperuntukkan untuk berenang karena ada banyak ganggang disana. Warna yang dipancarkan dari telaga berwarna biru kehijauan, yang jika didekati airnya tetap bening dan nampak ikan berenang-renang.

telaga remis

Kawasan ini sangat photogenic dan tipe wisata untuk dinikmati mata. Mereka yang hobi memancing pun bisa memancing ikan disini dan bakar di tempat. Kawasan yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan ini juga menyediakan jalur khusus untuk pejalan kaki jika ingin mengelilingi telaga.


telaga remis

Selain itu ada juga wahana sepeda air/bebek kayuh seharga 20.000 untuk 15 menit. Karena sepi dan saat itu hanya kami saja yang bermain bebek kayuh, kami diperbolehkan untuk main sepuasnya.

telaga remis


Walaupun akhir pekan, namun tempat wisata ini tidak terlalu ramai dan cenderung sepi, lain halnya saat liburan sekolah. Kebanyakan warga sekitar justru berkunjung ke Rumah Makan yang ada sebelum masuk ke Kawasan Gunung Ciremai. Salah satu Rumah Makan yang terkenal, namanya Kharisma. Harganya murah, makanannya enak, dan tempatnya bagus.

Alhamdulillah, kesampaian juga mulai explore satu-satu wisata alam yang mudah dijangkau dari Cirebon supaya akhir pekan isinya ga cuma belanja ke Mall hihihi.

Kalau ditanya worth it ga dikunjungin untuk orang luar kota yang jauh-jauh ke Cirebon? Ya tergantung, suka alam dan hal yang ga bisa ditemuin di Jakarta ga? Kalau punya lebih dari 1 malam sih worth it. Objek wisata ini cuma perlu setengah hari kok. 

Rabu, 23 Januari 2019

Review Buku: The Danish Way of Parenting

Jiahh, belum apa-apa daku sudah utang hampir 3 post di bulan ini. Baru bulan Januari dan target blogging yang ditentukan oleh diri sendiri tidak dipenuhi. Hadeuhhhh.

Pada post pertama di tahun 2019 ini, saya akan mereview buku yang cukup populer di trimester akhir 2018 lalu. Saking lakunya, bahkan penerbit menaikkan harga buku tersebut dari 49.000 menjadi 59.000. Buku itu berjudul "The Danish Way of Parenting".


Apa yang membuat buku ini berbeda dengan buku parenting lainnya? Baca post ini sampai akhir yaa.

Judul: The Danish Way of Parenting (Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak) 
Penulis: Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl
Penerbit: Bentang Pustaka 
Tahun Terbit: 2016 (edisi asli) 
Cetakan I edisi Terjemahan: April 2018
Jumlah Halaman: 180


Semenjak menjadi orang tua, barulah saya sadar bahwa pengasuhan menjadi dasar penting hidup seorang anak. Bahkan hal ini akan mempengaruhi suatu generasi dan masa depan suatu negara. Kayanya lebay ya, tapi tidak. 

Sudah lama saya ngefans sama negara-negara di Skandinavia yang selalu menduduki peringkat teratas dalam survey kebahagiaan. Selain itu kebijakan-kebijakan yang mereka miliki pun sangat family friendly, seperti maternity leave yang panjang, paternity leave untuk ayah agar bisa turut membantu Ibu, penitipan anak subsidi pemerintah yang berkualitas dan lain-lain.

Terwujudnya buku ini bermula dari penasarannya Jessica, seorang kewarganegaraan Amerika yang memiliki suami orang Denmark, tentang "Apa yang menjadikan anak-anak (dan orang tua) di Denmark, orang paling bahagia di bumi?" Bersama dengan Iben yang seorang psikoterapis dan Ibu di Denmark, mereka melakukan penelitian yang kemudian dituliskan dalam buku ini agar lebih banyak orang yang mendapatkan manfaat dan bisa belajar dari cara orang Denmark membesarkan anak-anaknya.

Buku ini sendiri terbagi menjadi 6 bagian yang bisa disingkat dengan kata PARENT ditambah dengan 1 bagian pendahuluan tentang fakta yang ada di belahan dunia lain (khususnya Amerika).


Pada bagian Play dijelaskan bagaimana pentingnya bermain untuk anak-anak sebagai proses belajar kita. Bahkan sebenarnya lebih baik lagi jika mereka dibiarkan main bebas di luar rumah dengan pengawasan kita daripada playdate atau kegiatan bermain yang sudah diatur. (Bagian ini nih, iri banget sama eropa yang dikit-dikit ada playground gratisan buat dimainin anak-anak, di Indonesia kita mesti ke Emol.. Hiks). Beberapa penelitian bahkan menyimpulkan bahwa bermain mempunyai dampak langsung pada semua kemampuan beradaptasi dalam kehidupan. (FUN FACT: Lego asalnya dari Denmark loh)

Pernah dengan Hans Christian Andersen? Penulis terkenal dari Denmark dengan karya terkenalnya seperti The Ugly Duckling dan The Little Mermaid. Tahukan anda sesungguhnya cerita dongen yang sampai dan sering dibacakan di kita atau difilmkan Hollywod memiliki akhir cerita yang berbeda dari aslinya. The little mermaid misalnya sebenarnya dia tidak mendapatkan pangeran dan berubah menjadi buih lautan karena kesedihan. Ya, orang Denmark percaya bahwa tragedi dan kesedihan bukanlah untuk ditutup-tutupi atau hindari, karena dengan adanya itulah membuat mereka bersyukur dengan apa yang mereka miliki.

Bab Authenticity membahas bagaimana membesarkan anak secara natural agar dia dapat mengenali dan menerima semua emosi sejak dini. Hal ini selaras dengan fitrah based parenting yang mengatakan bahwa pada usia 2-7 tahun yang harus diasah adalah otak emosi. Salah satu kesalahan yang saya suka lakukan adalah, overpraised. Terlalu memuji anak tidaklah disarankan karena bisa menyebabkan fixed mindset, contohnya biasanya terjadi pada anak yang selalu dipuji cerdas (secara effortless, alias pinter dari sononya), ini bisa membuat anak justru tidak mau mencoba terlalu keras karena seakan jadi tidak pintar. Heuuuu, jleppp ini kayanya aku banget si fixed mindset. Dari kecil dibilang pinter, sedangkan adikku selalu dibilang tidak sepintar kakak tapi rajin dan gigih, jadilah ia growth mindset. Jreng-jreng, Now I'm a broke and dull mother, and she holds master degree from abroad and allowed to be working online from Indonesia because they need her. Intinya, kalau mau memuji, pujilah prosesnya.

Pada bagian Reframing, kita diajarkan untuk optimis namun realistis. Kita juga diingatkan untuk tidak seenaknya memberikan label negatif pada anak karena ketika label itu diulang terus menerus mereka akan mulai mengasosiasikan dirinya dengan label tersebut dan mengambil kesimpulan identitas darinya. Semenjak saat itu, saya sabar dan tahan-tahan banget jangan sampai keluar perkataan dengan kata mengungkung seperti "Ammar Bandel" kalau dia lagi bertingkah tapi "Ammar Anak Sholeh mana yaaa".

Nilai Empati sudah ditanamkan pada anak-anak Denmark semenjak kecil. Mereka dikenalkan dengan berbagai emosi semenjak preschool, sampai dengan pengaturan halus sedemikian rupa agar anak-anak dengan kelebihan dan kekurangan berbeda bisa belajar dan mengatasi masalah bersama. Empati adalah salah satu faktor paling penting untuk menjadi pemimpin, pengusaha, manajer yang sukses, dan peran penting lainnya.

No-Ultimatums. Pada bagian ini banyak dijelaskan ketidakefektifan dari hukuman fisik pada parenting. Selain itu tipe pengasuhan di Denmark sangat demokratis. Peraturan ditetapkan, namun mereka responsif dan terbuka jika anak pertanyakan. Bahkan di sekolah, setiap tahun murid dan guru duduk bersama berdiskusi peraturan apa yang ingin diterapkan untuk menciptakan kelas yang baik. Di Denmark, lebih banyak waktu dihabiskan untuk bagaimana cara menghindari masalah,  bukan bagaimana menghukum. Ingat, yang salah itu perilakunya, bukan anaknya. Selain itu, orang tua Denmark juga tidak langsung turun tangan jika anaknya mengalami kesulitan, sang anak dibiarkan sendiri dulu untuk mencoba mengatasi masalahnya. 

Togetherness (Kebersamaan) dan Hygge (Kenyamanan) untuk bab terakhir ini saya yakin sebenarnya hal ini mirip dengan di Indonesia yang sejatinya tidak seindividualistis negara barat. Keluarga berkumpul, saling akrab dan menikmati kegiatan bersama seperti main game, makan, bercengkrama dan lain-lain. Remember when you replace I with We, even Illness become Wellness. 

Dan seperti layaknya buku parenting pada umumnya, semua hal dikembalikan lagi ke orang tua. Ingin anaknya baik ya contohkan yang baik. Tidak ingin anak mudah meledak dan marah-marah, ya jangan lakukan hal yang sama. Saya jadi suka ingat-ingat ini kalau sudah mau marah dan teriak sama Ammar, anak saya yang pertama, karena saya ga mau dia melakukan hal yang sama.

Di bagian akhir buku ini mencantumkan sekitar 30 halaman daftar sumber rujukan dan penelitian yang penulis gunakan sebagai referensi. Ahhhh, saya suka sekali karena jadi ilmiah dan bukan "sekedar pengalaman". Salah satu yang jarang ditemukan di buku parenting Indonesia.

Dan sudah tentunya review dan resensi singkat dari saya ini masih kurang dan lebih afdol lagi kalo beli bukunya. Saya jual loh di IG @sabooks.id isinya kumpulan buku yang saya rekomendasikan dan jual dengan harga diskon selalu.

Semoga bermanfaat 😁😚